"Iya. Di sekolah kamu bisa belajar dan bermain dengan teman-teman. Kamu mau sekolah?" tanya Rendra sambil meletakkan alat tulisnya.
"Kakek bilang Dira harus sekolah," jawab Dira dengan sedih.
"Besok Kakak beritahu ke Ayah biar kamu bisa sekolah. Biasanya Ayah pulang pagi," ucap Rendra sambil meneruskan PRnya.
"Dira bosan, Kak. Di sini cuma duduk sama di kamar saja," ucap Adira memajukan bibirnya.
"Kami ini miskin, jadi nggak punya televisi. Sehabis mengerjakan PR, Kakak biasanya juga langsung tidur," ucap Rendra.
"Televisi itu apa?" tanya Adira.
Rendra yang sejenak lupa kalau Adira berasal dari hutan pun bingung menjelaskannya.
"Televisi itu barang mewah, kami tidak mampu membelinya."
"Hmm.. Dira tak paham.. Kalau di hutan, Dira bisa berlari dan lompat-lompat sepuasnya. Di sini sempit," seru Adira.
"Sekarang kan kamu sudah tinggal di sini, lama-lama juga kamu terbiasa," ucap Rendra.
Karena bosan, Adira pun segera berjalan menuju kamarnya.
"Ayi.. Dira bosan, di sini Dira tak bisa melakukan apa-apa.."
"Uu..." ucap Ayi yang sedari tadi juga tidak melakukan apa-apa.
Adira terdiam di atas kasur, berbaring lalu bangun kembali, kemudian berbaring lagi, lalu bangun kembali, hingga akhirnya Adira tak lagi mendengar suara Rendra dari ruang tamu.
"Ayi, ayo kita ke hutan," bisik Adira pelan.
"Uu!! Uu!!" jawab Ayi dengan girang.
"Sstt.. Jangan berisik Ayi," ucap Adira mengisyaratkan jari telunjuk di bibirnya.
Perlahan, Adira keluar dari kamarnya lalu membuka pintu rumah. Dilihatnya sekelilingnya sudah sepi, langit juga sudah gelap. Adira segera berjalan keluar dari desa, lalu berlari masuk ke dalan hutan.
"Loreng!!" panggil Adira saat melihat Loreng sedang duduk di depan gua.
Mendengar suara Adira, Loreng pun segera berlari menghampiri Adira dan mengaum dengan bahagia.
Loreng segera menjilati wajah Adira hingga Adira tertawa dengan keras.
"Hahaha.. Cukup Loreng.. Kakek di mana?" tanya Adira.
Loreng segera membalikkan badannya, lalu berlari menuju air terjun. Adira pun segera berlari mengikuti Loreng diikuti Ayi dari belakang.
Loreng segera menuju ke pusaran air terjun dan merebahkan tubuhnya. Adra yang mengerti maksud Loreng pun menjadi lemas.
"Kakek.." ucap Adira lirih sambil menatap langit luas.
Mereka bertiga terdiam di tengah danau cukup lama, hinga akhirnya Adira berlari menuju ke rumah pohon.
Di sana, tampak selembar kertas tertindih batu. Adira segera mengambil kertas itu dan membacanya.
Dira, Kakek tahu kamu pasti akan kembali kemari.
Saat kamu membaca surat ini, Kakek pasti sudah ada di nirwana.
Cucu Kakek yang pintar, meski kamu rindu dengan Kakek, kamu tetap harus kembali ke rumah Paman Juki ya..
"Kakek... Dira mau tinggal di sini saja.." ucap Dira menanggis sesenggukan.
Hingga tengah malam, Adira masih menangisi kepergian Pertapa Tua. Sampai akhirnya, Dira pun segera berdiri dan berjalan kembali menuju air terjun.
Ia pun segera berlatih ilmu dan jurus-jurus yang diajarkan oleh Pertapa Tua. Ayi dan Loreng pun ikut menemani Adira dalam diam.
Saat Adira selesai berlatih, ia lalu membaringkan tubuhnya di sebelah Loreng dan tertidur dengan pulas.
###
Pagi hari, Dira terbangun masih dalam pelukan Loreng. Didengarnya kicauan burung dan kokokan ayam hutan yang membangunkannya.
Setelah merenggangkan tubuhnya, Adira kembali ke tengah danau lalu bermeditasi di sana.
Dua jam berlalu, tetapi Adira masih fokus dalam meditasinya. Loreng yang tahu kalau Adira harus pulang ke desa. segera mengaum dan membangunkan Adira.
Adira yang mengerti maksud Loreng. segera naik ke punggungnya, dan mereka berlari melesat melewati pepohonan hingga sampai di bibir hutan.
Dengan ilmu yang dimilikinya, Adira segera berlari menyelinap kembali ke dalam kamarnya.
"Dira," terdengar suara Rendra memanggilnya dari depan kamar.
"Iya, Kak," jawab Adira segera membuka pintu kamar.
"Ayo kita saraoan. Setelah sarapan, Kakak mau pergi ke sekolah. Kamu tunggu di rumah hingga Bapak pulang ya," ucap Rendra segera memimpin jalan menuju ke ruang tamu, tempat mereka makan.
"Kakak lama nggak di sekolah?" tanya Adira saat mereka sudah duduk.
"Kakak pulang jam dua belas," jawab Rendra sambil menikmati nasi bungkusnya.
"Jam dua belas?" tanya Adira.
"Apa Dira bisa baca angka?" tanya Rendra.
"Bisa. Dira bisa baca tulis," jawab Dira dengan bangga.
