Sebuah Surat

Razka yang sedang dikelilingi para bocah di bawah pohon mangga itu, tak henti menyunggingkan senyum di bibirnya. Rasa syukur akan kebahagiaan yang ia dan Ayra dapatkan tak henti pula ia panjatkan pada Yang Kuasa.

Dia yakin, Aisyah pun ikut tersenyum di tempatnya sana melihat putrinya yang dilimpahkan kasih sayang dan kebahagiaan dari semua orang.

"Sayang, apa kau ingin berenang di sana?" tanya Deri pada Ayra. Tangan pemuda itu mengelus pucuk kepala Ayra dengan lembut. Rasa sayangnya pada Ayra tidak bisa diukur oleh apa pun. Deri begitu menyayanginya.

Ayra menggeleng, "Aku takut berenang di laut, Kak. Aku hanya ingin bermain pasir saja di sana," jawabnya diakhiri dengan senyuman dan tatapan mata pada Bryant. Bocah keturunan Negeri seberang itu hanya tersenyum. Dan hanya kepada Ayra ia sangat bermurah senyum.

"Kau ingin membuat istana pasir?" tanya Razka yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka. Ayra mengangguk senang.

"Tentu, Ayah. Aku ingin membuat istana pasir. Bisakah kita membawa alat-alatnya?" tukasnya dengan tatapan memohon pada Razka.

"Baiklah, Ayah siapkan dulu ya semuanya," ucap Razka. Mereka mengangguk.

"Titip mereka!" pesannya pada Deri dan Mia, kedua tangannya membelai rambut kedua orang yang diambilnya dari tempat kumuh itu.

Mereka berdua mengangguk, Razka beranjak dari duduknya. Ia bangkit berdiri dan melangkah masuk ke dalam rumah. Razka berjalan ke gudang, mencari keperluan para bocah untuk membuat istana pasir.

Ia melirik dapur, para wanita sedang memasak apa saja di sana untuk bekal mereka. Sedangkan para suami, mereka masih di rumah masing-masing.

"Ayah Razka!"

Brugh!

Sebuah seruan lucu dari mulut mungil seorang bocah yang usianya sama dengan Akmal, dibarengi tubrukan tubuhnya pada kaki Razka.

Razka menunduk, bocah itu mendongak. Tersenyum lebar memperlihatkan sederet gigi susunya yang rapi. Razka mengusap rambut keriting bocah itu. Ia lantas berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan tinggi bocah itu.

"Di mana bundamu?" tanya Razka, karena di dapur tadi ia tidak melihat Mega. Hanya ada namah, Emil, Sasha dan bibi Nuri yang ditemani bu Sum dan Sri. Yah, bocah itu bernama Farel anak pertama Mega dan Hendi. Adik satu ayah Mia.

"Bunda pulang memanggil ayah," jawabnya. Razka mengelus kedua bahu bocah itu. Usianya empat tahun, kelahirannya hanya berbeda beberapa bulan saja dengan Akmal putra Emil dan Fachru.

"Kau mencari kak Ayra?" tanya Razka. Farel mengangguk dan tersenyum, "dia di depan bersama yang lainnya. Pergilah! Tapi jangan usil ya!" sambung Razka.

Bocah itu kembali tersenyum lebar, ia berbalik dan berlari menuju pintu depan rumah. Bocah super jahil yang sering berebut mainan dengan Akmal hanya karena menginginkan perhatian lebih dari Ayra.

Razka menggeleng, ia kembali beranjak dan berdiri dari jongkoknya. Baru akan melangkah mamah memanggilnya.

"Nak!" Suara mamah datang dari arah dapur. Razka menoleh dan tersenyum, "kau menyiapkan itu untuk mereka?" tanya mamah lagi saat matanya melirik pada barang-barang yang disiapkan Razka untuk bermain pasir.

"Benar, Mah. Mereka ingin membuat istana pasir. Jadi aku menyiapkan semuanya," tukas Razka, mamah menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah, Mamah mau ke kamar dulu," katanya. Razka mengangguk seraya ikut melangkah setelah mamah melangkahkan kakinya.

Ia terus berjalan menaiki anak tangga, di ruang keluarga terdengar suara beberapa orang yang sedang mengobrol. Itu papah, paman Max, dan Fachru.

