Malam hari, Adira terbangun saat mencium wangi yang sangat menggugah selera. Perutnya pun ikut berbunyi.
Ayi yang sudah bangun sedari tadi, sedang duduk diam di sebelahnya sambil menikmati sebuah pisang.
"Ayi, ini wangi apa ya.. Harum sekali," ucap Dira sambil mengendus-endus.
"Uu.." Ayi menggelengkan kepalanya.
Adira pun segera beranjak keluar dari kamar, dan mendapati Juki yang sedang menyiapkan makan malam.
"Wah, pas banget kamu baru bangun, Dira. Ayo sini makan bareng," ucap Juki sambil meletakkan tiga mangkuk mie di atas meja.
"Paman, apa ini mie yang tadi?" tanya Dira memperhatikan mie instan kuah dengan telur rebus di atasnya.
Wanginya yang sangat harum membuat Adira mengendus-endus makanan di depannya dengan kuat.
"Iya Dira. Sudah, ayo dimakan jangan diciumi terus. Makannya pelan-pelan ya. Masih panas," ucap Juki tersenyum.
Di sebelah Juki, Rendra terus memperhatikan Adira, menjaganya agar Adira tidak makan menggunakan tangan.
Benar saja, Adira hendak mencelupkan tangannya ke dalam mangkuk panas itu. Rendra pun segera menghentikan tangan Adira.
"Oh iya.. Pakai sendok garpu," ucap Adira dengan mata membulat.
"Pintar," ucap Rendra tersenyum.
"Wah! Ini enak sekali!" ucap Adira berteriak.
"Hahaha, mie instan memang paling enak. Apalagi kalau cuacanya sedang dingin seperti ini!" ucap Rendra tertawa.
###
Selesai makan, Rendra segera membantu Juki membereskan sisa makan malam mereka.
"Bapak kenapa termenung?" tanya Rendra begitu cucian piring selesai.
"Hmm.. Rendra, Dira, duduk sini." Juki berkata sambil menepuk kursi di sebelahnya.
"Lusa kita pergi ke kota ya, kita antarkan Dira kembali ke keluarganya," ucap Juki dengan mantap.
"Tapi kan Rendra sekolah, Pak," ucap Rendra.
"Nggak papa, libur dulu ya.. Kita bantu Dira." ucapnya. "Besok Bapak buatkan surat ijin untuk wali kelasmu ya."
"Paman, memangnya keluarga Dira ada di mana?" tanya Adira.
"Mereka tinggal di Jakarta. Lusa kita ke sana ya," ucap Juki.
"Iya jauh, nanti kita akan naik bus ke Semarang, lalu dari sana kita akan naik kereta ke Jakarta, Perjalanannya akan memakan waktu setengah hari," ucap Juki.
"Kereta.." ucap Adira mengingat-ingat bentuk kereta dalam buku yang dibacanya.
"Iya.. Ya sudah, Paman mau berangkat kerja dulu. Renda jaga Dira ya," pamit Juki sambil bersiap pergi.
###
Malam hari saat semua terlelap, gadis kecil yang pikirannya sedang dipenuhi kekhawatiran ini masih terjaga.
"Ayi, kata Paman kita akan pergi jauh.. Kita harus pamit dengan Loreng dulu.. Jangan berisik ya," ucap Adira berbisik ke Ayi yang juga masih terjaga.
Adira segera berjalan keluar dan menutup pintu dengan perlahan, lalu ia melayang dengan cepat menuju hutan.
"Loreng.." panggil Adira saat melihat Loreng masih setia di dalam gua.
Dira pun berlari merangkul leher Loreng dan menciumnya.
"Loreng.. Kata Paman, Dira akan diajak ke kota esok lusa untuk mencari keluarga Dira. Katanya tempatnya jauh.. Mungkin Dira tidak bisa kemari lagi.." ucap Adira sambil mengelus tubuh Loreng yang ikut mengaum kencang.
"Maaf ya Loreng.." ucap Adira yang sedih karena harus meninggalkan Loreng.
Loreng pun mendengkur sedih di sisi Adira, lalu ia menundukkan badannya, meminta Adira untuk naik ke punggungnya.
Malam ini, mereka bertiga menghabiskan waktu bersama bermain dan mengelilingi hutan.
Saat fajar tiba, Loreng menurunkan Adira di bibir hutan, dan Adira pun kembali ke rumah Juki, dan menyelinap masuk ke dalam kamarnya.
###
Kringg.. Kringg..
Telepon di ruangan direktur berdering dengan kencangnya.
Seorang pria paruh baya yang sedang sibuk dengan kertas-kertas di hadapannya segera mengangkat telepon itu.
"Baiklah. Lanjutkan lagi pencarian kalian," ucapnya saat memutus panggilan telepon.
"Bima, kalian di mana.." ucap Adi dengan lirih.
Sampai detik ini, orang bawahannya belum menemukan keberadaan putranya sekeluarga.
Tok.. Tok..
"Masuk.." jawabnya.
