Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Adira kecil kini sudah berusia dua tahun. Bayi kecil itu, kini sudah bisa bermain dan berlari kesana-kemari. Dari dalam gua, Pertapa Tua hanya tersenyum bahagia melihat Adira berlarian mengejar kupu-kupu.
Fokusnya kembali pada kayu bakar dan kendi di depannya. Dituangnya air sungai yang dikumpulkannya ke dalam kendi, lalu ia meletakkan kendi itu ke atas kayu bakar yang sudah membara.
Dituangnya beberapa bunga dan akar-akaran yang juga dikumpulkannya dari dalam hutan, lalu ia mengaduk-aduk air itu, hingga warnanya berubah menjadi coklat hangat. Setelah ia memastikan suhu airnya cukup hangat, ia pun berteriak memanggil Adira.
"Adira, ayo mandi," teriak Pertapa Tua dari dalam gua.
"Akek!" Adira kecil berlari menghampiri Pertapa Tua lalu merengkuh kakinya.
Dengan sigap, Pertapa Tua melepaskan pakaian Adira, mengangkat tubuh mungilnya, dan memasukkannya ke dalam kendi berisi air hangat itu.
Tampak Adira kembali tertawa dengan senang, bermain dengan bunga-bunga dan akar-akaran yang mengapung di sekitarnya. Dipukul-pukulnya air hangat itu, hingga terciprat ke wajah Loreng.
"Hahaha, Loleng!" ucap Adira tertawa.
Loreng pun hanya menggeram dan menggoyang-goyangkan kepalanya, berharap agar wajahnya bisa kembali kering dengan melakukan itu.
Setelah lima belas menit berendam, Pertapa Tua mengeluarkan Adira dari dalam kendi, dan mengeringkannya.
Dipakaikannya baju berwarna merah muda yang baru dibelinya dari kampung sebelah. Ditatapnya Adira yang mengenakan pakaian kebesaran.
"Yah.. Nanti kamu juga tumbuh besar," ucap Pertapa Tua sambil mengankat Adira tinggi-tinggi.
"Becal!" ucap Adira kembali tertawa.
Melihat Adira yang mengenakan pakaian kebesaran, Loreng kembali menggeram ke arah Pertapa Tua.
"Hmm.. Kalau kau tak suka, kau saja yang belikan Adira baju," ucap Pertapa Tua kepada Loreng.
Pertapa Tua pun menurunkan Adira kembali ke atas dipan, dan meninggalkannya bersama Loreng.
"Loleng.." ucap Adira berusaha naik ke atas punggung Loreng.
Loreng pun mendekatkan tubuhnya lagi ke arah dipan, sehingga Adira dapat naik ke atasnya dengan mudah.
Adira kini sudah duduk dengan tegap di punggung Loreng, dan Loreng pun melaju dengan cepat mengitari hutan. Dibawa berlari secepat itu, membuat Adira kembali tertawa senang.
"Loleng! Loleng! Belhenti!" ucap Adira tiba-tiba.
Loreng pun terkejut dan berusaha menghentikan tubuhnya secepat mungkin. Setelah Loreng berhenti, Adira langsung melompat turun dan berlari mendekati sebuah semak belukar di sisi kiri mereka.
Adira terus menyibak semak belukar tersebut, dengan Loreng yang berjaga di sisinya.
Di depannya, seekor bayi monyet terlihat sedang merintih kesakitan. Di sebelahnya, juga tergeletak jasad sang ibu monyet yang sudah tak bernyawa.
Adira segera mengangkat bayi monyet itu, dan membawanya keluar dari semak-semak.
"Loleng, pulang.." ucapnya sambil memeluk bayi monyet yang masih menangis kesakitan.
Loreng pun segera menundukkan badannya agar Adira dapat naik dengan mudah, kemudian ia berlari dengan pelan karena Adira tak dapat berpegangan pada tubuhnya.
"Akek!! Akekk!!" teriak Adira kecil mencari sang Pertapa Tua.
Pertapa Tua yang mendengarkan Adira berteriak dengan cemas, segela melesat keluar. Dilihatnya Adira melesat turun dari punggung Loreng sambil menggendong bayi monyet.
Pertapa Tua mendekati Adira dan mengambil bayi monyet itu perlahan-lahan.
"Akek, ia napa?" tanya Adira mengikuti Pertapa Tua masuk ke dalam gua.
"Ini bayi monyet, dia sedang terluka. Kakek akan mengobatinya sekarang," ucap Pertapa Tua sambil meletakkan bayi monyet itu di atas dipan.
"Ayi.." ucap Adira sambil memperhatikan bayi monyet yang masih menangis kesakitan.
"Ayi cabal ya.. Akek lagi obati Ayi.." ucap Adira membelai kepala si bayi monyet dengan lembut.
Dengan cekatan, Pertapa Tua mulai menumbuk beberapa daun obat-obatan, lalu dibalurkan di kaki bayi monyet itu.
"Adira, ayo bantu Kakek cari tanaman obat lagi," ucap Pertapa Tua mengajak Adira keluar. "Loreng, kau jaga di sini ya."
"Olee!! Telbang lagi!!" ucap Adira melompat kegirangan.
Pertapa Tua pun mulai menggendong Adira, dan melompat terbang menyeberangi jurang masuk ke dalam inti hutan.
Setelah sampai, Adira pun membantu Pertapa Tua mencari dedaunan dan akar-akaran.