Razka yang terus berjalan menaiki anak tangga, tak acuh pada obrolan mereka. Ia akan menyiapkan baju ganti Ayra dan dirinya.

Razka mulai mengambil koper kecil, ia memasukkan pakaian Ayra juga pakaian miliknya. Razka membuka laci, bermaksud mencari handycam yang selalu digunakannya untuk merekam kegiatan Ayra. Tapi sesuatu terjatuh. Sebuah amplop.

Seperti sebuah surat, Razka mengambilnya. Ia meletakkan handycam di atas nakas. Razka membolak-balik amplop itu. Tidak ada nama si penerima dan si pengirim. Surat apa ini? Dahinya berkerut.

Namun, seketika ia terhenyak saat mengingat amplop putih polos itu. Ia segera membuka amplop tersebut dan menarik selembar kertas berwarna pink polos dari dalam sana.

Membukanya dan membaca kata pembuka dari surat itu,

Teruntuk calon Imamku...

Surat Aisyah, matanya berkaca-kaca melihat tulisan tangan yang berderet rapi di atas kertas tersebut. Tulisan yang ditulis dengan tinta warna merah, samar terlihat. Karena tertuang di atas kertas berwarna merah muda.

*Bismillaahirrahmaannnirrahiim

Malam ini aku menyapamu, tanpa tahu siapa sebenarnya dirimu dan di mana kau “bersembunyi”

Aku hanya seorang gadis biasa tanpa paras yang rupawan.

Aku hanya seorang gadis biasa yang masih sering melakukan kekhilafan.

Aku hanya seorang gadis biasa yang masih dangkal ilmunya.

Jika saat ini kau bertemu denganku, aku yakin kau tidak akan memandang ke arahku sebab segala keburukanku tadi.

Jika saat ini kau bertemu denganku, tentulah aku akan sangat malu terhadapmu karena aku masih teramat buruk bagimu.

Tahukah kau?

Jika aku mendambamu sebagai sosok yang shalih.

Sebagai sosok yang berilmu.

Dan sebagai sosok yang lembut hatinya.

Keshalihanmu yang akan mengantarku pada surga-Nya

Keshalihanmu yang akan menuntunku untuk selalu taat terhadap-Nya.

Keshalihanmu yang akan menghindarkanku dari panasnya api neraka

Keshalihanmu yang akan menjagaku dari segala bentuk kemaksiatan.

Keshalihanmu yang akan membawa keluarga kecil kita dalam dekapan kasih-Nya.

Dengan ilmumu kau akan membukakan mataku kepada apa yang aku masih buta terhadapnya.

Dengan ilmumu kau akan melengkapi pengetahuanku akan agamaku.

Dengan ilmumu kau akan menjadi pelita dalam gelapnya akalku.

Dan dengan ilmu yang kau berikan padaku akan kudidik anak-anak kita kelak berlandaskan ajaran Islam.

Lembutnya hatimu yang akan selalu mendekapku dengan segala kasihmu ketika aku bersedih dan rela memberikan pundakmu untukku menumpahkan kesedihanku.

Lembutnya hatimu yang akan menghadirkan sejuta bahagia.

Lembutnya hatimu yang akan selalu menghadirkan ketenangan dalam batinku.

Dan kelembutan hatimu yang kelak akan menaungi keluarga kecil kita dengan cinta kasihmu.

Aku bukan sosok yang sempurna.

Kini aku tengah memperbaiki fisikku agar kelak kau tidak merasa malu ketika berjalan bersisian denganku.

Aku tengah berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki akhlakku agar kelak kau tidak menyesal terhadapku.

Aku tengah berjuang untuk menjadi seorang muslimah sejati ditengah keterbatasan ilmuku dan keyakinan yang sering tergoyahkan agar aku benar-benar pantas menjadi seorang pendamping bagimu yang kuharapkan seorang yang shalih.

Sekali lagi, aku bukan sosok yang sempurna.

Aku tak sepandai Aisyah.

Masih banyak hal yang belum kuketahui dan aku masih sangat bodoh.

Aku tak sebijak Khadijah.

Ada banyak hal yang sering membuat keegoisanku muncul.

