PART 5

"Akek!" ucap Adira mencoba mengejutkan Pertapa Tua yang sedang menyiapkan makan malam.

"Hahaha, Kakek sudah merasakan keberadaanmu dari lima langkah lalu. Makanya, rajin-rajinlah bermeditasi agar ilmu meringankan badanmu semakin hebat," ucap Pertapa Tua tertawa.

"Uhh.." Adira mengerucutkan bibirnya.

"Ayo sini bantu Kakek siapkan makan malam," ucap Pertapa Tua memberikan centong nasi kepada Adira.

Adira pun mulai menyendokkan nasi dan daun singkong ke dalam dua buah piring.

"Sopnya sebentar lagi matang. Dira tunggu di meja ya," ucap Pertapa Tua masih memasak sop mereka.

"Iya Akek." Adira pun berjalan menuju meja makan sambil membawakan piring mereka.

###

Setelah selesai makan, Adira berteriak mencari monyetnya yang tak terlihat di dalam kabin maupun gua. "Ayi! Ayi!"

"Akek.. Ayi ilang.." ucap Adira menghampiri Pertapa Tua dengan raut hampir menangis.

"Cup cup, cucu Kakek jangan nangis ya.. Coba Kakek carikan Ayi sebentar," ucap Pertapa Tua lalu memejamkan matanya.

Lingkaran angin mulai berhembus keluar dari dalam tubuhnya. Tak lama, ia membuka matanya.

"Ayi ..." ucap Adira menahan tangisnya.

"Ayi nggak kemana-mana kok. Dia sedang mengumpulkan buah-buahan buat Dira. Sebentar lagi juga pulang," ucap Pertapa Tua mengelus kepala Adira dengan lembut.

Tak lama, terdengar suara Ayi di dalam gua, berseru-seru dengan hebohnya.

"Ayi!!" ucap Adira berlari menuju gua.

Betul kata Pertapa Tua, Ayi pulang membawa buah-buahan banyak sekali. Ayi pun berjalan dengan pelan mendekat Adira, berusaha agar tidak menjatuhkan buah-buahan dalam pelukannya, kemudian menyerahkan buah-buahan tersebut kepada Adira.

"Maacih, Ayi," ucap Adira memeluk Ayi dengan erat.

Ayi pun berlompat-lombatan dengan riang. Senyuman lebar merekah di wajah kecilnya.

Pertapa Tua, Adira, dan Ayi pun menikmati buah-buahan yang dikumpulkan Ayi bersama-sama.

"Ayo tidur, besok subuh kita ke air terjun untuk belajar bela diri. Ayi mau tidur dengan Dira atau dengan Loreng?" ucap Pertapa Tua sambil menggandeng Adira.

Dengan cepat, Ayi langsung melompat ke pundak Adira. Ayi tentu saja tak mau tidur dengan harimau besar pemarah itu.

###

Subuh hari, saat hari masih gelap, dan hewan-hewan masih tertidur, Adira dan Pertapa Tua sudah berangkat menuju air terjun ditemani oleh nyanyian hewan malam.

"Dira, ikuti gerakan Kakek ya." Pertapa Tua pun mulai menarikan beberapa jurus, memainkan tongkat bambu serirama dengan gerakan tubuhnya.

Setelah selesai, Dira pun melompat ke luar danau dan mengambil sepotong bambu kecil yang tergeletak di pinggir danau lalu menirukan gerakan Pertapa Tua.

Berkat mustika dalam tubuhnya, menirukan pergerakan Pertapa Tua tak susah. Gerakan-gerakan sulit pun jadi terlihat mudah di mata Adira. Mereka tak henti-hentinya berlatih hingga matahari mulai tersenyum menyapa mereka.

"Cukup," ucap Pertapa Tua sambil menghentikan latihan Adira.

"Latihan pagi ini cukup sampai sini. Sekarang Kakek akan pergi ke desa untuk mengobati warga, kamu lanjutkan meditasimu hingga Kakek pulang ya." Pertapa Tua pun berdiri meninggalkan Adira dan Ayi di tengah danau.

