Di sebuah padang bunga yang luas di tengah hutan, seorang gadis kecil berusia lima tahun sedang membaca sebuah buku cerita ditemani oleh kedua sahabatnya yaitu Ayi dan Loreng.
"Hmm.." desah sang gadis kecil sambil menutup buku bacaannya
Air mukanya terlihat tidak puas dengan isi buku yang dibacanya.
Ayi yang menyadari itu, segera melompat ke pundaknya, dan mengelus rambutnya dengan pelan.
"Uu..?" tanyanya penuh perhatian.
Tanpa menjawab pertanyaan temannya itu, Adira kecil melayangkan pandangannya mengamati ke sekitar. Dilihatnya seekor kancil yang sedang menyusu pada ibunya, lalu di sebelahnya ada keluarga kelinci yang sedang bermain kejar-kejaran dengan bahagianya.
"Ayi.. Kenapa Dira nggak punya Ibu, ya..?" gumam Adira sambil melamun.
Ayi dan Loreng yang mendengar pertanyaan itu pun terkejut. Loreng segera berlari menuju ke gua, dan Ayi masih di sana berusaha menghibur Adira.
Sebuah ide terbesit di otaknya. Ayi cepat-cepat menuju ke tengah padang bunga, dan mengumpulkan beberapa tangkai bunga, dan merangkainya menjadi satu.
Dengan bangga, ia meletakkan mahkota itu di atas rambut Adira.
"Uu.. Uu..!" ucapnya dengan riang.
gambar digunakan hanya sebagai ilustrasi
sumber: google
"Apa ini, Ayi? tanya Adira sambil memegangi mahkota bunga di rambutnya.
"Dira," sapa sebuah suara memanggilnya belakang.
"Kakek," ucap Dira terkejut melihat Pertapa Tua datang bersama Loreng.
"Hmm, kamu terlihat cantik dengan mahkota bunga itu,"puji Pertapa Tua membelai lembut rambut Dira.
"Terima kasih, Kakek," ucap Dira mulai kembali tersenyum.
"Jadi, ada yang ingin kamu tanyakan dengan Kakekmu ini?" tanya Pertapa Tua dengan lembut.
Tadi, saat ia sedang bermeditasi di dalam gua, Loreng tiba-tiba mendatanginya dan memberitahukan bahwa Adira sedang sedih karena kerinduannya akan sosok orang tua. Karena itu, bergegaslah ia mendatangi cucu kesayangannya itu.
"Kakek, kenapa Dira tak punya Ibu?" tanyanya dengan sedih.
Hmm.. Apakah sudah saatnya.. batin Pertapa Tua menimbang-nimbang.
Adira kecil masih menatap Pertapa Tua penuh harap, menunggu jawaban darinya.
"Baiklah, ayo ikuti Kakek," ucap Pertapa Tua berjalan menuju ke makam orang tua Adira.
Sesampainya di sana, Pertapa tua mengeluarkan foto Andini yang disimpannya selama ini.
"Ini Ibunda Dira, bayi mungil yang digendongnya ini adalah Dira waktu masih bayi," ucap Pertapa Tua menjelaskan.
"Dira punya Ibu?" tanya Adira dengan mata berbinar.
"Iya, Dira punya Ibu, tapi Ibu dan Ayah Dira sudah meninggal," ucap Pertapa Tua dengan hati-hati.
"Di sana," ucap Pertapa Tua menunjuk jurang tempat kecelakaan Bima. "Kendaraan yang dinaiki Ayahmu jatuh dari atas sana. Beliau jatuh ke dalam jurang.."
"Saat itu, Ibumu berhasil keluar dari kendaraan itu. Tetapi karena Ibunda Adira menyayangi Adira, Ibunda Adira meninggal karena melindungi Adira," ucap Pertapa Tua sambil memeluk Adira.
"Sebelum Ibunda Dira meninggal, beliau menitipkan Dira kepada Kakek.
"Ini adalah makam kedua orang tua Adira," ucap Pertapa Tua membelai Nisan Bima dan Andini bergantian.
Adira pun berlutut di sebelah kuburan kedua orang tuanya, dan ikut membelai nisan mereka seperti yang dilakukan Pertapa Tua.
"Ayah.. Ibu.." ucapnya lirih.
"Dira, selama ini Kakek menurunkan Ilmu Kakek kepadamu. Berjanjilah jangan pernah menggunakannya di depan orang lain, dan jangan gunakan untuk melakukan kejahatan seperti yang sering Kakek amanatkan,"
"Baik Kakek, Dira janji akan merahasiakan kekuatan yang Dira miliki. Dira juga janji, dira tak akan menggunakannya untuk berbuat jahat," ucap Dira mengajukan jari kelingkingnya.
"Hahaha, cucu Kakek memang pintar," ucap Pertapa Tua menyambut janji jari kelingking Adira.
"Duduklah di sini," ucap Pertapa Tua menepuk tanah kosong di sebelahnya.
