Rendra berjalan menuju sebuah kios yang didatanginya tadi pagi.
"Kamu beneran datang lagi, Nak," ucap sang pemilik kios.
"Pasti datang, Pak.. Saya kan butuh uang untuk beli makan buat adik saya," jawab Rendra tersenyum kecut.
Ya ampun.. Kasian kamu Nak, masih kecil sudah harus menghidupi adikmu sendirian.. Bapakmu ke mana.. Semoga dia tidak meninggalkan kalian dengan sengaja.. Sang pemilik kios menatap Rendra dengan iba.
"Ya sudah, kamu mulai pindahin barang ya. Punya Bapak yang tiga mobil box itu," ucap sang pemilik kios sambil menunjuk ke tiga buah mobil box berbeda. "Bilang ke supirnya, barang punya toko Pak Agus."
Tanpa mengenal lelah, Rendra pun segera melakukan pekerjaannya.
"Wah, kamu masih kecil tapi tenagamu luar biasa," puji Pak Agus sambil menyerahkan upah ke tangan Rendra.
"Terima kasih, Pak," jawab Rendra.
"Kamu bisa kemari tiap sore, bantu saya ya," ucap Pak Agus tersenyum.
Tak hanya karena kasihan dengan Rendra, tapi ia juga puas dengan kinerja Rendra. Ia tak seperti kuli-kuli angkut lain yang menaruh barang sembarangan, dan kadang meletakkan barang dengan kasar. Rendra juga tak pernah mengeluh dengan angkutan yang banyak dan harus diselesaikan dengan cepat.
"Saya boleh kerja disini tiap sore, Pak?" tanya Rendra dengan mata berbinar.
"Haha.. Boleh. Saya suka dengan cara kerjamu," jawab Pak Agus
"Baik Bos! Terima kasih, saya pamit dulu ya!" jawab Rendra dengan senang kemudian berlari menghampiri Adira.
"Hahaha, sudah lelah, tapi masih ada semangat dia. Anak muda memang beda," ucap Pak Agus tertawa.
Dengan senyum lebar. Rendra menatap selembar uang di tangannya. Aku bisa makan berdua dengan Dira untuk malam ini hingga siang besok, ucapnya dalam hati girang.
"Hei.. Berhenti!" bentak seorang anak berusia 12 tahun menghadang langkah Rendra sambil berkacak pinggang.
Mendengar bentakan tersebut, Rendra sontak berhenti dan melihat tujuh orang anak seumurannya dengan rentang usia berbeda.
"Mau apa kalian?" tanya Rendra menatap tajam ke arah anak yang berbadan besar tersebut.
"Serahkan uang itu! Lo anak baru ya di sini? Berani-beraninya ngambil lahan kami!" bentak anak yang bernama Rasdi sambil memasang wajah garang.
"Enak saja! Uang ini aku dapat dengan susah payah. Nggak bisa!" jawab Rendra mulai waspada.
"Heh! Berani lo ngelawan Bos Rasdi? Minta di bogem lo?!"maki seorang anak laki-laki dengan penampilan kumal.
"Bener Bos, beri saja! Nggak usah diberi ampun!" anak lain menimpali.
Mendengar percakapan musuhnya, Rendra segera memasang kuda-kuda.
Rasdi pun segera memerintahkan anak buahnya untuk maju mengeroyok Rendra.
Dengan gerakannya yang lincah, Rendra bisa berkelit menghindari serbuan mereka. Dari gerakan mereka, Rendra mulai tahu kalau anak-anak itu hanya bisa bergaya saja, dan tak ada isinya.
Dengan mudah, Rendra merobohkan musuhnya satu persatu. Rasdi yang melihat anak buahnya berjatuhan pun akhirnya turun tangan.
"Tunggu lo, gue laporin lo ke Bos Besar!" seru Rasdi berusaha bangkit berdiri lalu menyuruh semua anak buahnya untuk mundur.
