...📖 Sebelum membaca,...
...Jangan lupa klik like, vote dan rate....
...Kasih komentar yang positif agar semangat menulis....
...Happy Reading...
...----------------...
Malam itu Sapto baru saja pulang dengan kondisi setengah mabuk. Dia mengendarai mobil sendirian dari diskotik setelah bersenang-senang dengan para cewek cantik di sana. Sapto pun keluar dari mobil dengan langkah sempoyongan akibat banyak alkohol yang sudah dia tenggak. Dia berjalan menuju ke rumah mewahnya. Namun tiba-tiba dia mendengar sebuah suara.
"Mas...."suara lirih seorang perempuan terdengar memanggil.
Sapto pun menoleh mencari asal suara tersebut. Namun, dia tidak melihat siapapun. Siapa yang barusan memanggil.
"Mas..."kembali terdengar suara.
"Siapa?"sahut Sapto sambil melihat ke sekelilingnya.
"Aku mas....,"suara itupun menyahut.
Sapto menoleh ke belakangnya.
"Astagaaaaaa!!!!!"
Dan seketika Sapto terjatuh karena terkejut melihat sosok berbungkus kain yang sudah lusuh tersebut. Wajahnya yang gosong serta sorot matanya yang berwarna putih itu semakin membuat Sapto ketakutan sampai-sampai dia tidak bisa bergerak dari tempatnya.
"Si...si...siapa kam...kamu...."tanya Sapto dengan ketakutan.
"Mas...ini aku mas..."sahut sosok tersebut.
"Ak...aku...gak...Ken...kenal....Kam...kamu...," ucap Sapto tergagap dengan tubuh gemetaran. Dan bodohnya tubuhnya secara gaib seperti terpaku di tempat itu. Sial ! Bagaimana dia bisa kabur!
"Mas... kembalikan tali ku, aku kedinginan mas..."
Sapto seketika teringat siapa bungkusan putih yang ada dihadapannya itu. Ratih!
"Ak...aku tidak tahu,"ucap Sapto berbohong.
Dan seketika kedua mata Ratih berubah menjadi merah dan mengeluarkan darah. Sapto yang melihatnya pun sangat ketakutan dibuatnya.
"Kamu harus menggantinya, mas...."ujar bungkusan Ratih itu sambil melayang mendekati Sapto.
"Tidak! Tidak! Aku tidak tahu apa-apa! Tidak,"ujar Sapto berusaha untuk berdiri. Akan tetapi tubuhnya benar-benar tidak bisa bergerak dari sana.
"Kamu sebagai gantinya mas..."
"Tidaaaaakkkkk! Ratih jangan!"teriak Sapto yang ketakutan karena bungkusan Ratih semakin mendekat ke arahnya.
"Kamu akan menggantinya mas..."
"Tidak, Ratih! Tidaaaaakkkkk!"ujar Sapto yang sangat ketakutan apalagi bungkusan Ratih itu memuntahkan belatung dari mulutnya tepat di wajah Sapto. Ulat itupun seketika menggerogoti wajah Sapto yang berteriak-teriak karena merasakan panasnya muntahan dari Ratih.
"Hihihiiiiiiiiiiii......."
"Tidaaaaaaaaaaaakkkkkkk!!!!!!"
......................
"Weh! Sapto! Weeehhhh!"sebuah guncangan di bahu Sapto seketika membuat Sapto terbangun. Dia melihat ke sekeliling ruangan. Peluh mengalir di dahinya. Ternyata dia sedang berada di rumahnya. Rupanya itu hanya mimpi semata.
"Kamu ini mimpi apa? teriak-teriak nggak jelas, kamu heh!"ujar Jamal yang saat itu baru sampai rumah dan mendengar suara teriakan Sapto dari dalam kamarnya.
Sapto mengusap wajahnya karena masih terbayang-bayang dengan mimpi menakutkannya itu. Sapto pun bergidik ngeri mengingat mimpi tersebut.
"Heh! Kamu nggak lupa kan ritual wajib kita semalam?"tanya Jamal dan Sapto pun baru sadar jika semalam karena pulang sedikit mabuk. Dia menjadi lupa jika semalam dia seharusnya melakukan ritual pemujaan pembayaran mahar.
Astaga! Aku lupa!
"Eh...Sud...sudah kok, tenang saja,"jawab Sapto berbohong.
Jamal memperhatikan wajah Sapto dengan seksama. Sapto yang diperhatikan pun mulai sadar jika Jamal mencurigai dirinya. Maka Sapto mulai melancarkan aksi pembelaan dirinya dihadapan Jamal.
"Hei, kamu nggak percayaan bener ya sama aku,"ujar Sapto berusaha tenang agar Jamal tidak curiga kepadanya.
"Ya, sudah kalau begitu, aku mau tidur dulu,"lanjut Jamal yang percaya begitu saja kepada Sapto.
"Huh....untunglah,"ucap Sapto sambil mengusap dadanya merasa lega karena Jamal tidak mencurigai dirinya.