Aku tak setegar Fatimah.

Keyakinanku masih sering tergoyahkan.

Itu sebabnya aku membutuhkanmu untuk menjadi penyemangatku dalam memperbaiki diri dari segala kekuranganku.

Aku membutuhkanmu untuk menjadi teman dalam perjalananku untuk menggapai surga-Nya.

Aku membutuhkanmu untuk menjadi imamku dan anak-anak kita kelak dalam meraih ridho-Nya.

Wahai calon imamku, siapapun dan di manapun kau berada.

Yakinlah, di sini aku menunggumu.

Dalam penantianku ini aku tengah memperbaiki diri dan akhlakku.

Aku menginginkanmu sebagai imam yang shalih.

Itu sebabnya aku berusaha menjadi seorang yang shalihah, karna aku tau bahwa jodoh adalah cerminan kita.

Aku percaya, jika kelak Allah akan mempertemukan kita di saat yang tepat.

Di saat aku telah lebih baik dari saat ini hingga aku benar-benar pantas mendampingimu.

Aku percaya, jika kelak Allah akan mempertemukan kita di saat kita telah sama-sama siap.

Siap untuk mengikat cinta kita dalam ikatan yang suci.

Siap untuk berjalan beriringan membangun keluarga yang dipenuhi ridho-Nya, berjalan bersama menuju surga-Nya.

Wahai calon Imamku,

InsyaAllah aku akan berusaha menjadi seorang bidadari yang dipersiapkan untukmu walau aku tak sesempurna bidadari yang ada di surga.

InsyaAllah aku akan menjaga diriku yang kelak akan menjadi hakmu nantinya.

InsyaAllah aku akan terus memperbaiki diri dan menambah ilmuku agar aku mampu menjadi pendamping yang shalihah dan ibu yang mampu mendidik anak-anak kita kelak.

InsyaAllah aku akan menunggumu tanpa menjerumuskan diriku kedalam jerat syaitan yang bernama “pacaran”.

Aku akan menunggumu hingga kau datang menemui waliku untuk meminangku.

Aku berdo’a semoga kelak kita benar-benar dipertemukan dalam kesempurnaan kasih-Nya.

Aku berdo’a semoga kelak kau benar-benar seseorang yang shalih yang mampu membimbingku dan bertanggung jawab atas diriku.

Aku berdo’a semoga kaupun selalu berdo’a untukku agar aku selalu teguh dalam penantianku terhadapmu.

Agar Allah selalu menjaga hatiku dan hatimu untuk tetap saling bertaut walau saat ini kita saling buta terhadap satu sama lain.

Wahai calon imamku,

Percayalah, aku menunggumu di sini :)

Aku mencintaimu dengan segenap hatiku karena Allah tanpa mengetahui siapa dan di mana dirimu kini :)

Assalammu’alaikum Calon Imamku,

“I KNEW I LOVED YOU BEFORE I MET YOU”

Tertanda,

Calon bidadarimu*.

Razka mendekap surat itu di dadanya, dengan wajah yang menunduk, setetes air jatuh dari pelupuk matanya. Diikuti tetesan-tetesan berikutnya yang semakin menganak sungai.

Ia merindukan sosok Aisyah, ia merindukan istrinya. Cinta yang dijaganya, semakin kuat setelah membaca tulisan tangan Aisyah.

"Aku merindukanmu, sayang," lirihnya dalam rintihan. Hatinya menjerit rapuh. Jika bukan karena Ayra, maka dia tidak akan setegar ini. Jika bukan karena gadis kecilnya, dia tidak akan sekuat ini. Karena malaikat kecilnya itulah, Razka selalu memupuk rasa cintanya pada Aisyah. Ia tak ingin tempatnya digantikan wanita lain. Razka menutup hatinya serapat mungkin, tak ingin membuka celah sedikit pun untuk wanita-wanita lain.

"Ayah!" Tangisnya terhenti saat mendengar panggilan Ayra.