###

Setelah berganti pakaian, Pertapa Tua melayang dengan cepat dan berhenti di bibir desa. Setelah itu, ia berjalan masuk mengitari desa sambil mengawasi kondisi sekitar.

Pertapa Tua memang sering mengunjungi desa-desa setempat. Entah untuk mengobati para warga, atau untuk membatu mereka bercocok tanam. Terkadang, para warga memberinya beras, minyak, atau uang sebagai ucapan terima kasih.

"Pagi, Pak Tabib. Apa kabar?" sapa Bu Romlah dengan sopan.

"Baik Bu. Bagaimana kabar suamimu?" jawab Pertapa Tua dengan sopan.

"Kondisi suami saya sudah jauh membaik, Pak. Sejak meminum ramuan obat dari Pak Tabib, suami saya sudah bisa berjalan kembali. Dia bahkan sudah mulai bekerja sejak kemarin," ucap Bu Romlah berterima kasih.

"Syukurlah.. Itu semua berkat Sang Penguasa Alam," ucap Pertapa Tua sambil mengelus jenggotnya yang menjuntai panjang.

"Oh iya, Bu. Saya mau tanya. Saya punya cucu perempuan, usianya dua tahun, tetapi saya tak tahu pakaian apa yang cocok dengannya. Terakhir kali saya membelikannya pakaian, teman saya menertawai saya," ucap Pertapa Tua mengingat respon Loreng saat ia memakaikan baju kebesaran untuk Adira.

"Oh.. Kalau Pak Tabib mau, saya ada baju bekas putri saya yang masih bagus-bagus. Tunggu di sini sebentar ya, saya ambilkan," ucap Bu Romlah segera masuk ke dalam rumah.

Pertapa Tua pun duduk di depan toko kelontong milik juragan terkaya di desa itu. Sambil mengangguk-angguk, ia tersenyum senang. Meski kaya, tetapi keluarga itu tidak sombong dan banyak membantu warga desa. Karena hal itu juga, Pertapa Tua mau menyembuhkan penyakit Pak Romlah yang terbilang cukup parah.

Sambil melihat-lihat, mata Pertapa Tua terfokus pada ikat rambut cantik berhiaskan boneka monyet kecil. Hmm.. Rambut Adira sudah mulai panjang. Terkadang, ia suka menggaruk-garuk lehernya karena gatal.

Segera diambilnya ikat rambut itu, dan juga sebuah gunting.

"Pak Tabib, ini pakaian dan juga ada sedikit oleh-oleh untuk Pak Tabib dan cucu Pak Tabib," ucap Bu Romlah sambil menyerahkan sebuah dus yang terbungkus rapi.

"Bu, saya mau beli gunting dan karet ini, berapa?" ucap Pertapa Tua.

"Nggak usah, Pak. Bawa saja," ucap Bu Romlah tak mau menerima uang pemberian penolongnya.

"Wah.. Terima kasih banyak, Bu. Semoga rejeki kalian lancar," ucap Pertapa Tua kemudian pamit kembali berkeliling.

###

Ayi yang masih berusia dua bulan, merasa bosan karena sudah dua jam Adira hanya duduk diam. Keinginannya untuk bermain, membuatnya berteriak dan menarik-narik rambut Adira.

"Sstt.. Ayi.. Alau agi cemedi alus tenan.." ucap bocah kecil itu masih sambil memejamkan matanya.

Ayi yang masih bosan pun tetap mengganggu Adira. Adira sendiri tetap fokus dalam meditasinya. Ayi yang merasa dihiraukan akhirnya kelelahan dan bermain sendiri dengan ikan-ikan di danau.

Tak lama, Ayi kembali berteriak dan menjambak rambut Adira. Kali ini lebih kencang sehingga Adira terbangun.

"Ayi! Anan nakal!" ucap Adira menggembungkan pipinya dan melipat lengannya di dada.

Tetapi Ayi tetap berteriak sambil menarik-narik lengan Adira, sambil menunjuk ke suatu tempat. Adira yang heran akan tingkah laku Ayi pun segera menengok ke arah yang ditunjuk oleh Ayi.

Ular. Ular yang sangat besar.

