"Mama gimana, Raf?" tanya Adi sambil melepas sabuk pengamannya.
"Kondisi Mama masih sama, Pa. Sekarang sedang ada di kamar dengan Dokter Irvan. Sebenarnya ada apa, Pa?" tanya Rafa yang melihat kecemasan di wajah ayahnya.
"Huff..." Adi menghela nafas panjang sambil menegak sebotol air mineral.
"Tadi pagi Papa dapat kabar dari Pak Marwan, polisi kenalan Papa. Katanya tadi pagi dia menemukan bangkai mobil di dalam jurang, dugaan itu mobil yang dikendarai Bima. Tapi polisi masih belum bisa mengeluarkan bangkai mobil itu karena jurangnya terlalu dalam.." Adi memandang jendela pesawat dengan tatapan kosong, lalu melanjutkan penjelasannya.
"Dugaan Papa, ada orang yang menyebabkan kecelakaan ini.."
"Apa Arya sudah tahu, Pa?"
"Belum. Kamu jangan kasih tahu Arya dulu, Raf.Kakakmu itu tak bisa diandalkan. Sudah dua puluh enam tahun tapi masih saja suka main-main," ucap Adi menggeram. "Kalau dugaan Papa benar, tak hanya Bima, mereka pasti akan mencelakai keluarga kita lagi. Makanya Papa bawa Mama ke luar negri. Lagipula, tim medis di sana lebih handal."
"Kalau begitu, Rafa dan Dokter Irvan akan konsul kepada pihak rumah sakit di sana, supaya Mama bisa dirawat di luar rumah sakit saja. Rafa akan carikan rumah dan kerahkan beberapa orang untuk menjaga Mama di sana," ucap Rafa saat pesawat mulai mendarat.
Di lapangan terbang yang luas tersebut, sudah menunggu satu buah ambulance dan satu buah mobil van hitam. Rafa dan Dokter Ivan segera mendorong brankar Rahayu-Ibunda Rafa, menuju ke dalam ambulans, dan Adi segera berlari masuk ke dalam van.
###
"Pa, pemeriksaannya sudah selesai. Dokter bilang Mama boleh dirawat di rumah. Rafa sudah beli sebuah rumah di pinggiran kota, jauh dari pemukiman warga. Akan ada dua puluh orang penjaga, satu orang asisten, dua orang dokter termasuk Dokter Ivan, dan dua orang perawat yang akan menjaga Mama 24 jam di sana. Nanti Rafa juga akan tinggal di sana menjaga Mama," ucap Rafa menjelaskan.
"Hmm.. Tidak. Kamu pulanglah ke Indonesia. Untuk sementara, Papa yang akan tinggal di sini menjaga Mama." Adi beranjak berdiri dan bergegas masuk ke kamar rawat istrinya.
"Tuan Adi, Nyonya Rahayu sudah boleh dipindahkan. Kita bergerak sekarang?" tanya Dokter Irvan, dokter yang sudah dua generasi mengabdi sebagai dokter pribadi Keluarga Samudra.
"Ya, kita bergerak sekarang," ucap Adi memberikan kode kepada para perawat untuk memindahkan brankar Rahayu ke dalam Ambulans.
"Saat kamu tiba di Indonesia, segeralah hubungi Pak Kumar. Beliau menyimpan berkas-berkas penyelidikan Papa selama ini," ucap Adi merangkul putra bungsunya sebelum berpisah.
Mereka berangkulan cukup lama, hingga Adi melepaskan pelukannya dan masuk ke dalam ambulans.
"Baik, Pa," ucap Rafa sambil menutup pintu belakang Ambulans.
###
"Oek.. Oek.."
Di dalam rumah kabin kecil di tengah hutan, Adira kecil menangis dengan kencangnya. Mengundang perhatian hewan-hewan disekitarnya. Hutan yang tadinya ramai dengan suara serangga, monyet, dan kelinci yang sedang bermain-main, tiba-tiba menjadi hening karena suara asing yang belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa hewan yang penasaran, datang mendekati sumber suara, tetapi mereka langsung kabur setelah melihat seekor harimau besar sedang berdiri dengan gagah di depan sebuah kabin.
Sang harimau yang sedang mondar mandir di depan pintu kabin itu segera masuk menghampiri bayi mungil yang sudah banjir air mata.
Perlahan, sang harimau merebahkan tubuhnya di sebelah Adira dan mendekatkan perutnya ke wajah Adira. Spontan, Adira langsung menyusu pada harimau besar tersebut.
"Pintar kamu Loreng," ucap Pertapa Tua yang baru pulang dari meditasinya.
"Roarr.." sang harimau mengaum merespon ucapan majikannya.
Mendengar suara raungan yang begitu besar dan mengintimidasi, Adira kecil bukannya takut tetapi malah tertawa. Pertapa Tua langsung mengangkat tubuh Adira, dan ikut tertawa.
"Hahaha, bocah pintar. Tak hanya pemberani, tubuhmu juga sangat kuat! Lihat tulang-tulangmu ini! Hahaha. Mulai sekarang, kau akan kujadikan muridku," ucapnya dengan senang.
Dengan lembut, Pertapa Tua meletakkan Adira ke atas tikar, membuat beberapa gerakan dengan telapak tangannya, lalu ia menekan kening Adira dengan kuat. Cahaya putih berkilauan keluar dari jari telunjuknya dan tertanam dalam kening Adira.
