Park Hoon menyeringai ketika nyawa pelayannya diambang kematian. Alex dan tiga anak buahnya tergopoh gopoh membopong tubuh pelayan itu diatas meja. Amel sudah gemetar ketakutan ketika melihat bercak darah mengalir diatas meja.
"Apa yang harus kita lakukan tuan ?" Tanya Alex
"Haruskah saya bedah untuk ambil organ tubuhnya" ujar Ferly salah satu anak buahnya yang memang kerap kali membedah tubuh orang yang sudah tumbang
"Jangan" cegah Park Hoon " itu bukan tugas kalian sekarang, kita punya orang yang ahli dalam bidang itu"
"Dokt..." Ucapan Alex terhenti ketika melihat kode mata dari Park Hoon. Seolah mengetahui kode itu Alex langsung merogoh saku celana untuk mengambil benda pipih. Ditekannya nomor Jonathan
"Halo Nathan, bisakah kau bawa dia kesini"
"Tuan mengingkan dia bekerja"
Park Hoon mendekati tubuh Amel, dia membisikan sesuatu
"Kau ingin melihat sesuatu yang bagus" tukasnya sembari menyeringai lebar.
Beberapa saat pintu ruangan terbuka menampakan seseorang berjas putih rapi, dibelakangnya berdiri dua anak buah Park Hoon. Lelaki itu melirik sekilas kearah Amel lalu mengalihkan pandangan ke seseorong yang tergeletak tak berdaya. Dia berlari menuju seseorang yang tergeletak tak berdaya itu. Lelaki itu mendekatkan jari tangannya ke leher pria yang sudah berdarah.
"Dia harus segera di operasi, denyut nadinya melemah" tukasnya
"Dokter Kevin aku meminta mu kesini bukan untuk menyelamatkannya" Park Hoon berjalan kearah dimana pistolnya tergeletak. Dia memopa pistolnya
"Aku ingin kau mengambil organ tubuhnya"
Kevin menatap Park Hoon belis. Apakah orang ini sudah gila, disaat nyawa seseorang bisa diselamatkan tapi dia mengingkannya untuk mengambil organ tubuh?
"Kau sudah gila, dia masih bisa diselamatkan"
Park Hoon mendekati Amel lalu meletakkan pelatuk kearah kepala Amel.
"Kalau begitu bagaimana kalau posisinya ditukar, biar organ Amel yang menggantikan dia"
Kevin berdiri untuk mencegah Park Hoon.
"Jangan sentuh adikku"
Melihat itu Amel sudah lebih dulu menangis. Kakinya gemetar, melihat kakaknya yang langsung berjalan mengambil pisau bedah dan membendah secara paksa tubuh lelaki itu, Amel langsung meringis. Darah sudah membanjiri tubuh Kevin tapi dia tidak peduli bahkan jas putihnya sudah berganti warna. Melihat kerja Kevin, Park Hoon tertawa senang. Dia mengecup pipi Amel sekilas lalu berjalan mendekati Kevin.
Melihat pemandangan itu Amel terjatuh tidak sadarkan diri. Dia tidak mampu menompang tubuhnya melihat kakaknya mengoprasi secara paksa tubuh seseorang yang seharusnya bisa diselamatkan. Apalagi melihat seringai Park Hoon.
Melihat Amel terjatuh Kevin menghentikan kerjanya. Seolah paham Park Hoon bangkit dari duduknya.
"Teruskan, dia hanya butuh istirahat"
Park Hoon berjalan mendekati Amel lalu menggendong tubuh gadis itu menuju mobil miliknya.
Mobil Park Hoon lihai berlarian diatas aspal, setelah berada diapartemen Park Hoon langsung meletakan tubuh gadis itu diatas kasur king sizenya. Ada yang menarik dari tubuh Amel. Park Hoon terus menatap tubuh mungil itu tanpa berkedip. Nafsu seks nya tiba tiba meningkat, saat dia mendekatkan bibirnya ke bibir Amel gadis itu terbangung. Kepalanya terasa berdenyut sakit, sehingga membuat Park Hoon menjauhkan tubuhnya.
"Kak kevin" teriak Amel hendak bangkit namun tangannya dicekal kuat oleh Park Hoon
"Lepaskan aku" tangis Amel kembali pecah
"Tidurlah, kakak mu sedang bekerja jangan ganggu dia"
Park Hoon bangkit dan mengunci Amel di dalam kamarnya, gadis itu berteriak sesekali menangis sejadi jadinya.
**
Park Hoon berjalan membawa nampan berisi makanan, dia ingat Amel sedari tadi belum makan sama sekali, dia membuka pintu kamar, matanya langsung melihat Amel tengah kelelahan tertidur dengan hanya mengenakan kaos dan celana mini, tubuhnya benar benar menggoda. Park Hoon meletakkan nampan diatas nakas, tangannya menggoyang goyangkan tubuh Amel untuk membuatnya terbangun. Gadis itu mengernyip menatap Park Hoon, lalu bangun dengan rasa takut
"Makan lah kau belum makan sehari ini"
Park Hoon bangkit tapi tangannya dicekal kuat kuat oleh Amel
"Tolong ijinkan aku menemui kakak, dia pasti sangat depresi melihat pasiennya meninggal" pinta Amel dengan suara serak
Park Hoon menatap wajah Amel lekat lekat, ada rasa tidak rela melepaskan wanita itu tapi kita lihat dulu kesepakatan apa yang akan dia tawarkan.