Rendra pun segera kembali mencari Adira, ditatapnya pos satpam tempat Adira seharusnya menunggu, tapi kursi itu kosong. Adira tidak ada di sana.
"Dek.. Dek.." panggil Rendra mulai cemas.
"Uh.. Uh.. Uh.." terdengar suara Ayi yang segera melompat ke pundak Rendra.
"Ayi? Mana Dira?" tanya Rendra terkejut.
Ayi kemudian mengarahkan telunjuknya menuju ke dalam pasar. Rendra pun segera berlari ke arah yang ditunjuk Ayi.
Sesampainya di halaman pasar, Rendra segera memasang matanya mencari keberadaan Adira. Diamatinya seluruh penjuru pasar yang mulai gelap, Rendra tak berhenti mencari sesosok anak kecil diantara banyaknya orang dewasa bertubuh tinggi di sana.
"Uu!! Uu!!" teriak Ayi sambil menunjuk sesuatu.
Rendra pun mengikuti arah telunjuk Ayi dan mendapati Adira sedang memikul sayuran yang sedang diturunkan dari mobil.
"Dek.. Kamu ngapain?" tanya Rendra menatap Adira.
"Kak Ren.. Dira sedang kerja! Biar dapat uang," ucap Adira tersenyum senang melihat Rendra.
Hati Rendra pun berdesir. Ingin rasanya ia menangis tapi sekali lagi ditahannya. Pak.. Bapak di mana.. Rendra dan Dira kesulitan bertahan hidup sekarang.. Semoga Bapak baik-baik saja ya, Pak..
"Dek, kamu masih kecil, biar Kakak yang kerja, ya.. Sudah, kamu tunggu di sana saja. Biar Kakak yang selesaikan pekerjaanmu," ucap Rendra sambil berlari menyelesaikan tugas Adira.
Adira hanya diam menatap apa yang dilakukan Rendra.
"Ayi, Kak Ren kenapa badannya kotor begitu ya?" tanya Adira yang mengamati Rendra.
"Uu.. Uu.." jawab Ayi.
Tak lama, Rendra oun sudah menyelesaikan pekerjaannya lalu menghampiri Adira.
"Dek.. Ini uang kerjamu, lain kali biar Kakak saja yang kerja," ucap Rendra sambil menyodorkan uang ke tangan Adira
"Buat Kakak saja. Dira kerja buat Kak Ren," ucap Adira tersenyum lebar.
Mendengar jawaban Dira, mata Rendra pun mulai berkaca. Maafkan kami Dek, maafkan Kakak dan Bapak.. Karena kami, hidupmu jadi seperti ini.. ucap Rendra di dalam hati.
Dengan penuh sayang, Rendra menggandeng Adira untuk kembali ke kos mereka.
"Dek.. Kamu lapar? Mau makan sekarang?" tanya Rendra.
"Nggak, nanti saja. Baju Kak Ren kotor, mandi dulu ya," jawab Adira masih mengamati Rendra.
###
Selesai mandi, Rendra mengajak Adira keluar mencari makanan. Ia tahu, Adira sebenarnya sudah lapar. Gadis kecil satu itu nafsu makannya cukup besar. Ia selalh merasa bersalah karena hanya bisa memberinya makan seadanya.
"Kak itu apa?" tanya Dira menunjuk gerobak nasi goreng. Dari kejauhan, Adira sudah mencium wangi yang enak dari gerobak itu.
"Nasi goreng. Kamu mau makan itu Dek?" tanya Rendra.
"Mau, mau!" sorak Adira senang.
Rendra kemudian mengajak Dira mendekati gerobak nasi goreng.
"Wah enak! Lwbih enak dari buatan Kakek!" ucap Adra saat mereka makan.
"Iya, nanti Kakak akan kerja lebih keras, supaya kamu bisa makan enak terus ya, Dek," jawab Rendra tersenyum.