"Siang Pak," ucap Farhan, sekretarisnya.
"Ada apa Han?" tanya Adiyaksa.
"Apa pencarian masih akan diteruskan, Pak?" tanya Farhan hati-hati.
"Tentu saja! Dan tambahkan personil lagi, yang lebih handal! Aku yakin kita bisa menemukan mereka," jawab Adi menghela nafas.
"Tapi Pak, belakangan ini omset perusahaan kita terus menurun.. Beberapa perusahaan menolak bekerja sama dengan kita, dan tak sedikit yang tak mau memperpanjang kerja sama mereka. Saya khawatir ada dalang di balik semua ini," ucap Farhan.
"Ya, saya juga berpikir seperti itu. Kalau aku kerahkan personil tambahan untuk mencari anakku dan mencari dalang yang merusak bisnisku, apakah dana kita cukup?" ucap Adi memijat pelipisnya. Tak pernah terbayangkan olehnya bahwa uang akan menjadi masalah baginya.
Bisnisnya yang merosot perlahan, membuatnya harus berhati-hati dalam mengeluarkan uang.
"Saya akan kerahkan sepuluh orang personil, Pak," jawab Farhan.
"Cuma sepuluh? Baiklah.." ucapnya menghembuskan nafas dengan kasar.
###
Hari ini Juki, Rendra, dan juga Dira sudah duduk di dalam sebuah bus menuju Kota Semarang.
Selama perjalanan, Adira yang tak pernah naik bus pun banyak bertanya dan Juki pun menjawabnya dengan sabar.
Karena tidak boleh membawa hewan peliharaan, Adira menyembunyikan Ayi di dalam keranjang. Tentu saja Ayi banyak bergerak karena tidak betah diam di dalam keranjang sempit itu.
"Ayi.. Ayi yang tenang dong. Nanti nggak boleh ikut loh.." bisik Adira sambil mengelus kepala Ayi di dalam keranjang.
Perjalanan yang cukup panjang itu tak membuat Adira bosan karena banyak hal baru yang ditemuinya.
Saat mereka tiba di Kota Semarang, hari sudah menjelang siang. Juki mengajak mereka mampir ke warung di depan stasiun untuk makan terlebih dahulu.
"Rendra, Dira, kalian tunggu di sini dan jangan kemana mana ya. Bapak mau beli tiket kereta dulu," pesan Juki kepada Rendra dan Adira.
Rendra yang mengerti kemudian mengangguk dan mereka duduk di kedai kecil sambil memesan minuman.
"Kak, apakah kita akan naik kereta?" tanya Adira sambil melihat bangunan stasiun besar di depannya.
"Iya, kita akan naik kereta ke Jakarta," ucap Rendra.
"Kak Ren pernah naik kereta?" tanyanya lagi.
"Belum. Kakak juga belum pernah naik kereta."
"Ayo," ucap Juki saat kembali dengan tiga buah tiket.
Sesampainya di dalam stasiun. Adira pun tersenyum begitu melihat kereta api sungguhan. Wajahnya kembali berseri mengagumi kemegahan kendaraan panjang itu.
"Iya, kita jangan jauh-jauh dari Bapak ya, Kakak juga belum pernah naik kereta," ucap Rendra.
Adira mengangguk senang dan tak bosan-bosannya melihat kereta yang datang dan pergi bergantian.
Hingga akhirnya kereta yang akan mereka tumpangi pun datang. Juki segera menggendong Adira dan menggandeng Renda masuk ke dalam kereta yang penuh sesak itu.
Selama perjalanan menuju ke Jakarta, Adira selalu mengoceh dengan pertanyaan-pertanyaannya, sedangkan Ayi masih disembunyikan di dalam keranjang. Dengan pisang dan kacang di dekatnya, Ayi pun bisa bersembunyi dengan tenang. Adira juga sering mengajak Ayi berbicara dan mengelus kepalanya hingga Ayi merasa nyaman.
Selama perjalanan panjang itu, Adira dan Rendra yang bosan dan lelah pun akhirnya tertidur. Juki sendiri masih terjaga dan mengawasi mereka dan juga Ayi.
Hatinya pun bergejolak. Waktunya untuk mengakui kesalahannya pun akan segera tiba. Dengan susah payah, Juki mencoba untuk menenangkan dirinya hingga ia sendiri pun jatuh tertidur.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...HAI!! Terima kasih buat para pembaca yang sudah mendukung saya agar tetap semangat melanjutkan cerita ini setiap harinya!!...
...Agar saya tetap semangat update, dukung saya terus dengan memberikan LIKE, dan VOTE sebanyak-banyaknya ya!!...
...Jangan lupa tinggalkan bintang lima...
...(⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️)...
...dan klik FAVORIT agar tak ketinggalan episode selanjutnya ya!!...
...Terima kasih.❤...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Sumiati
lanjut
2021-08-29
0
Sriwulandari
keren cerita nya
2021-01-24
2
Siti Khudsiyah
seru thoorr .. ditunggu upnya Yaa😍
2021-01-19
2