Terpopuler

Comments

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

si ibu pengganti blm muncul ya ada dibab brp

2022-03-23

1

Ana

Ana

Msh di bab sedih 😭🤧

2021-04-17

2

Memet Jess

Memet Jess

msh loading,blm paham

2021-04-16

5

lihat semua
Episodes
1 Untuk Abah
2 Little Ayra
3 Akhir Pekan
4 Rencana Liburan
5 Sebuah Surat
6 Berlibur
7 Membaca
8 Jus Aneh
9 Festival Jajanan
10 Aku Tidak Memiliki Alasan
11 Berlomba
12 Kembali Sekolah
13 Ayra Di Sekolah
14 Kawan Lama
15 Sam Dan Ayra
16 Obrolan Berlanjut
17 Dia
18 Orang Masa Lalu
19 Hati Yang Tertutup
20 Senjata Makan Tuan
21 Masalah Selesai
22 Berkunjung
23 Berlatih
24 Teror
25 Ayra Sang Pujangga
26 Pertemuan
27 Minggu Pagi
28 Bermain Game
29 Bertemu Dia
30 Dia Lagi
31 Berkumpul
32 Ide Gila
33 Pertemuan II
34 Pertemuan III
35 Pertarungan Sengit
36 Perasaan Tak Asing
37 Panik
38 Ingatan Samar
39 Peristiwa Itu
40 Bertemu Luna
41 Jangan Berharap
42 Mencari Razka
43 Keikhlasan
44 Bertemu Lagi
45 Gagal
46 Tuntaskan Sekarang
47 Berakhir
48 Penyesalan
49 Berbicara
50 Berbicara II
51 Pertemuan Yang Dinanti
52 Pertemuan Yang Dinanti II
53 Sebuah Takdir
54 Takdir Itu
55 Tidak Boleh
56 Suara Hati Bocah
57 Celoteh
58 Bertemu Lagi
59 Makan Malam
60 Pada Pembukaan Festival
61 Siapa Itu
62 Jangan Sampai
63 Kejutan
64 Reaksi Aulia
65 Membujuk Aulia
66 Berkumpul
67 Bertemu Preman Kacangan
68 Bertemu Kakek
69 Kakekku?
70 Ibu Sudah Pergi
71 Persembahan
72 Bahaya Mengintai
73 Insiden
74 Penculikan Ayra
75 Di Dalam Mobil Penjahat
76 Barter
77 Pertukaran
78 Razka Mengamuk
79 Dilema Aulia
80 Kehilangan
81 Di Mana Ibu?
82 Firasat Buruk
83 Kabar Buruk
84 Kedatangan Razka
85 Nikahkan Aku Dengan Putrimu
86 Mendadak Kawin
87 Keadaan Aulia
88 Razka-Aulia
89 Serangga Kecil
90 Aulia Panik
91 Hasrat
92 Waktu Berdua
93 Kau?
94 Kepergian Aulia
95 Mengunjungi Ibu
96 Kejutan
97 Biarkan
98 Reaksi Mamah
99 Mengunjungi Aisyah
100 Berbelanja
101 Pengganggu
102 Pergi Jalan-jalan
103 Puncak
104 Kemesraan
105 Kehangatan Pagi Hari
106 Sekolah
107 Menantang Razka
108 Curiga
109 Sang Pesona