"Hus! Hus! Ulal nakal! Pelgi!" ucap Adira mencoba mengusir ular yang menakuti Ayi.

Tanpa ada rasa takut, Adira memukul ular tersebut. Tentu saja ular tersebut menjadi marah. Ular itu mulai menyerang Adira, dan Adira menghindar dengan cepat.

Ayi yang ketakutan melihat Adira melawan ular besar, segera berlari ke gua untuk memanggil Loreng Diajak kabur kenapa malah melawan! batin sang bayi monyet dengan geram.

Melihat Adira yang menghindar, ular itu pun terus-terusan menyerang Adira. Adira sendiri tak mau kalah, dengan cepat, ia melompat ke badan ular itu dan memukulnya lagi.

Tapi apa daya, perbandingan ukuran tubuh mereka sangat jauh. Dengan sekali hentakan, ular besar sepanjang sepuluh meter itu berhasil menjangkau Adira dan melilit tubuh Adira.

Dengan sekuat tenaga, Adira menggigit tubuh ular itu. Ular itu pun kaget dan melepaskan lilitannya dari tubuh Adira.

Bocah mungil itu kini sudah berlumur darah, dan entah sudah berapa banyak darah ular itu yang ikut tertelan saat menggigitnya.

Ular itu kini merasa kesakitan. Ia semakin marah dan mulai mematuk Adira kesana-kemari, mengikuti lompatan Adira.

Meski Adira lincah, tetapi ular itu sangat besar. Sekali hentakan, ular itu bisa bergerak tiga meter jauhnya. Tak elak, ular itu pun berhasil mematuk Adira tepat saat Loreng tiba dengan auman yang kencang, menggema di seluruh penjuru hutan.

Dari bibir hutan, Pertapa Tua mendengar auman kemarahan Loreng. Ia pun melayang secepat kilat menuju ke air terjun.

Saat sampai di sana, ia menemukan Adira yang sudah tergeletak dengan darah berlumuran di seluruh tubuhnya.

Pertapa Tua yang tahu bahwa darah itu adalah darah ular, segera berlari menghantam ular besar itu hingga mati.

Pertapa Tua kembali memeriksa kondisi Adira. Sambil memejamkan mata, ia memeriksa. denyut nadi Adira. Betapa kaget dirinya saat mendapati darah dan racun ular yang ikut mengalir dalam nadinya.

"Hmm.. Mungkin memang jodohmu.." ucap Pertapa Tua sambil melirik ular besar di depannya.

Ular Sakti. Ratu Ular yang hanya muncul saat merasa ada kekuatan yang setara atau melebihi dirinya. Mengikuti insting hewannya, Ratu Ular tersebut pasti ingin memusnahkan kekuatan yang mungkin akan mengancam kekuasaannya suatu hari nanti.

Pertapa Tua kemudian mengeluarkan gunting yang baru didapatnya lalu membelah tubuh ular itu. Dikeluarkannya jantung ular yang masih berdetak itu, kemudian dimasukkannya ke dalam mulut Adira.

Dengan sedikit tenaga dalam, Pertapa Tua mendorong jantung yang masih berlumuran darah dan licin itu segera masuk melewati tenggorokannya. Setelah jantung tersebut tertelan sempurna, Pertapa Tua meminumkan ramuan obat yang selalu ia simpan di dalam jubahnya.

Diletakkannya tubuh Adira tepat di bawah derasnya air terjun, lalu Pertapa Tua duduk di sebelah Adira sambil menunggu reaksi ramuan tersebut bekerja.

"Nas... Anas.." ucap Adira mulai meracau.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...HAI!! Terima kasih buat para pembaca yang sudah mendukung saya agar tetap semangat melanjutkan cerita ini setiap harinya!!...

...Agar saya tetap semangat update, dukung saya terus dengan memberikan LIKE, dan VOTE sebanyak-banyaknya ya!!...

...Jangan lupa tinggalkan bintang lima...

...(⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️)...

...dan klik FAVORIT agar tak ketinggalan episode selanjutnya ya!!...