Meski masih kecil, Adira sudah paham dengan khasiat beberapa tumbuhan-tumbuhan yang berada di dalam hutan. Sejak masih berusia satu tahun, Adira sudah membantu Pertapa tua untuk mengumpulkan tanaman obat, dan karena keingin tahuannya yang tinggi, Pertapa Tua pun mengajari Adira khasiat-khasiat dari tumbuhan-tumbuhan yang dikumpulkannya
Juga berkat mustika yang ditanamkan pada tubuhnya, Adira tumbuh dengan luar biasa dan memiliki daya ingat dan kecerdasan jauh di atas anak-anak seumurannya.
"Akek, cegini cukup?" tanya Adira sambil memberikan dua genggam penuh daun dan akar.
"Hahaha, cukup. Cucu Kakek memang pintar. ayo kita pulang sekarang," ucap Pertapa Tua sambil menggendong Adira, lalu kembali melesat pulang ke dalam gua.
Pertapa Tua kembali meracik obat-obatan itu, lalu dibalurkannya pada luka-luka si bayi monyet.
"Ayi.." ucap Adira saat melihat si bayi monyet mulai tertidur.
"Kamu mau kasih dia nama Ayi?" tanya Pertapa Tua kepada Adira.
"Dila boleh peliala Ayi?" tanya Adira dengan mata berbinar.
"Hahaha, boleh Sayang. Ayi sudah tak punya Ibu, jadi kamu rawat Ayi dengan baik ya?" ucap Pertapa Tua mengelus rambut Adira dengan lembut.
"Akek kok tau Ayi udah ndak puna Ibu?" tanya Adira heran.
"Sstt.." ucap Pertapa Tua tersenyum sambil meletakkan jari telunjuk di bibirnya. "Kakek tahu segalanya,"
"Sstt.." Dengan polos, Adira mengikuti gerakan Pertapa Tua.
"Hahaha, bocah pintar," ucap Pertapa Tua mengacak-acak rambut Adira.
###
"Ma, Mama sudah sehat?" sapa Rafa saat melihat Adi dan Rahayu berjalan masuk ke dalam rumah.
"Mama kamu harus sering istirahat, Rafa. Ayo kita ngobrol di ruang tengah saja," ajak Adi sambil menggandeng istrinya.
"Maafin Rafa, Pa.. Sampai detik ini Rafa masih belum bisa mencari keberadaan Kak Bima.." ucap Rafa tertunduk.
"Bagaimana penyelidikan terakhir?" tanya Adi.
"Masih belum ada perkembangan.. Perkiraan polisi, kecelakaan terjadi saat tengah malam dan karena hutan itu terkenal angker, penduduk sekitar nggak ada yang berani masuk sana setelah jam empat sore. Jadi kita sama sekali tak punya saksi," ucap Rafa.
"Kata polisi mobilnya meledak? Bukannya ledakan sebesar itu harusnya mengundang perhatian?"
"Kembali lagi, hutan itu terkenal angker. Jadi penduduk mengabaikan suara-suara yang berasal dari hutan tersebut. Kenapa Kak Bima bisa masuk ke dalam sana ya.." ucap Rafa heran.
"Kita doakan saja mereka baik-baik saja.." ucap Rahayu menyatukan kedua tangannya.
"Maafkan Rafa, Ma.." ucap Rafa tertunduk.
"Bukan salahmu.. Ini salah Mama yang sakit-sakitan.." ucap Rahayu mulai menitikkan air mata.
"Sudah, ini bukan salah siapa-siapa. Bagaimana perusahaan?" tanya Adi mengalihkan pembicaraan.
"Kak Arya lagi-lagi mengadakan pesta untuk menyambut karyawan baru," ucap Rafa.
"Hm.. Berapa kali ini?"
"Lima puluh juta. 100% dengan uang perusahaan," ucap Rafa menggeleng-gelengkan kepalanya, tak paham dengan tujuan kakaknya itu.
"Sudah keberapa kali ini?" tanya Adi memijat pelipisnya.
"Ke-sepuluh kali, Pa.." ucap Rafa.
"Uh.. Anak nakal itu.. Kalau bukan karena budiku dengan bibimu, tak akan aku mengangkatnya menjadi anak!" ucap Rahayu dengan geram.
"Ma.. Kak Arya kan tinggal dengan kita kan sudah sejak lama.. Apa Papa akan kembali mengurus perusahaan?" tanya Rafa.
"Iya, Papa tahu, mengurus perusahaan sendirian itu sulit. Kakakmu itu memang tak bisa diandalkan. Kerjaannya hanya berfoya-foya dan menghabiskan uang saja!"
"Sudah, Pa.. Rafa nggak papa kok. Tapi kalau Papa kembali bekerja, Rafa bisa lebih fokus mencari Kak Bima," ucap Rafa sambil menenangkan kedua orang tuanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...HAI!! Terima kasih buat para pembaca yang sudah mendukung saya agar tetap semangat melanjutkan cerita ini setiap harinya!!...
...Agar saya tetap semangat update, dukung saya terus dengan memberikan LIKE, dan VOTE sebanyak-banyaknya ya!!...
...Jangan lupa tinggalkan bintang lima...
...(⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️)...
...dan klik FAVORIT agar tak ketinggalan episode selanjutnya ya!!...
...Terima kasih.❤...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
User Minor
keren
2023-02-19
0
User Minor
suka
2023-02-08
0
Alva Arif
lanjut
2022-05-23
0