"Aku janji tidak akan kabur dari mu lagi, kumohon ijinkan aku menemui kak Kevin"
Park Hoon duduk di sisi ranjang, tangannya mengusap air mata yang membasahi pipi cantik gadis itu. Entahlah dia membenci setiap gadis itu menangis padahal tangisan dari tawanannya lah yang selalu memuaskan dirinya.
"Kalau aku mengijinkanmu bertemu Kevin apa kau mau menjadi pelacurku"
Amel bergemetar, bibirnya membisu, rasa takut benar benar mendominasi dirinya. Sedetik kemudian bayangan kakaknya dua tahun lalu kembali muncul, dimana Kevin meringkuk di bawah guyuran air shower ketika dia frutasi karena pasiennya meninggal.
"Apapun akan aku lakukan asal kau mengijinkanku bertemu kakak"
Park Hoon sedikit tersentak dia tidak menyangka gadis selugu Amel bisa mengatakan hal yang membuatnya setengah menganga. Keseoakatan yang luar biasa, itu artinya kapanpun dia bisa mensetubuhi Amel.
"Kiss me now " ujar Park Hoon sembari menyeringai. Amel terdiam sangat lama, dia tidak pernah mencium lelaki manapun sebelumnya. Tapi bayangan Kevin saat frustasi kembali menghantui dirinya.
Cupp
Amel mencium bibir Park Hoon singkat, ketika hendak bangkit tangannya dicekal kuat oleh Park Hoon ,gadis itu terjatuh ke kasur. Dengan sigap Park Hoon mencumbui bibir Amel dengan kasar tapi lama kelaman ciuman itu berubah lembut. Gejola nafsu Park Hoon meningkat tangannya sudah bermain di gudukan milik Amel. Dengan penuh kesadaran Amel menepis kasar tangan Park
Hoon hingGa lelaki itu melepas ciumannya dan menatap lekat kearah Amel.
"Kenapa? Kau bilang kau bersedia menjadi pelacurku" tukas Park Hoon dengan tatapan tajam
"A-aku tahu tapi tidak sekarang" ujar amel terbata bata.
"Tapi aku sudah menginginkanmu Mel, aku menginginkanmu sejak kau pertama kali menginjakan kaki di apartemenku" Park Hoon membelai rambut amel. Gadis itu berusaha membuang muka sayangnya itu justru menjadi celahnya untuk menciumi leher jenjang Amel. Gadis itu menggeliat merasakan sensasi baru yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, geli bercampur nikmat. Amel menggegam seprai dengan kuat rasanya dia ingin menolak tapi ada sesuatu seperti kupu kupu yang menyerbu di dalam perutnya.
"Tolong lepaskan aku" pinta Amel dengan suara melemah. Park Hoon tidak mengindahkan ucapan Amel justru lelaki itu berpindah ke dada mungilnya. Dijilati kaos putih Amel hingga basah. Tangan Park Hoon bermain di bawah celananya, mengelus sesekali hingga membuat kaki Amel sedikit memberontak tapi segera melemah.
Tangan kekar itu berusaha membuka celana jeans ketat yang tengah Amel kenakan, bibirnya terus ******** dengan lembut bibir Amel yang membuat Park Hoon merasa candu.
Saat celana berhasil terbuka tangan Park Hoon menyusup kedalam celana Amel, menggesek liang vaginanya dengan tangan.
"Mmhhh sakit" ujar Amel sembari meneteskan air matanya.
Merasakan sesuatu yang sempit Park Hoon melepaskan ciumannya menatap wajah Amel yang sudah di basahi air mata
" you are a virgin? "
Amel menatap Park Hoon dengan takut ,ragu ragu dia menganggukan kepalanya.
Mengetahui jawaban Amel, Park Hoon menarik tangannya dari tubuhnya, dia berjalan keluar kamar tanpa mengatakan sepatah kalimatpun kepada Amel.
Amel tertunduk malu rasanya dia sudah dilecehkan oleh idolnya tapi untuk mengatakan itu hanya akan membuat posisi dirinya dan kakaknya terancam.
Amel segera bangkit mengganti pakian dengan kaos panjang dan balutan blezer serta celana jeans dan sepatu hitam.

Ketika diluar pintu Amel terkejut melihat Park Hoon sedang duduk menyesap biir
"Aku akan kerumah kakak" tukas Amel sembari menunduk karena saat ini untuk melihat Park Hoon dia sudah merasa malu seperti wanita murahan.
Amel hendak berjalan tapi deheman berhasil membuatnya berhenti
"Tunggu sampai Jonathan menjemputmu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
zᷜeͥzͫe
astaga ada adegan 21+ 😂
2019-12-16
8