"Kak, kenapa sih manggil Dira 'Dek' terus? Kakak kan sudah tahu nama Dira?" tanya Adira akhirnya, tak bisa menahan rasa penasarannya.
"Hahaha. Dek itu artinya Adek, Adik. Itu panggilan untuk seseorang yang lebih muda dari kita. Jadi Kak Ren manggil kamu, Dek," ucap Rendra mengelus rambut Adira dengan penuh sayang.
"Oo.. gitu.." jawab Adira sambil lanjut makan.
Sebelum pulang ke kos, Rendra singgah ke warung untuk membeli air minum dan permen untuk Adira yang diterimanya dengan mata berbinar.
"Makasih Kak," ucap Dira.
Rendra sendiri tersenyum begitu melihat Adira yang bahagia.
"Copet.. Copet.. Copet!!" teriak seorang wanita sambil berlari mengejar seorang anak kecil yang berlari dengan kencang.
"Ibu itu kenapa Kak?" ujar Adira heran.
Rendra segera menarik Adira menepi masuk ke dalam warung, sedangkan ia segera menghadang pencopet tersebut dan memukul copet tersebut hingga jatuh tersungkur.
Rendra kemudian mengambil tas yang ikut terjatuh di sisi anak tersebut.
"Bang, jangan pukul.." seru pencopet kecil itu sambil menangis.
Melihat itu, Rendra pun menjadi iba. "Cepat pergi," jawab Rendra lirih.
Tanpa diminta dua kali, anak tersebut berlari dengan cepat.
"Ini tasnya Bu," ucap Rendra menyerahkan tas tersebut ke pemiliknya yang sudah sangat berkeringat akibat mengejar copet.
"Ayo Dek, kita pulang," ucap Rendra memanggil Adira yang segera berlari mendekatinya.
"Makasih Nak" jawab wanita itu dengan lega.
Tanpa menjawab, Rendra dan Adira pun kembali melanjutkan perjalanan.
"Nak, tunggu..!" seru wanita itu.
Rendra pun menghentikan langkahnya, begitu juga Adira.
"Ada apa, Bu?" tanya Rendra sambil berbalik badan.
"Ini buat kalian jajan," jawab wanita itu sambil menyodorkan uang lima puluh ribu.
"Nggak usah Bu, terima kasih.. Saya cuma membantu," jawab Rendra sambil tersenyum.
"Nggak papa Nak, tolong diterima saja ya.. Kalau nggak ada kamu, saya akan kehilangan lebih banyak dari ini," ucap wanita itu sambil meraih tangan Rendra dan memaksanya menerima uang tersebut
"Iya Kak, terima saja.. Kan bisa buat kita makan besok. Kata Kakek, kita boleh terima kalau diberi, asal jangan mencuri," seru Adira bersemangat.
"Benar kata adikmu. Terimalah, Ibu benar ikhlas dan berterima kasih," ujarnya.
"Baiklah, terimakasih Bu. Kalau begitu kami pamit dulu ya," jawab Rendra sambil memasukkan uang ke dalam sakunya.
"Hore.. Besok kita bisa makan lagi!" seru Adira dengan polosnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...HAI!! Terima kasih buat para pembaca yang sudah mendukung saya agar tetap semangat melanjutkan cerita ini setiap harinya!!...
...Agar saya tetap semangat update, dukung saya terus dengan memberikan LIKE, dan VOTE sebanyak-banyaknya ya!!...
...Jangan lupa tinggalkan bintang lima...
...(⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️)...
...dan klik FAVORIT agar tak ketinggalan episode selanjutnya ya!!...
...Terima kasih.❤...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Shautul Islah
sedih thor. 😭😭😭😭😭😭
2022-02-23
0
Eka Kurniawan
kasihan mereka y thor
2022-02-20
0
yuli nurfarida
bener Rendra jangan mudah di tindas
2022-01-27
0