Amel terjatuh di atas kasur king size milik Park Hoon. Lelaki itu mendekatkan tubuhnya ke arah Amel, tapi gadis itu berusaha untuk mundur sayangnya dia terpentok pada sebuah tembok. Amel sungguh ketakutan, dia tidak menyangka idola yang selalu dia puja sebrengsek ini. Park Hoon semakin mendekat, sampai nafas Park Hoon bisa Amel rasakan. Park Hoon berusaha mencium Amel sayangnya gadis itu memalingkan wajahnya sehingga menggagalkan rencana Park Hoon. Lelaki itu merasa murka di tariknya rambut Amel hingga dia meringis kesakitan.
"Tolong ampuni aku" pinta Amel
"Kau hanya harus melayaniku "
Amel berusaha memberontak sayangnya bibirnya sudah di lumut secara kasar oleh Park Hoon. Amel diam memaku. Tidak membalas ciuman Park Hoon sama sekali. Merasa tidak di balas Park Hoon melepas ciumannya dan menampar kerasa pipi Amel.
Plaakkkkk
"Kenapa kau tidak ingin bercinta denganku?" Teriak Park Hoon mendominasi seisi ruangan
"Karena aku bukan pelacurmu" jawab Amel sembari menatap lekat kearah Park Hoon. Cowok itu menyeringai lalu mendekatkan wajahnya ke arah Amel.
"Saat ini memang belum, tapi nanti kau akan jadi pelacurku "
Park Hoon berjalan keluar kamarnya. Dia menyesap sebatang rokok. Berurusan dengan Amel membuatnya selalu naik darah apalagi dengan ritme jantungnya yang selalu berpacu cepat. Nafsu yang dia miliki kian memuncak bila berurusan dengan gadis itu, warna merah merona bibirnya, mata bulatnya dan senyumnya yang mampu membius Park Hoon.
**
Kevin menatap kepergian adiknya dengan perasaan terluka. Setelah dia melewati serangkai masalah dengan Park Hoon dia harus terduduk sembari meratapi jet pribadi milik Park Hoon terbang meninggalkannya. Kevin mengusap air mata lalu bangkit menatap Jonathan yang selalu berada dibelakangnya untuk mengawasi setiap gerak gerik Kevin mulai sekarang.
"Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Kevin kepada Jonathan lelaki itu tersenyum tidak seperti anak buah Park Hoon lainnya yang selalu kaku.
"Kau hanya harus mengikuti apa yang diinginkan tuan"
"Apa yang dia inginkan sekarang? Apapun itu aku ingin dia mengembalikan adikku" Kevin mendekati Jonathan. Tangannya mengepal rasanya dia ingin membunuh Park Hoon sekarang juga.
"Tunggu perintah dia selanjutnya"
**
Park Hoon menyeringai ketika dia berjalan melewati gadis gadisnya yang berbaris. Gadis gadis yang akan di siapkan untuk pelanggan VVIP. Park Hoon terhenti ketika dia menatap Soya lekat. Gadis itu terlihat muram tanpa sebuah senyum yang menghiasi wajah cantik miliknya. Saat Park Hoon berhenti sesuatu sepeti menghantam punggungnya. Itu kepala Amel yang menabrak punggung Park Hoon karena gadis itu masih saja menatap sekumpulan gadis cantik yang berbaris. Amel menunduk ketika Park Hoon menatap kearahnya.
"Siapa saja yang akan datang?" tanya Park Hoon kepada Alex . Alex memberikan ipad kepada Park Hoon.
"3 pelanggan VVIP ya, Kim Minseok, Jongdae dan Jumyong" Park Hoon manggut manggut.
"Berikan mereka yang cantik cantik, tunggu seperti nya aku tahu siapa yang cocok untuk tamu kita"
Park Hoon mendekati Soya, lalu berpindah ke arah Rose. Park Hoon memberi kode melalui tatapannya yang langsung diangguki oleh Alex. Lelaki itu langsung membawa para gadis untuk keluar dari ruangan Park Hoon.
"Panggilkan Syasya" titah Park Hoon kepada anak buahnya yang lain. Beberapa saat masuklah seorang gadis yang sangat cantik berpostur sedikit tinggi dengan rambut panjang.
"Ada apa tuan? "
"Aku ingin melihat senjata yang akan dikirim ke Thailand"
"Baik"
Syasya melirik sekilas ke arah Amel yang tetap berdiri di dekat sofa sembari tertunduk.
Beberapa saat dua anak buah Park Hoon keluar membawa sebuah peti. Cowok itu berjalan menuju peti yang di bawa Alex dan empat anak buahnya. Park Hoon mengeluarkan beberapan pistol ukuran kecil dan besar tak lupa dengan pisau ukuran kecil hingga ukuran besar. Ketika dia mengeluarkan pisau kecil Park Hoon sengaja melempar ke arah Amel hingga gadis itu tersentak kaget. Lengannya sedikit tergores pisau yang dilempar Park Hoon. Pisau itu menancap ke sebuah kayu didekat televisi. Park Hoon mnyeringai, tapi tidak dengan Amel, karena gadis gemetar hebat.