"Ini akan melindungimu, dan akan membuatku semakin kuat! Hahaha," ucap Pertapa Tua dengan senang.
"Loreng, kau temani Adira lagi ya. Aku akan kembali meditasi," ucap Pertapa Tua berjalan menuju ke sebuah gua.
Dengan patuh, Loreng mulai merebahkan tubuhnya dan duduk melingkari Adira. Adira kecil yang sedang aktif-aktifnya, meraih tubuh Loreng, dan mencoba untuk menegakkan tubuhnya.
"Uh.. Uh.." Berulang kali Adira berusaha untuk menegakkan tubuhnya. Loreng hanya diam memperhatikan Adira dan membiarkan tubuhnya dijadikan sebagai sanggaan.
Tak disangkal, setiap usaha pasti pernah gagal. Adira kecil terjatuh, sikunya membentur tanah dan ia kembali menangis.
Loreng yang melihat itu, mengubah posisinya menjadi duduk dan menjilati luka Adira, dan juga wajahnya. Seketika, Adira kegelian dan kembali tertawa. Luka disikutnya pun sudah tak sakit lagi, bahkan tak membekas sama-sekali.
"Hahaha. Loleng," ucapnya sambil tertawa
Loreng pun mendengkur dan mengusap-usapkan kepalanya pada tubuh kecil Adira.
Adira kecil pun kembali bertekad untuk bisa berjalan. Ia kembali meraih kaki depan Loreng, dan menjadikannya sebagai cagakan.
Dari matahari terbit hingga teriknya sudah sampai di ufuk, Adira akhirnya berhasil menyeimbangkan tubuhnya, meski masih bersangga pada kaki Loreng.
"Hahaha. Loleng!" ucap Adira dengan senang.
"Roar.." Loreng pun ikut mengaum melihat kebahagiaan di wajah bayi kecil di hadapannya.
Pertapa Tua yang baru pulang dari meditasinya, datang melihat Adira sudah bisa berdiri dibantu oleh Loreng
"Hahaha! Bocah pintar, bocah pintar!" ucap Pertapa Tua tertawa.
Pertapa tua kemudian mendekati Adira, menggendongnya, dan melemparkannya tinggi-tinggi ke udara. Merasa diajak bermain, Adira pun kembali tertawa.
"Hahaha, bocah kecil pemberani!" ucap Pertapa Tua kembali memuji Adira.
"Hahaha. Loleng!" ucap Adira kecil.
"Loleng? Wah.. Wah.. Kata pertama yang keluar dari mulutmu adalah nama macan tua itu?" ucap Pertapa Tua menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hahaha. Loleng!" ucap Adira kembali sambil menunjuk Loreng.
"Iya, iya.. itu Loreng," ucap Pertapa Tua tersenyum.
"Loreng, sudah saatnya Adira makan siang, tolong ya," ucap Pertapa Tua sambil menidurkan Adira di atas tikar.
Paham dengan maksud majikannya, Loreng pun kembali menyusui Adira hingga bayi kecil itu tertidur.
###
"Ma.. Maafin Papa.. Papa nggak bisa menjaga Bima.. Mama cepat bangun ya.. Papa rindu," ucapnya sambil membelai halus rambut istrinya itu.
Ditatapnya wajah putih pucat dengan bibir putih yang sudah pecah-pecah itu. Disekanya wajah Rahayu dengan kapas basah, menjaga kulit istrinya agar tetap terhidrasi.
Tok tok tok...
Terdengar suara ketukan dari pintu kamar besar tersebut. Adi pun meletakkan kapas di tangannya, dan meminta suster penjaga untuk membasuh badan istrinya.
"Silakan masuk," ucapnya sambil berjalan ke ambang pintu.
"Tuan Adi, makan siang sudah siap, lebih baik Tuan makan siang sekarang karena sudah jam dua," ucap Ethan, sang asisten.
"Hmm.. Baiklah.." ucapnya saat melihat arloji di pergelangan tangannya.
Sambil menikmati santapannya, Adi memeriksa ponselnya. Dilihatnya pesan dari Rafa:
'Pa, Rafa sudah dapat berkas dari Pak Kumar. Polisi juga sudah berhasil mengangkat bangkai mobil dari dalam jurang. Tetapi polisi tidak menemukan Bima maupun Andini. Bangkai mobilnya kosong, tetapi ditemukan tas berisi botol dan pakaian Adira yang hangus terbakar..'
'Sekarang Pak Kumar dan para polisi masih mencari keberadaan Bima. Semoga mereka semua selamat, Pa.'
Adi menutup ponsel lipatnya itu, lalu dimasukkannya kembali ke dalam saku jasnya.
"Bima, anakku ... Kamu di mana, Nak.."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...HAI!! Terima kasih buat para pembaca yang sudah mendukung saya agar tetap semangat melanjutkan cerita ini setiap harinya!!...
...Agar saya tetap semangat update, dukung saya terus dengan memberikan LIKE, dan VOTE sebanyak-banyaknya ya!!...
...Jangan lupa tinggalkan bintang lima...
...(⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️)...
...dan klik FAVORIT agar tak ketinggalan episode selanjutnya ya!!...
...Terima kasih.❤...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
User Minor
hadir
2023-02-07
0
Alva Arif
lanjut terusssss
2022-05-23
0
Ssaeda Aditia
6 bulan sdh bisa bicara ya thor
2022-04-09
0