Bel sekolah berbunyi sesekali Lee Chan menguap lebar. Rasa bosan sudah melanda diantara mereka kecuali Park Hoon yang bersemangat.
"Manager Ji Wok sungguh kejam. Aku bosan sekolah" teriak Lee chan mengundang perhatian teman sekelasnya
"Tenang oppa ada aku disini" ujar Mirae menenangkan Lee Chan. Lelaki itu justru menyeringai lebar. Zhan melangkahkan kaki mendekati Kang Chul dan Lee Chan
"Kita ada latihan malam ini" tukas Zhan.
"Aaa aku tidak mau, berapa jam kita habiskan untuk belajar sekarang kita harus pergi latihan" keluh Lee Chan terdengar lucu
"Hyung sepertinya kita tidak usah latihan, biar aku yang bilang ke manager. Kasihan Lee Chan dia terlihat kelelahan" tukas Park Hoon
"Benar itu, aku mencintaimu Park Hoon" teriak Lee Chan sembari membuat tanda love diatas kepalanya menggunakan tangan
Zhan menatap Park Hoon lekat lekat
"Kau serius, manager bisa marah kalau kita melewatkan latihan"
"Tenang saja manager tidak akan marah, lagi pula tanggal comeback kita masih lama"
Zhan, Kang Chul dan Lee Chan berjalan keluar yang jelas sudah diikuti banyak penggemarnya. Bedanya tidak seheroik pertama mereka datang.
Amel memasukan semua bukunya di dalam tas. Eun Ji dan Mirae sudah lebih dulu mengikuti Kang Chul dan yang lainnya. Memang dasar mereka berdua, dia bilang sahabat selamanya giliran ketemu bias udah lupa diri.
Amel berjalan pelan pelan keluar kelas diikut Park Hoon dari belakang.
"Mau pulang?" Tanya Park Hoon halus.
Amel menoleh lagi lagi dia menemukan senyum manis yang tercetak di wajah Park Hoon
Amel mengangguk sekilas. Pandangannya terus kedepan, jantungnya berpacu, tangannya berkeringat dingin. Astaga memangnya bisa se deg degan ini ya jalan bareng bias.
"Mau aku antar?" Tanya Park Hoon lagi. Amel melangkahkan kaki ragu lihat saja di belakang mereka sudah berbaris siswa siswi yang mengikuti mereka dengan tatapan kagum.
"Terimakasih oppa tapi aku bisa pulang sendiri" ujar Amel menunduk sopan lalu dia berjalan keluar gerbang menuju halte bus. Sebenarnya Amel merasa senang dengan sikap ramah Park Hoon tapi melihat teman temannya seenerjik itu dengan ASP membuat Amel sedikit minder. Dia hanya gadis Indonesia yang berbeda dengan gadis Korea. Memangnya bisa apa remahan rengginan.
"Amelllll" panggil Park Hoon dari belakang. Amel menoleh, lagi lagi dia menemukan seulas senyuman yang hampir membuat Amel terkena serangan jantung
"Kapan kapan aku boleh main ke rumahmu?" Tanya Park Hoon dengan menunjukan deretan giginya. Amel mengambil nafas, menelan salivanya lalu mengangguk pasrah. Rasanya dia ingin lompat dan berteriak sekencang kencangnya tapi masih bisa Amel tahan karena di hadapannya, Park Hoon menyeringai semakin lebar.
Amel berjalan menuju ke halte bus, tentu setelah melihat Park Hoon masuk kedalam mobil sedan. Ketika bus sudah datang dengan sigap Amel berjalan memasuki kedalam bus, setelahnya bus melenggang menuju daerah pemukiman apartemen Amel.
Dengan gontai Amel membuka pintu apartemennya, kakaknya pasti belum pulang. Amel melempar asal tasnya lalu berjalan memasuki kamar. Ketika dia sudah berada diatas kasur mata Amel seolah berat. Beberapa menit kemudian Amel sudah mendengkur ria. Gadis itu selalu saja mengeluh kecapean jika pulang sekolah.
**
Park Hoon tengah menjilati salah satu bibir pelacurnya bedanya ini adalah bibir seorang virgin. Lelaki itu memperdalam ciuman, sesekali memainkan tangannya di bagian payudara si pelacur. Suara desahan menyambut nafsu Park Hoon lebih buas. Bibir Park Hoon berpindah ke leher jenjang pelacurnya. Ketika tangan kanan Park Hoon sudah menyusuri di daerah **, perempuan itu mendesah hebat. Park Hoon memasukan jari jarinya kedalam ** perempuan itu yang sukses membuatnya semakin menegang.
"Shhhh ahhhh" suara desahan itu semakin jelas terdengar.
Tapi kali ini Park Hoon menghentikan permainannya. Kepalanya seolah penuh dengan bayangan Amel. Sial gadis itu sejak kapan menghantui otak Park Hoon. Bahkan sedari permainan dimulai Park hoon tidak bisa mengenyahkan bayangan Amel.