110 Shalawat
111 Guru Baru
112 Kejutan
113 Syukur
114 Salah Faham
115 Masalah
116 Masalah serius
117 Ayra Beraksi
118 Dalang
119 Gara-gara Sambal
120 Gelisah
121 Aulia Sakit
122 Berganti Haru
123 Hukuman Ayra
124 Mega
125 Mega II
126 Kesedihan
127 Pembalasan
128 Kembali Damai
129 Undangan Resepsi
130 Nyonya Besar Pratama
131 Sang Pewaris (end)
132 Sebuah Mimpi
133 Teman Baru
134 Kejadian Di Restauran
135 Hadiah Kecil
136 Belanja
137 Sam
138 Rumah Fandi
139 Tangis Aulia
140 Fandi Dan Ayra
141 Obrolan
142 Kecewa
143 Interogasi
144 Sam Dan Luna
145 Pertengkaran
146 Kesalahan Sam
147 Anakku
148 Penyesalan Tak Bertepi
149 Ganjaran Sam
150 Penyelesaian
151 Pulang
152 Menyambut Ramadan
153 Kau Lebih Tampan
154 Sehari Bersama Bocah
155 Para Perampok Kecil
156 Alasan Ayra
157 Pergi Bersama
158 Kejutan
159 Kedatangan Tamu
160 Sumirah?
161 Nanti
162 Sahur Pertama Bersama
163 Bertemu Lagi
164 Sri Tahu Sesuatu
165 Rumit
166 Puasa Pertama Ayra
167 Memasak
168 Ancaman
169 Kepanikan Aulia
170 Perubahan Sikap
171 Tidak Akan!
172 Ketulusan Hati Ibu
173 Aulia Bertindak
174 Syarat
175 Berubah
176 Lelucon
177 Saatnya Menghukum
178 Pembagian Tugas
179 Luapan Amarah
180 Menghilangkan Keraguan
181 Hari Yang Berat
182 Keberanian
183 Melawan Ayra
184 Melawan Ayra II
185 Dugaan Bocah
186 Kucing Melahirkan Ular
187 Secercah Hidayah
188 Cemburu
189 Kepahitan
190 Kenyataan
191 Sesuatu
192 Aulia
193 Aulia II
194 Tak Masuk Akal
195 Menyadarkan Aulia
196 Sihir Lemah
197 Di Balik Semua Itu
198 Masih Praduga
199 Kabar Buruk Atau Baik?
200 Kembali Ke Rumah
201 Menunggu Waktu
202 Risau
203 Sesuatu Mencurigakan
204 Sedikit Cahaya
205 Kecemasan Ayra Dan Mamah
206 Orang Misterius
207 Semakin Jelas
208 Tamu
209 Utusan
210 Pengintaian Rendy
211 Saat Acara
212 Ayra Menghilang
213 Panik Lagi
214 Mencari Ayra
215 Sapu Tangan
216 Kesaksian Fandi
217 Terbongkar
218 Kebusukan Tyas
219 Di Saat Putus Asa
220 Ayra Pulang
221 Terbongkar II
222 Di Mana Ibrahim?
223 Mengejar Sri
224 Sebuah Tragedi
225 Mengasingkan Diri (END)
226 Author Menyapa
227 BAIM
Episodes

