Apa yang terjadi kepada putri kecil Askar dan Sina bukanlah suatu masalah, melainkan kondisi tidak stabil saat keturunan Phoenix akan membentuk inti darah api mereka.
Tapi di dunia ini tidak ada yang mempelajari tentang binatang mistik yang sudah punah ratusan ribu tahun itu, karenanya dokter anak masih belum tahu apa pun mengenai kondisi putri kecil Sina.
Sedangkan Askar memiliki ingatan dewa pemangsa, dan disana pun terdapat bermacam hal mengenai seluk beluk kehidupan binatang mistik Phoenix merah.
"Jadi apa yang harus kita lakukan Askar." Bertanya Sina dengan khawatir.
"Tidak perlu khawatir Sina, tidak akan terjadi apa pun kepada putri kecil kita." Berkata Askar yang mencoba memahami kekhawatiran dari Sina.
"Tapi aku tidak bisa melihatnya menangis setiap kali tubuh putri menjadi panas." Sina yang jelas tidak mungkin menyadari tentang kondisi hanya bisa mempercayakan semua kepada Askar.
"Ya aku paham, setidaknya kita bisa memberikan bantuan untuk mengurangi efek panasnya.... dan juga seharusnya Asy lebih tahu mengenai hal tentang keturunan Phoenix." Berkata Askar yang mengungkit keberadaan Asy dimana dia berhubungan dengan darah Phoenix didalam tubuh Sina.
Seketika pribadi Sina berganti dengan sosok lain yang ada di dalam tubuhnya, dia adalah Asy serpihan jiwa asli dari Phoenix merah.
"Apa yang kau katakan, aku sendiri bahkan belum pernah memiliki anak, dan ingin bertanya kepadaku." Ucap Asy dengan perasaan kesal kepada Askar.
Biar pun Asy masih bersemayam dalam tubuh Sina, tapi jelas jika nada suara yang dia gunakan berbeda, jadi Askar bisa tahu kalau Phoenix merah itu sedang marah.
"Tentu ini menjadi kejutan, siapa sangka burung suci yang mendekati keabadian masih per*awan, aku ingin tahu apa yang kau lakukan selama kehidupanmu Asy." Berkata Askar dengan menahan tawa.
"Jangan berkata seperti itu Askar, Asy bukan tidak ingin memperbanyak keturunan, tapi sepanjang hidupnya masih belum menemukan pasangan yang cocok bagi sesama Phoenix merah." Berganti Sina dengan membela Asy, biar pun Sina terlihat ingin tertawa pula.
Sebuah keturunan bagi binatang mistik seperti Phoenix merah tentu akan sangat berharga, terlebih jika didalamnya terdapat darah murni.
Dan seperti itulah tujuan Asy, dia ingin mendapatkan keturunan murni dari sesama pasangan burung Phoenix, tapi sayangnya jumlah pemilik garis darah murni sangat sedikit.
Hingga di akhir kehidupan Asy dia belum pernah memiliki hubungan apa pun bahkan untuk sekedar mendapat keturunan sama sekali.
"Aku merasa lebih tenang sekarang karena putri kecil tidak mengalami gangguan kesehatan apa pun." Ucap Sina yang terhembus nafas lega.
Askar tidak merasa heran jika Sina begitu khawatir dengan keadaan putrinya itu, karena ini pertama kali dia memiliki seorang anak dan jelas ekspresi bahagia ketika Askar benar-benar menujukan perhatiannya.
"Jadi nama apa yang sesuai dengan putri kecil kita ini Sina." Bertanya Askar karena belum menemukan nama yang sesuai.
"Aku terserah kau saja Askar, nama seperti apa pun tentu akan sangat indah untuk putri kita." Jawab Sina.
"Jika kau berkata nama seperti apa pun, tentu kau tidak ingin aku berikan nama Joko untuk putri kecil kita ini bukan."
"Sebenarnya apa yang kau pikirkan, paling tidak carilah nama perempuan."
"Aku tahu, aku tahu, aku hanya bercanda jadi jangan dianggap serius Sina."
"Aku bahkan tidak tahu kapan kau akan serius atau sedang bercanda."
Askar berpikir, merasa yakin jika dia cukup ahli untuk memberikan nama bagi anak-anaknya, karena sebelumnya, Arya Nagavilian dan Aryana Lotusianti.