Dengan menurut, Adira pun duduk di sebelah Pertapa Tua, diikuti Ayi yang duduk di pangkuannya.
"Dira, mungkin sebentar lagi Kakek harus pergi," ucapnya sambil memandang ke langit biru lepas. "Kalau Kakek sudah tak ada, berjanjilah kamu akan terus melatih ilmumu setiap hari.."
Adira memandang Pertapa Tua dengan hati sedih. "Kakek akan pergi berapa lama?" tanyanya penuh harap.
"Entahlah.. Kakek turun ke bumi karena mencari murid Kakek yang durhaka. Ia menggunakan ilmu yang Kakek berikan untuk mencelakai orang lain. Tapi waktu Kakek di bumi sudah hampir habis.." ucapnya menghela nafas panjang. "Suatu saat, jika kamu bertemu orang yang memiliki ilmu yang sama denganmu, bawalah ia kembali ke dalam gua di hutan ini. Loreng akan terus menunggu di dalam hutan."
"Baiklah, jika Dira bertemu dengannya, Dira akan bawa dia ke gua agar Kakek bisa menghukumnya," ucap Adira tersenyum.
"Dira, saat Kakek kembali ke nirwana, Kakek akan menitipkan Dira pada sebuah keluarga di desa. Biar Dira bisa bergaul dengan anak-anak lain, dan juga bersekolah supaya jadi anak pintar," ucap Pertapa Tua membelai rambut Adira.
"Tidak usah, Kek. Adira mau tinggal di hutan dengan Loreng dan Ayi saja," jawab Dira dengan cepat.
"Dira kan sudah janji akan jadi anak yang patuh dan belajar yang rajin?" ucap Pertapa Tua menatap Adira dengan lembut
"Baiklah, Kek.." ucap Adira menunduk.
"Ya sudah, Kakek mau kembali ke gua untuk meditasi lagi. Dira masih mau main di hutan?" tanya Pertapa Tua lalu bangkit berdiri.
"Uu.. Uu..!" ucap Ayi dengan semangat, mengajak Adira untuk kembali bermain.
"Baiklah, kalian pergilah bermain," ucap Pertapa Tua tersenyum.
###
"Ayi.. Kakek akan pergi dan Dira harus tinggal di luar hutan.. Bagaimana ya kehidupan di liar sana.." ucap Adira mengamati terik matahari dari atas pohon.
"Uu.. Uu..!" ucap Ayi berlompatan di sekitar Adira.
"Iya, Ayi pasti akan ikut dengan Dira.. Tapi Loreng harus tetap di sini menjaga hutan," ucapnya sambil masih menerawang ke langit luas. "Dira tak mau tinggal di luar hutan.. Dari buku-buku yang dibawakan Kakek, di luar hutan banyak sekali orang-orang jahat."
"Uu!! Uu!!" Ayi tiba-tiba berteriak dan melompat ke atas pundak Adira.
Adira yang heran dengan tingkah Ayi pun segera menengok ke arah mata Ayi memandang.
"Ular lagi. Ngapain kamu kemari?!" bentak Adira dengan lantang.
Menyadari darah Ratu Ular mengalir dalam tubuh Adira, ular tersebut langsung kabur dan bersembunyi.
"Hahaha! Lihat Ayi, ular itu lari ketakutan. Padahal Dira cuma membentaknya," ucap Dira tertawa lepas.
Tapi tiba-tiba, tawanya berhenti ketika mendengar suara-suara dari kejauhan. Dira dan Ayi segera melompati pepohonan mencari sumber suara-suara aneh itu.
"Sup, beneran kita mau cari kayu di hutan ini?" tanya seorang pria kepada temannya yang bernama Supri.
"Ya beneran, Kang. Pohon di sini gede-gede. Kalo kita tebang dan kita jual, bisa dapet duit banyak!" jawab Supri dengan mantap.
"Tapi Sup, hutan ini kan angker.. Kalo ada apa-apa gimana?" tanya Kang Leman khawatir.
"Aduh, Kang.. Hari gini masih percaya begituan? Udah tenang aja. Ini kan masih siang, hantu masih pada tidur!" ucapnya asal.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...HAI!! Terima kasih buat para pembaca yang sudah mendukung saya agar tetap semangat melanjutkan cerita ini setiap harinya!!...
...Agar saya tetap semangat update, dukung saya terus dengan memberikan LIKE, dan VOTE sebanyak-banyaknya ya!!...
...Jangan lupa tinggalkan bintang lima...
...(⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️)...
...dan klik FAVORIT agar tak ketinggalan episode selanjutnya ya!!...
...Terima kasih.❤...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Dita ditayuniarti
arya nih murid kakek yg durhaka
2021-11-30
0
Sumiati
sedih kakenya mau pergi kasian Adira
2021-08-29
0
Angelia Comel
nirwana tu apa sich thor
2021-03-04
0