Updated 227 Episodes

1
Untuk Abah
2
Little Ayra
3
Akhir Pekan
4
Rencana Liburan
5
Sebuah Surat
6
Berlibur
7
Membaca
8
Jus Aneh
9
Festival Jajanan
10
Aku Tidak Memiliki Alasan
11
Berlomba
12
Kembali Sekolah
13
Ayra Di Sekolah
14
Kawan Lama
15
Sam Dan Ayra
16
Obrolan Berlanjut
17
Dia
18
Orang Masa Lalu
19
Hati Yang Tertutup
20
Senjata Makan Tuan
21
Masalah Selesai
22
Berkunjung
23
Berlatih
24
Teror
25
Ayra Sang Pujangga
26
Pertemuan
27
Minggu Pagi
28
Bermain Game
29
Bertemu Dia
30
Dia Lagi
31
Berkumpul
32
Ide Gila
33
Pertemuan II
34
Pertemuan III
35
Pertarungan Sengit
36
Perasaan Tak Asing
37
Panik
38
Ingatan Samar
39
Peristiwa Itu
40
Bertemu Luna
41
Jangan Berharap
42
Mencari Razka
43
Keikhlasan
44
Bertemu Lagi
45
Gagal
46
Tuntaskan Sekarang
47
Berakhir
48
Penyesalan
49
Berbicara
50
Berbicara II
51
Pertemuan Yang Dinanti
52
Pertemuan Yang Dinanti II
53
Sebuah Takdir
54
Takdir Itu
55
Tidak Boleh
56
Suara Hati Bocah
57
Celoteh
58
Bertemu Lagi
59
Makan Malam
60
Pada Pembukaan Festival
61
Siapa Itu
62
Jangan Sampai
63
Kejutan
64
Reaksi Aulia
65
Membujuk Aulia
66
Berkumpul
67
Bertemu Preman Kacangan
68
Bertemu Kakek
69
Kakekku?
70
Ibu Sudah Pergi
71
Persembahan
72
Bahaya Mengintai
73
Insiden
74
Penculikan Ayra
75
Di Dalam Mobil Penjahat
76
Barter
77
Pertukaran
78
Razka Mengamuk
79
Dilema Aulia
80
Kehilangan
81
Di Mana Ibu?
82
Firasat Buruk
83
Kabar Buruk
84
Kedatangan Razka
85
Nikahkan Aku Dengan Putrimu
86
Mendadak Kawin
87
Keadaan Aulia
88
Razka-Aulia
89
Serangga Kecil
90
Aulia Panik
91
Hasrat
92
Waktu Berdua
93
Kau?
94
Kepergian Aulia
95
Mengunjungi Ibu
96
Kejutan
97
Biarkan
98
Reaksi Mamah
99
Mengunjungi Aisyah
100
Berbelanja
101
Pengganggu
102
Pergi Jalan-jalan
103
Puncak
104
Kemesraan
105
Kehangatan Pagi Hari
106
Sekolah
107
Menantang Razka
108
Curiga
109
Sang Pesona
110
Shalawat
111
Guru Baru
112
Kejutan
113
Syukur
114
Salah Faham
115
Masalah
116
Masalah serius
117
Ayra Beraksi
118
Dalang
119
Gara-gara Sambal
120
Gelisah
121
Aulia Sakit
122
Berganti Haru
123
Hukuman Ayra
124
Mega
125
Mega II
126
Kesedihan
127
Pembalasan
128
Kembali Damai
129
Undangan Resepsi
130
Nyonya Besar Pratama
131
Sang Pewaris (end)
132
Sebuah Mimpi
133
Teman Baru
134
Kejadian Di Restauran
135
Hadiah Kecil
136
Belanja
137
Sam
138
Rumah Fandi
139
Tangis Aulia
140
Fandi Dan Ayra
141
Obrolan
142
Kecewa
143
Interogasi
144
Sam Dan Luna
145
Pertengkaran
146
Kesalahan Sam
147
Anakku
148
Penyesalan Tak Bertepi
149
Ganjaran Sam
150
Penyelesaian
151
Pulang
152
Menyambut Ramadan
153
Kau Lebih Tampan
154
Sehari Bersama Bocah
155
Para Perampok Kecil
156
Alasan Ayra
157
Pergi Bersama
158
Kejutan
159
Kedatangan Tamu
160
Sumirah?
161
Nanti
162
Sahur Pertama Bersama
163
Bertemu Lagi
164
Sri Tahu Sesuatu
165
Rumit
166
Puasa Pertama Ayra
167
Memasak
168
Ancaman
169
Kepanikan Aulia
170
Perubahan Sikap
171
Tidak Akan!
172
Ketulusan Hati Ibu
173
Aulia Bertindak
174
Syarat
175
Berubah
176
Lelucon
177
Saatnya Menghukum
178
Pembagian Tugas
179
Luapan Amarah
180
Menghilangkan Keraguan
181
Hari Yang Berat
182
Keberanian
183
Melawan Ayra
184
Melawan Ayra II
185
Dugaan Bocah
186
Kucing Melahirkan Ular
187
Secercah Hidayah
188
Cemburu
189
Kepahitan
190
Kenyataan
191
Sesuatu
192
Aulia
193
Aulia II
194
Tak Masuk Akal
195
Menyadarkan Aulia
196
Sihir Lemah
197
Di Balik Semua Itu
198
Masih Praduga
199
Kabar Buruk Atau Baik?
200
Kembali Ke Rumah
201
Menunggu Waktu
202
Risau
203
Sesuatu Mencurigakan
204
Sedikit Cahaya
205
Kecemasan Ayra Dan Mamah
206
Orang Misterius
207
Semakin Jelas
208
Tamu
209
Utusan
210
Pengintaian Rendy
211
Saat Acara
212
Ayra Menghilang
213
Panik Lagi
214
Mencari Ayra
215
Sapu Tangan
216
Kesaksian Fandi
217
Terbongkar
218
Kebusukan Tyas
219
Di Saat Putus Asa
220
Ayra Pulang
221
Terbongkar II
222
Di Mana Ibrahim?
223
Mengejar Sri
224
Sebuah Tragedi
225
Mengasingkan Diri (END)
226
Author Menyapa
227
BAIM

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!