Dimana nama belakang keduanya menggambarkan sosok tegas penuh wibawa dari seekor naga, dan kecantikan abadi bunga lotus, cukup menarik untuk didengar.
"Baiklah, putriku ini akan aku berikan nama 'Asyfa Finiksia.' bagus bukan." Ucap Askar setelah mendapat pencerahan atas nama untuk putrinya dengan Sina.
Askar bukan tanpa sengaja memilih nama Finiksia, tapi itu adalah nama lain dari burung Phoenix, karena bagiamana pun didalam tubuh putri Askar terdapat kekuatan seekor burung Phoenix merah.
"Dengar itu putri kecil, sekarang namamu adalah Asyfa, agar tidak salah paham, maka nama panggilan putri adalah Syfa." Ucap Sina yang tersenyum cerah kepada putrinya.
Tidak lupa pula dengan hadiah yang sudah Askar siapkan untuk ketiga anaknya, Arya, Aryana dan Syfa, karena tentu mereka menantikan pemberian dari sang ayah.
Walau untuk Syfa, Askar benar-benar tidak tahu jika anaknya bersama Sina sudah lahir dan tidak membawakan apa pun dari dimensi falsus.
Setidaknya Askar memiliki skill penciptaan, dimana dia memiliki satu benda yang sangat cocok untuk di jadikan cidera mata bagi Syfa dan juga sangat berguna untuk mengatasi masalah panas tubuh saat pembentukan inti darah Phoenix.
Tidak main-main untuk Arya dan Aryana, keduanya diberikan satu benda yang Askar temukan dalam ruangan Asyura di dimensi falsus.
Hadiah untuk Aryana adalah sebuah Bros bunga mawar hitam, di dalam ingatan Askar itu adalah milik dewa kematian Lutos, istri Asyura.
'Kalau tidak salah boros ini memiliki roh penunggu, seharusnya tidak jadi masalah, karena Aryana memiliki kekuatan dewa pemangsa, paling tidak mungkin itu akan membantu dirinya.'
Dan juga roh penunggu yang terkunci didalam Bros hanya bisa muncul ketika Aryana memiliki kemampuan untuk memanggil sosok itu keluar.
Sedangkan untuk Arya sendiri berupa cincin batu biru dengan kemampuan untuk meningkatkan regenerasi energi sepuluh kali lebih cepat daripada batasan normal.
Tentu saja ini akan sangat berguna ketika Arya kehabisan energi di saat keadaan mendesak dirinya menggunakan kekuatan yang jauh lebih kuat.
Diantara itu semua pemberian Askar kepada Syfa adalah batu merah delima yang sengaja Askar kaitkan dengan sebuah gelang yang diciptakan secara khusus.
Untuk saat ini, efek penangkal panas akibat pembentukan inti darah Phoenix merah akan di netralisir oleh batu merah delima sehingga Sina merasa nyaman dengan kondisi putrinya.
"Kenapa kau selalu memberikan hadiah kepada anak-anak mu, sedangkan istrimu ini bagaimana ?." Berkata Elica sedikit mengoceh karena dirasakan perhatian Askar sangat berlebihan kepada putra-putrinya.
"Ya aku sih selalu bisa memberikan apa yang mungkin kau inginkan Elica, tapi apa itu, harta ?, Perhiasan ?, Senjata tingkat lord ?, Item-item kelas surga ?, Batu kristal energi kualitas terbaik ?, Atau hewan peliharaan sekelas monster saint suci ?, Aku sendiri bahkan tidak tahu apa yang kau inginkan Elica." Berkata Askar dengan wajah rumit untuk menanggapi perkataan Elica.
"Ya mungkin kau memang benar, kita tidak kekurangan apa pun dengan semua kekayaan ini, tapi harusnya kau tahu Askar." Berkata Elica yang disertai maksud-maksud tertentu.
"Hmmm maaf aku tidak tahu harus berkata apa."
"Setidaknya untuk sekian lama kau pergi, kita bisa sesekali pergi berdua menikmati waktu luang bersama." Ucap Elica yang jelas merindukan Askar.
"Baiklah, kalau begitu." Santai saja Askar menjawab, karena dia pun sadar sudah cukup lama dirinya tidak meluangkan waktu untuk setiap wanitanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 308 Episodes
Comments
arfan
705
2021-08-23
0
Sarli Ayu
mantab...
2021-07-07
0
fuckboy
854
2021-06-26
0