"Aku harus melakukan ritual itu nanti malam atau Ratih akan ngamuk seperti di mimpiku,"ujar Sapto berjanji kepada dirinya sendiri.
......................
Malam Jumat Kliwon, Jamal dan Sapto pun mulai beraksi lagi. Mereka sudah mendapatkan korban yang begitu kaya raya kali ini. Meskipun penjagaan begitu ketat tetapi mereka yakin dengan ilmu kebal yang mereka miliki. Mereka akan bisa menembus pertahanan di rumah salah satu pejabat itu.
Sapto dan Jamal sudah berhasil masuk ke dalam ruangan yang mereka yakini menyimpan harta kekayaan. Akan tetapi sebuah alarm berbunyi ketika mereka mencoba membuka brankas di sana.
"Sial! Ada alarmnya, cepat!"ujar Jamal sambil memasukkan gepokan uang ke dalam tas besar yang mereka bawa.
Mereka berdua berusaha segera pergi dari rumah tersebut. Keduanya bergegas melompat pagar tinggi rumah tersebut. Akan tetapi...
DOR ! DOR ! DOR !
"Akrrhhhhhhh !!!!!!!!"terdengar suara rintihan dari Jamal sambil memegang dadanya yang terkena luka tembak.
"Mereka ada di sana!"teriak salah satu pengawal yang melihat mereka berdua.
"Jamal! Ayo lari! Kamu masih bisa kan?"ujar Sapto yang melihat Jamal tampak begitu kesakitan akibat luka tembak yang dideritanya.
"Jamal!"pekik Sapto karena Jamal akhirnya ambruk.
Jamal meringis kesakitan memegangi dadanya. Jamal sudah tidak kuat lagi. Dadanya terasa begitu sakit. Jamal pun tidak sanggup berkata apa-apa lagi. Tembakan tersebut tepat mengenai jantungnya.
"Jamal!"pekik Sapto kembali yang melihat Jamal akhirnya menghembuskan napas terakhirnya. Jamal telah mati.
"Itu mereka!"suara para pengawal itu membuat Sapto mau tidak mau meninggalkan jasad Jamal di sana. Sapto harus segera berlari atau dia akan ditangkap dan bisa saja dia dibunuh.
Sapto berlari sambil terseok-seok ternyata dia juga terkena luka tembak di bagian betis kanannya. Sapto berhenti di sebuah gang sempit dan gelap. Dia mencari tempat untuk bersembunyi dari para pengawal. Sapto tampak begitu bersedih akan kematian Jamal.
Kenapa mereka begini? Apakah karena dia pernah lupa untuk membuat sesajen kala itu? Seandainya saja Sapto tidak lupa saat itu mungkin mereka tidak akan sampai terluka seperti ini?
"Mas...."suara itu terdengar memanggil Sapto dari arah belakang.
Dengan takut-takut, Sapto menoleh dan mendapati bungkusan putih di dekatnya. Sapto seketika memejamkan matanya. Ratih! Bagaimana dia bisa ada di sini!
"Mas... ikut aku,"ajak bungkusan Ratih.
"Tidak! Tidak!"ujar Sapto.
Sapto berkali-kali mencubit lengannya dan menganggap itu hanya sebuah mimpi semata. Akan tetapi, rasa sakit akibat cubitan itu begitu terasa. Berarti ini nyata???
"Ayo mas... aku kesepian mas..."
"Tidaaaak!"pekik Sapto kemudian dia berlari sekuat tenaga menghindari bungkusan Ratih. Namun, entah mengapa Sapto baru tersadar jika dia berlari memasuki sebuah pemakaman. Sapto terheran-heran kenapa dia bisa sampai di sana.
"Mas...temani aku mas..."suara itu lagi. Sapto melihat ke segala penjuru arah.
"Tidak Ratih! Tidak!" Sapto mencoba lari namun bungkusan itu mengejar langkah Sapto. Dan tangan bungkusan yang runcing-runcing itupun berhasil menangkap leher Sapto kemudian mencekiknya. Sapto tidak bisa kemana-mana lagi.
"Temani aku mas!"
"Arrrrkkkkhhhhhhh!"suara teriakan Sapto itu menggema di area pemakaman. Sapto pun menghembuskan napas terakhirnya.
"Hihihiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.... hihihiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii......."
"Mas, temani aku mas...."ucap bungkusan Ratih dengan sorot matanya yang merah menyala.
"Aku kesepian mas..... Hihihi hihihiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!"
...----------------...
👻 Tamat
...Banyak jalan menuju Roma, namun bukan jalan instan pula yang harus digunakan menuju ke sana. Segala hal yang serba instan pasti mengandung sebuah resiko didalamnya. Bekerja keras, berdoa, dan pasrahkan hasilnya kepada Tuhan. Itulah manusia selayaknya berikhtiar kepadaNya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Dewi Masitoh
smgt terus kk
2021-10-24
1
Eva Santi Lubis
keren thor lanjut
2021-05-05
0
B€༄͜͡●⃝🐢ᴿⱽ᭄᭄sᷝqᷮuͤaͬd🆔™
hiiiii akuttttt
2021-03-24
0