"Di atas sana ada jam. Jam dua belas itu saat jarum pendek berada di angka dua belas. Saat kamu sekolah nanti, kamu juga akan diajarkan cara membaca jam," ucap Rendra menjelaskan.
"Oh gitu.. Jam dua belas itu lama?" tanya Adira lagi.
"Jam dua belas itu tengah hari."
"Berarti masih lama ya.." ucap Adira kembali menopang dagunya. "Dira bosan sendirian di rumah.."
"Kan ada si monyet itu yang menemanimu," tunjuk Rendra ke arah Ayi.
"Uu!! Uu!!" ucap Ayi tak terima.
"Namanya Ayi, bukan Si Monyet," jawab Adira ketus.
"Oh.. Maaf Ayi. Iya, kan dia bisa menemanimu bermain," ucap Rendra.
Saat mendengar namanya disebut Ayi pun segera melompat ke pundak Rendra lalu memeluk lehernya sambil tersenyum.
"Dira, Kakak berangkat sekolah dulu ya. Kamu jangan kemana-mana, tunggu Bapak pulang, biasanya jam sembilan pagi," ucap Rendra sambil menunjuk jam dinding.
Adira cuma mengangguk dan berdiri diam menunggu bayangan Rendra hilang dari pandangannya.
Setelah Rendra tak terlihat lagi, Adira segera berjalan tak tentu arah mengelilingi desa. Hingga sampai akhirnya, kakinya membawanya menuju ke pasar.
Adira segera menjejakkan kakinya masuk ke dalam pasar yang bernama Pasar Krompyang itu. Dilihatnya orang-orang berlalu lalang dengan cepat. Entah kenapa, Adira tersenyum melihat kesibukan itu.
Adira terus mengamati orang-orang, sampai saat matanya terpaku pada seorang wanita tua yang tampak keberatan menggendong bungkusan di pundaknya.
Adira pun segera menghampiri wanita itu lalu mengambil bungkusan di punggungnya. "Sini Dira bantu," ucapnya dengan senang.
Nenek itu tentu saja terkejut melihat barangnya di ambil. Tetapi, saat melihat bahwa yang mengambil bawaannya hanyalah seorang gadis kecil yang ingin membantu, perasaannya pun jadi lega.
"Terima kasih, Nak. Tapi ini berat, biar Nenek saja," ucapnya dalam bahasa Jawa.
Adra yang tak mengerti bahasa Jawa pun tak memahami perkataan nenek itu. Aira tetap mengambil alih barang tersebut dan memikulnya di punggungnya seperti apa yang tadi dilakukan oleh Nenek.
Melihat Adira yang tetap bersikeras, Nenek itu akhirnya mengikatkan selendang di tubuh Adira sebagai pengikat barang.
"Terima kasih. Namamu siapa? Kamu tidak mengerti bahasa Jawa ya. Nduk?" tanya Nenek dengan bahasa Indonesia, setelah sebelumnya bertanya dengan bahasa Jawa tetapi tidak dijawab.
"Nama saya Dira. Ini mau dibawa ke mana, Nek?" tanya Adira sambil mengikuti langkah Si Nenek.
"Ikuti Nenek ya.. Kamu masih kecil tapi kuat sekali ya.. Barang ini berat loh.." ucap Si Nenek.
"Iya. Kata Kakek, Dira kuat karena makan banyak," ucapnya mengingat perkataan Pertapa Tua.
Adra pun mengikuti Nenek sampai ke rumahnya, dan segera menurunkan barang bawaannya. "Sudah selesai! Dira pulang dulu, Nek." ucap Adira segera berlari meninggalkan Si Nenek.
"Tunggu dulu, Dira!" teriak Nenek memanggil Adira.
Alangkah terkejutnya Si Nenek melihat gadis kecil itu langsung pergi setelah membantunya, tak meminta imbalan apa-apa.
Adira yang terpanggil pun segera kembali dan menghampiri Si Nenek. "Ada apa, Nek?" tanya Adira dengan mata membulat.
"Ini, untuk kamu jajan," ucap Nenek memberikan selembar uang seribuan.
"Itu apa, Nek? Nggak usah.. Dira sudah punya banyak kertas," ucap Adira tersenyum lebar.
"Ini namanya uang. Dira bisa beli permen dengan uang ini," ucap Nenek ikut tersenyum.
Mendengar kata permen, mata Adira langsung berbinar senang.
"Bagaimana cara Dira dapat permen dengan ini, Nek?" tanyanya antusias.
"Hahaha. Di sana ada warung, kamu bisa berikan uang ini, dan tukar dengan beberapa buah permen," ucap Nenek sambil menunjuk ke warung milik Bu Romlah.
"Wah.. Terima kasih, Nek!" ucap Dira sambil mengamati kertas ajaib di tangannya.
Anak yang polos.. batin Si Nenek sambil tersenyum.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...HAI!! Terima kasih buat para pembaca yang sudah mendukung saya agar tetap semangat melanjutkan cerita ini setiap harinya!!...
...Agar saya tetap semangat update, dukung saya terus dengan memberikan LIKE, dan VOTE sebanyak-banyaknya ya!!...
...Jangan lupa tinggalkan bintang lima...
...(⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️)...
...dan klik FAVORIT agar tak ketinggalan episode selanjutnya ya!!...
...Terima kasih.❤...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Alva Arif
lanjut thorr
lebih semangat lagi
2022-05-24
0
Eka Kurniawan
Hhhhh lucu banget sih kamu Dira
2022-02-19
0
Zieya🖤
💜💜💜
2021-01-18
2