"Kita tunda permainannya nona"
Park Hoon berjalan mengambil jas yang tergeletak diatas meja kerjanya. Dia berjalan keluar untuk menghisap sebatang rokok dari atas balkon. Entah kenapa saat ini prioritasnya seolah bukan kepada dokter Kevin lagi tapi kepada cara mendekati Amel.
Park Hoon menghembuskan asap rokok yang sudah dia hisap. Ketika sebuah ketenangan menyapa Park Hoon, Alex datang membawa sebuah map.
"Maaf bos, mulpong yang kita miliki hanya tersisa sedikit"
Alex menyerahkan data itu yang langsung di sambut oleh Park Hoon
"Sial" decihnya.
"Kita harus memulai rencana" tukas Park Hoon membuang Putung rokoknya asal.
"Apakah apartemen dokter Kevin ketat oleh penjagaan?" Tanya Park Hoon
"Iya bos"
Park Hoon mengangguk mengerti lalu keluar ruangan sudah menggunakan masker putih. Jika apartemen itu ketat penjagaan maka seorang teman yang mengunjungi temannya tidak akan membuat curiga penjaga dari pada harus mendobrak pintu. Alex dan Park Hoon beserta dua anak buahnya melenggang menuju apartemen Kevin. Ketika berada di sana Park Hoon melepaskan maskernya. Dia berjalan terpisah dengan Alex, Park Hoon berjalan ke lift menuju lantai 12
Tinggg
Suara pintu lift berbunyi , Park Hoon berjalan dan menekan salah satu bel apartemen lantai 12. Tidak ada sahutan yang menandakan pemiliknya ada di dalam. Park Hoon menekan kembali bel berulang ulang.
Amel mengerjapkan matanya, mendengar suara bel, sepertinya bukan berasal dari kakaknya. Kevin akan langsung masuk tanpa harus membunyikan bel. Dilihatnya jam diatas nakas, ternyata pukul 2 KST. Siapa yang berani beraninya bertamu sepagi ini. Amel mengusap wajahnya, bel masih terus berbunyi
"Astaga akan ku bunuh siapapun yang memecet bel itu" pekik Amel. Dengan rasa malas Amel berjalan untuk membuka pintunya. Matanya setengah terkejut melihat seulas senyum yang mampu membuat jantungnya berdegup. Gadis itu memaku.
"Hai Amel" sapa Park Hoon dengan seringai licik, sayangnya Amel tidak menyadari seringai itu.
"Oppa apa yang kau lakukan malam malam begini?" Tanya Amel begitu dia membuang keterkejutannya
"Kebetulan aku ada syuting didekat sini dan aku teringat kalau apartemen mu disini"
"Apa aku boleh masuk?" Tanya Park Hoon
"Oh tentu"
Amel dan Park Hoon berjalan menuju kedalam apartemennya.
"Mau kubuatkan teh?" Tanya Amel ramah.
"Tentu" ujar Park Hoon dengan seringai yang tercetak di wajahnya.
Lelaki itu kini mengambil ponsel miliknya dan memotret Amel untuk dikirim ke salah satu nomor di ponselnya.
"Kau sendirian?" Tanya Park Hoon memecah keheningan. Amel kembali dengan dua cangkir teh.
"Tidak, aku tinggal berdua dengan kakak ku" Amel menyodorkan teh kepada park Hoon
"Kemana dia?" Tanya park Hoon sesekali menyesap teh nya
"Sedang bekerja"
"Apa kakak mu tahu kalau aku sedang bertamu?" Park Hoon menyeringai licik. Amel yang tengah menyesap tehnya tidak menyadari seringai jahat dari Park Hoon
Gadis itu hanya menggeleng lalu mengikat rambutnya.
"Kau tunggu disini ya, aku akan berganti pakaian dulu" tukas Amel untuk kemudian bangkit menuju kamarnya. Memang sedari tadi Amel masih mengenakan seragam sekolah.
**
Kevin berlarian tergesa gesa ketika membaca pesan yang masuk beberapa menit yang lalu . Pesan itu dari Park Hoon
Park Hoon
Hai apa kau tahu dia siapa ? Bagaimana jika dia dijadikan salah satu pelacurku?
Kevin memencet pintu lift berulang ulang sayangnya pintu tetap tertutup. Setelah pintu terbuka Kevin berlarian menekan nomor 12.
Tingg
Pintu lift terbuka , Kevin langsung berlarian menuju apartemennya. Dibukanya secara cepat pintu apartemen. Ketika pintu di buka Kevin terkejut Park Hoon si brengsek itu sudah menodongkan pistol di kepala adiknya dengan sudut bibir Amel mengeluarkan darah. Tangisan Amel pecah. Sesaat Kevin hendak berjalan mendekati adiknya sayangnya kaki Kevin seolah di tendang oleh seseorang hingga Kevin terjatuh kelantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Omak Zefanya Ringo
jahat jahat jahat
2020-05-06
1
Serfin@ BLACKPINK
Serfina @su ramadhani
Nanti pasti luluh tuh si chanyeol
2020-05-04
2
KimNana's_3112
jahatnyaaaa
2019-12-17
4