Mereka kembali berkumpul dengan yang lainnya. Pikiran Razka masih menerawang jauh pada kecerdasan Ayra. Ia duduk merenung di atas sebuah batu tak jauh dari tenda tempat semua keluarga berkumpul.
Sesekali ia melirik Ayra yang sedang bermain boneka bersama Lucy, ada Bryant yang juga menemani keduanya. Pun tidak tertinggal sepasang bocah usil yang selalu mencari perhatian gadis kecil itu. Farel dan Akmal.
Sekilas Razka merasa Ayra saat ini adalah seorang bocah Balita yang wajar. Ia tertawa dan bermain layaknya bocah seusianya. Ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya lagi.
Pandangannya terpaku pada deburan ombak di laut. Hiruk-pikuk para pengunjung tak dihiraukannya. Ada rindu yang tiba-tiba menyeruak dari dalam segumpal daging yang sudah lama tak terisi.
Sayang, sedang apa kau di sana? Apa sedang melihat kami di sini? Apa kau bahagia melihat Putri kita? Dan apakah kau merindukan kami? Aku rindu padamu, sayang.
Ia tersenyum, matanya terpejam, sosok yang dirindukannya seolah kini berada di hadapannya, tersenyum padanya. Namun, seketika senyumnya menghilang begitu ia membuka mata, sosok kekasih hatinya hilang ditelan ombak.
Kau tega sekali, meninggalkanku sendiri di dunia ini. Jika bukan karena Ayra, aku sudah pasti menyusulmu.
Batinnya bergemuruh, tatkala ingatannya berputar pada masa Aisyah yang pergi tanpa pamit padanya. Ia sungguh menyesali dirinya sendiri yang tidak peka terhadap keadaan aneh yang dialami istrinya jauh sebelum ia meninggal.
Dua tepukan di kedua bahunya menyadarkannya dari lamunan tentang dia yang telah pergi. Razka menghela napas menenangkan hatinya yang bergemuruh. Empat sosok bayangan berdiri di belakangnya.
Hendi dan Rendy berdiri di samping kanan dan kirinya. Sedangkan Deri dan Fachru berdiri di samping Hendi dan Rendy. Mereka berlima seperti lima sekawan dengan Razka sebagai pemimpinnya.
"Lihatlah ke arah kananmu!" Rendy yang berada di sebelah kanan Razka berbisik lirih. Tapi, mereka berempat dapat mendengarnya. Razka melirik arah kanan tubuhnya.
Di sana ada beberapa pasang mata liar yang menatapnya lapar. Saling berbisik, terkadang jari telunjuk mereka menunjuk pada dirinya. Oh apakah mereka sedang menggosipkannya? Ataukah mereka berlima?
Razka bangkit, di antara kelima laki-laki dewasa itu, Dery lah yang paling muda. Dan yang tergagah di antara mereka, tentu saja Razka yang memiliki postur tubuh yang tinggi besar dan tegap.
Meski terdapat beberapa bekas luka di sekitar wajahnya, itu sama sekali tidak mengurangi ketampanannya.
"Pilih saja salah satu dari mereka, jadikan kekasihmu atau istrimu." Sifat jahil Rendy muncul. Razka menepis tangannya yang masih menempel di bahunya. Rendy terkekeh.
Ia menyambar sebelum mulut Razka berucap, "Iya, iya aku tahu. Aisyah tak kan tergantikan. Lagi pula siapa yang bisa merebut posisinya di hatimu. Sementara hatimu telah dibawa pergi olehnya."
Razka bergeming pada laut yang terbentang luas tanpa batas. Rendy ikut merenung, Hendi, Fachru dan Dery tidak mengucap sepatah kata pun. Mereka menatap deburan ombak di laut.
"Mau berlomba?" celetuk Fachru. Mereka berempat menoleh padanya. Fachru memasang wajah menantang dengan senyum menyebalkan tercetak di bibirnya, "jet ski?" sambungnya menawarkan.