...Terima kasih.❤...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

User Minor

User Minor

seru

2023-02-23

0

Alva Arif

Alva Arif

anjutkan

2022-05-23

0

Maria Valentine Widyawati

Maria Valentine Widyawati

hihihi...mana ada nama suami ngikuti nama istri..pak Romlah...wkwkwk

2022-01-23

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 PART 1
3 PART 2
4 PART 3
5 PART 4
6 PART 5
7 PART 6
8 PART 7
9 PART 8
10 PART 9
11 PART 10
12 PART 11
13 PART 12
14 PART 13
15 PART 14
16 PART 15
17 PART 16
18 PART 17
19 PART 18
20 PART 19
21 PART 20
22 PART 21
23 PART 22
24 PART 23
25 PART 24
26 PART 25
27 PART 26
28 PART 27
29 PART 28
30 PART 29
31 PART 30
32 PART 31
33 PART 32
34 PART 33
35 PART 34
36 PART 35
37 PART 36
38 PART 37
39 PART 38
40 PART 39
41 PART 40
42 PART 41
43 PART 42
44 PART 43
45 PART 44
46 PART 45
47 PART 46
48 PART 47
49 PART 48
50 PART 49
51 PART 50
52 PART 51
53 PART 52
54 PART 53
55 PART 54
56 PART 55
57 PART 56
58 PART 57
59 PART 58
60 PART 59
61 PART 60
62 PART 61
63 PART 62
64 PART 63
65 PART 64
66 PART 65
67 PART 66
68 PART 67
69 PART 68
70 PART 69
71 PART 70
72 PART 71
73 PART 72
74 PART 73
75 PART 74
76 PART 75
77 PART 76
78 PART 77
79 PART 78
80 PART 79
81 PART 80
82 PART 81
83 PART 82
84 PART 83
85 PART 84
86 PART 85
87 PART 86
88 PART 87
89 PART 88
90 PART 89
91 PART 90
92 PART 91
93 PART 92
94 PART 93
95 PART 94
96 PART 95
97 PART 96
98 PART 97
99 PART 98
100 PART 99
101 PART 100
102 PART 101
103 PART 102
104 PART 103
105 PART 104
106 PENGUMUMAN (HIATUS)
107 SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI
Episodes

Updated 107 Episodes

1
PROLOG
2
PART 1
3
PART 2
4
PART 3
5
PART 4
6
PART 5
7
PART 6
8
PART 7
9
PART 8
10
PART 9
11
PART 10
12
PART 11
13
PART 12
14
PART 13
15
PART 14
16
PART 15
17
PART 16
18
PART 17
19
PART 18
20
PART 19
21
PART 20
22
PART 21
23
PART 22
24
PART 23
25
PART 24
26
PART 25
27
PART 26
28
PART 27
29
PART 28
30
PART 29
31
PART 30
32
PART 31
33
PART 32
34
PART 33
35
PART 34
36
PART 35
37
PART 36
38
PART 37
39
PART 38
40
PART 39
41
PART 40
42
PART 41
43
PART 42
44
PART 43
45
PART 44
46
PART 45
47
PART 46
48
PART 47
49
PART 48
50
PART 49
51
PART 50
52
PART 51
53
PART 52
54
PART 53
55
PART 54
56
PART 55
57
PART 56
58
PART 57
59
PART 58
60
PART 59
61
PART 60
62
PART 61
63
PART 62
64
PART 63
65
PART 64
66
PART 65
67
PART 66
68
PART 67
69
PART 68
70
PART 69
71
PART 70
72
PART 71
73
PART 72
74
PART 73
75
PART 74
76
PART 75
77
PART 76
78
PART 77
79
PART 78
80
PART 79
81
PART 80
82
PART 81
83
PART 82
84
PART 83
85
PART 84
86
PART 85
87
PART 86
88
PART 87
89
PART 88
90
PART 89
91
PART 90
92
PART 91
93
PART 92
94
PART 93
95
PART 94
96
PART 95
97
PART 96
98
PART 97
99
PART 98
100
PART 99
101
PART 100
102
PART 101
103
PART 102
104
PART 103
105
PART 104
106
PENGUMUMAN (HIATUS)
107
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!