"Apakah ini berfungsi?" Tanya Park Hoon ketika menggenggam sebuah pistol
"Ya tuan" jawan Alex
"Mana pelurunya ?"
Alex memberikan dua buah peluru untuk di isi ke pistol. Cowok itu langsung mengarahkan pistol kearah Amel, lagi lagi Amel menangis karena ketakutan, kakinya lemas, tubuhnya gemetar, tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa kepada Tuhan.
Park Hoon tertawa terbahak bahak melihat reaksi ketakutan Amel.
Park Hoon meletakkan kembali pistol kedalam peti.
"Bawa pergi" titah Park Hoon kepada Alex.
Amel masih diam mematung tanpa bisa bergerak sedikitpun. Rasanya dia benar benar seperti tahanan. Untuk mengaduh bahwa perutnya lapar pun dia tidak mampu, hanya bisa menahan luka yang selalu dia dapat. Park Hoon berjalan membawa kotak P3k, ketika lengan Amel di sentuh Park Hoon gadis itu sedikit terkejut.
"Aku obati lukamu" tukasnya sembari membimbing Amel duduk di sofa.
Park Hoon mengobati luka amel dengan telaten, lelaki itu seperti mempunyai kepribadian ganda dalam satu waktu. Dia bisa berubah kejam seperti iblis dan juga bisa sebaik malaikat. Amel menatap wajah Park Hoon yang sedang meniup niup luka miliknya. Seharusnya dia senang karena dia di obati oleh idolanya, tapi berbeda dengan keadaan sekarang dia tidak menyangka idolanya adalah seorang mafia yang kejam dan tak berperasaan. Park Hoon mendongak, sehingga jarak wajahnya dan Amel sungguh dekat. Amel bisa merasakan hembusan nafas Park Hoon di area bibirnya. Park Hoon hendak mendekatkan bibirnya ke arah bibir Amel.
Kruuuuukkkkk
Suara perut Amel berbunyi membuat siempunya merah merona di area pipinya. Sedari pagi tadi hingga sore Amel belum menyantap makanan pun. Park Hoon tertawa membuat ketampanannya naik di radius tinggi.
"Kau lapar?" Tanya Park Hoon yang semakin membuat semburat merona pada pipi Amel. Park Hoon mengecup pipinya
"Aku suka saat kau seperti ini, sebentar ya aku akan menyuruh Alex membelikanmu makanan" ujarnya sembari bangkit mengambil benda pipih diatas nakas.
"Halo Alex, belikan Amel makanan"
"Terserah kau yang penting enak"
Park Hoon meletakkan kembali ponselnya, berjalan mendekati Amel yang tengah menatap ujung meja.
"Amell"
Amel mendongak menatap Park Hoon yang tengah bertelanjang dada karena dia sedang mengganti kemejanya dengan kaos. Melihat pemandangan yang tak biasa itu Amel merasa panas, lagi lagi semburat merah muncul di pipinya. Park Hoon telah selesai mengenakan baju putih.
"Nanti malam aku ada latihan, ku peringatkan jangan mencoba untuk kabur" ancam Park Hoon sembari mnyeringai, saat seperti ini Park Hoon bukan malaikat lagi melainkan seorang iblis yang kapan saja bisa membunuhnya. Amel menelan salivanya susah payah, ketika Park Hoon mendekati tubuhnya membuat tubuh Amel terjatuh kesofa, saat ini yang bisa di lakukanya hanya pasrah dia tidak bisa melawan kekuatan Park Hoon apalagi dirinya tengah berada di lingkungan seorang mafia, salah gerak sedikit saja nyawanya sebagai taruhan. Tubuh Park Hoon menindihi Amel, aroma Amel dan Park Hoon sudah bercampur menjadi satu. Amel menghirup aroma lelaki itu. Ketika Park Hoon mendekatkkan bibirnya ke bibir Amel suara pintu terbuka. Menampilkan seorang pelayan club membawa sekantong makanan, melihat tuannya tengah menatapnya tajam dia menjadi sedikit gemetar
"Shiitt" umpat Park Hoon seraya bangkit dan berjalan membawa pistol ditangan
Dooorrr
Amel menutup mulutnya karena kaget melihat seseorang merenggang nyawa di hadapannya. Pelayan yang membawa makanan tadi sudah terjatuh dengan sisa nyawanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Kustri
bunuh orang ky bunuh semut!
2020-06-08
1
Anggraini R
kenapa harus kim minseok, jongdae sma jumyeon,😒😒😒sekalian kaii,
2020-05-11
1
riyani achmada
duh..main dar der dor aja thorr... nembak burung kalii
2020-04-11
3