"Ayo! Siapa takut!" Jiwa muda Dery bergelora. Adrenalinnya merasa tertantang untuk mengikuti lomba.
"Hah, baiklah!" Razka ikut menanggapi, sepertinya tidak masalah bermain jet ski. Semoga dapat mengurangi kegundahan hatinya.
Rendy dan Hendi ikut tertantang melihat Razka yang menyetujui usul Fachru. Mereka melepas kaos yang mereka kenakan, celana panjang dan hanya menyisakan celana pendek selutut saja.
Suara jerit dari kelompok perempuan itu menggema, membuat jengah para wanita yang sedang berkumpul bersama keluarga. Mereka kesal saat para perempuan itu meneriaki suami mereka yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek saja. Menampakkan sisi perut mereka yang atletis.
"Sepertinya mereka sengaja membuka baju di hadapan perempuan-perempuan liar itu. Awas saja kau, sayang!" Mega menggerutu, wajahnya sudah memerah karena marah.
"Lihat saja, saat Papahmu mendatangi Mamah, Mamah akan memberinya hukuman." Emil menyahut tak salah kesal.
Sasha pun ikut merasa kesal, hanya saja dia mencoba untuk menahan diri agar tidak menggerutu. "Ah, kenapa Mamah juga ikut merasa kesal, saat mereka yang jelalatan memandangi kedua Putra Mamah." Mamah Quin mengutarakan kekesalannya. Papah terkekeh. Dan Bibi Nuri pun ikut tersenyum.
Sementara Paman Max hanya terdiam melihat kelima pria dewasa yang berjalan menuju tenda yang menyediakan jet ski. Oh, dan jangan lupakan, para pelayan yang juga antusias melihat kelima laki-laki itu.
"Ah, Mamah punya ide!" Tiba-tiba Mamah berubah semangat. Mega, Emil dan Sasha beringsut mendekati Mamah. Mereka ingin ikut andil dalam ide Mamah.
"Ayo, kita ikut berdiri di sana. Kita kalahkan suara para wanita liar itu dengan ikut meneriaki mereka," usul Mamah. Mereka mengangguk kompak.
"Kalian bisa menghukum mereka nanti," ujar Mamah lagi. Mereka kembali mengangguk. Bibi Nuri hanya terkekeh, ini sisi lain dari seroang wanita anggun dan lemah lembut sekelas Nyonya Quin.
Mereka beranjak serempak, meninggalkan tenda. Melangkah menuju bibir pantai, tak jauh dari kelompok perempuan yang meneriaki para lelaki itu.
Mereka berlima melangkah berdampingan menuju tenda di mana jet ski berada. Menyewanya masing-masing satu. Mereka membentuk barisan setelah mengenakan pelampung.
Sorak sorai dari para wanita yang terbelah menjadi dua kubu, menjadi pengiring dimulainya perlombaan mereka. Secara serempak mereka mulai menyalakan jet ski, dan melaju dengan cepat menuju lautan bebas.
Kelimanya saling mengalahkan satu sama lain. Saling mengejar, menyalip, di tengah deburan ombak. Suara riuh dari sorakan para wanita menambah semangat mereka untuk dapat saling mengalahkan.
Ke empat orang membuat sebuah atraksi yang menambah kekaguman para penonton di pinggir pantai. Tak hanya dua kubu wanita yang kini menyoraki mereka. Para pengunjung pantai pun ikut menyoraki.
(gambar hanya pemanis pemirsa)
Razka, Rendy, Fachru, dan Dery membuat kagum para pengunjung. Mereka seolah menjadi hiburan tambahan untuk mereka. Sementara Hendi ia hanya berputar mengelilingi mereka.
Setelah puas membuat sebuah atraksi, mereka kembali para arena balap. Kembali saling mengejar dan mengalahkan.
"Ayo, sayang! Kau pasti bisa! Aku mencintaimu!" teriak Emilia menggema diterbangkan hembusan angin laut. Fachru yang samar mendengar, memacu jet ski yang dikendarainya mengalahkan Rendy.
"Come on Baby, faster! Kau bisa menjadi juara!" Kini giliran suara Sasha yang menyambar telinga Rendy. Ia mempercepat laju jet ski mencoba mendahului Fachru.
"Ah, aku tidak mau kalah. Ayo, sayang! Kau pun pasti bisa! Kalahkan Tuan Muda dan jadilah juara!" Mega berteriak lantang, dengan kedua tangan di sisi mulutnya. Ia bertepuk tangan memberi semangat pada Hendi yang tertinggal di belakang.
"Wah, Kakak Dery, jangan lengah! Jangan biarkan mereka mendahuluimu! Melajulah!" Mia terkekeh setelah ikut meneriaki Dery. Dery mengacungkan ibu jarinya sebelum menambah laju kecepatannya.
"Oh, sayang. Menantuku tidak ada yang meneriaki!" gumam Mamah sedih, "baiklah, aku harus memberinya semangat!"
"Sayang Mamah! Jangan sampai mereka mengalahkanmu! Kau juaranya!" teriak Mamah.
"Ayo, Ayah! Aku dan Ibu menantimu menjadi juara!" Ayra ikut menimpali, seketika semua menjadi hening. Para wanita di sana menoleh bersamaan pada Ayra.
Gadis kecil itu menyadari kesunyian di sekitarnya, ia ikut menoleh menatap tanpa dosa pada semua orang.
"Apa?" ketusnya tidak suka, "aku hanya memberi Ayah semangat tambahan, agar Ayah tidak dikalahkan oleh yang lain," ujarnya.
"Jangan memandangiku seperti itu!" hardiknya tidak suka. Semua orang tersadar. Mereka kembali meneriaki para lelaki yang sedang berlomba memperebutkan gelar juara.
Razka yang merasa memiliki tenaga tambahan, semakin melaju tak terkalahkan. Ia berada jauh di depan. Disusul Rendy di posisi kedua. Fachru dan Dery di posisi tiga berdampingan. Dan Hendi yang berada di bagian paling belakang.
(gambar hanya pemanis readers)
Razka dan Rendy menuju tepi pantai hampir bersamaan. Hanya sedikit saja Rendy berada di belakang Razka.
Ayra berlari menghampiri Razka dan segera melompat ke dalam pelukannya. Razka mengangkat tubuh Ayra, dan meletakkan di atas pundaknya.
Kedua tangannya memegang tangan mungil Ayra dan mengangkatnya tinggi-tinggi. "Wah!" Para wanita liar terpesona pada hot Daddy itu.
"Dia sungguh menakjubkan!" ucap salah satu dari mereka.
"So hot!" yang lain menimpali.
"Seleraku!" sahut yang lainnya.
"Dia begitu menggairahkan!" Wanita lain tak mau kalah.
Mamah jengah, ia berjalan menghampiri para wanita liar itu. Dengan anggun dan berwibawa berdiri di hadapan para wanita yang menatap lapar menantunya.
"Tapi, sayangnya! Kalian bukan calon istri idamannya. Begitu pun menurut seleraku. Jadi berhenti menatap Putraku liar, atau akan kucungkil bola mata kalian!" ancam Mamah Quin yang membuat mereka bungkam seketika.
Dengan tergesa berbalik dan berlari kecil meninggalkan tempatnya berkumpul. Kasak-kusuk dari mulut mereka terdengar. "Menyebalkan!" gerutu Mamah sebelum kembali menghampiri Razka dan Ayra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Qai
kwkwkwk...
libassss mah tuh para predator yg ngiler liat roti sobek😛😛🤣🤣🤣🤣🤣
2021-02-23
1
Wati Simangunsong
hahaaaa
2021-01-30
1