Part. 20

Nenek akhirnya keluar rumah sakit. Aku jemput nenek di rumah sakit bersama Dena. Revo dan Danu bersama Mama dan Papa langsung menuju rumah kakek. Entah kenapa hatiku berbunga. Seperti sekawanan bunga sedang bermekaran di dadaku.

"Nek gimana? Sudah siap pulang? Senang gak pulang?" Tanyaku.

"Senang." Dia tertawa memperlihatkan giginya yang ompong di mana-mana. Itu terlihat lucu sekali. Mengundang tawa semua orang.

Dena membantu kakek mengemasi barang. Tak lama kemudian seorang petugas rumah sakit datang untuk memberitahu agar urusan administrasi segera diurus.

Aku inisiatif untuk mengurus semua administrasinya. Sementara Dena tetap menemani Kakek dan Nenek yang sudah tak sabar pulang.

Sekitar sepuluh menit, urusan administrasi beres dan aku kembali ke kamar rawat untuk menjemput mereka.

"Akhirnya, bisa pulang juga. Yuk Nek!" Ucapku sembari mendorong kursi roda nenek sampai ke depan tepatnya di lokasi parkir.

Dena sedang ngobrol dengan kakek, kelihatan serius sekali namun sesekali terlihat senyum tipis dari keduanya.

Semua masuk ke dalam mobil dan berangkat. Di jalan nenek hanya memandang keluar jendela. Dia seperti takjub melihat gedung-gedung yang tinggi dan rumah yang tampak besar dan asri.

Aku memperhatikannya dan seolah merasa, nenek begitu tak sabar segera kembali pulang ke rumah.

"Kek, kami ada kejutan buat kakek. Semoga kakek suka ya."

Ucap Dena pada Kakek yang duduk di sebelahnya. Sang kakek terlihat bingung lalu bertanya.

"Kejutan apa?" Tanyanya dan tersenyum kilas

"Kalau dikasih tahu bukan kejutan lagi namanya Kek." Jawabku lalu tersenyum.

Sebentar lagi kita sampai dan aku tak sabar ingin segera menunjukkan rumah baru mereka.

Mobil sudah memasuki gang rumah kakek yang terletak paling ujung. Dari jauh kakek sudah sedikit heran. Mungkin karena dia melihat rumah miliknya tak ada di sana, sang kakek kaget.

"Ini jalan ke rumah kakek kan? Tapi itu, di mana rumah kakek?" Tanyanya semakin bingung.

"Kalau rumah kita hilang, di mana kita akan tidur?" Timpal sang nenek.

Aku dan Dena saling kode-kodean dan tersenyum.

"Kita sudah sampai Kek. Turunlah!"

Kulihat mata kakek dan nenek mulai memerah. Dia bingung kenapa rumahnya tidak ada. Yang ada justru sebuah tirai besar terbentang di depan rumah yang dulu miliknya.

Kakek masih kebingungan dan juga penasaran. Tak lama kemudian tirai terjatuh, dan tampaklah rumah mungil dan cantik. Ukurannya memang tak seberapa besar, tapi jauh lebih layak dari rumah yang sebelumnya.

Danu dan Revo yang memegang tali tirai itu, segera bergabung. Tak ketinggalan, Mama dan Papa yang sudah menunggu.

"Rumah siapa ini?" Tanya Kakek dengan ekspresi sedih.

"Rumah siapa lagi kalau bukan rumah kakek?"

"Rumah saya?"

"Iyah!" Jawabku yang sudah memegang bahu kakek yang bergetar menahan haru.

"Ini rumah kita?" Tanya Nenek.

"Iyah Nek. Nenek suka tidak?" Jawab Dena.

Lalu yang terjadi kemudian adalah kakek dan nenek sujud syukur dan menangis tersedu-sedu. Aku mengangkat tubuh ringkih kakek, Dena membantu nenek untuk berdiri kembali.

"Hanya ini yang bisa kami lakukan Kek, Nek. Semoga kalian suka."

"Suka Cu, sangat suka. Kakek dan Nenek tidak perlu lagi kena hujan atau takut hewan seperti ular masuk ke rumah." Ucap Kakek sesekali menyeka air matanya.

"Kita punya rumah baru sekarang, kamu senang?" Tanya Kakek pada nenek.

Nenek mengangguk bahagia dan mereka berdua berpelukan. Aku ikut terbawa suasana, begitu juga Dena dan kedua orang tuaku.

"Jangan berdiri saja di sini, ayo masuk lihat-lihat isinya." Ajak Mama.

Kita semua masuk dan menunjukkan seperti apa rumah baru Kakek dan Nenek.

Setiap inchi rumahnya telah berubah. Sekarang, kakek punya kamar, dapur dan juga kamar mandi. Dia terus berucap terimakasih, ke aku, ke Dena, Mama dan Papa, ke Danu dan juga Revo.

Kita semua larut dalam suasana berbahagia, dan haru sekaligus.

Tiba-tiba Revo menatapku dan memberikan kode agar aku ikut dengannya.

"Ada apa?" Dia tanya.

"Lama banget sih Yank!"

"Lama gimana?"

"Ya lama."

"Kan harus ini itu dulu di rumah sakit."

"Kamu lama, aku jadi kangen."

"Astaga! Baru juga beberapa jam yang lalu tidak bertemu Yank."

"Tapi aku kangen."

"Ya sudah ini kan aku di sini. Berarti gak kangen lagi dong?"

"Tambah kangen jadinya."

"Kok?"

"Iyalah, kamu di sini tapi aku hanya bisa memandangmu."

"Sabar Yank. Kalau kamu terus-terusan seperti ini, hubungan kita malah nanti gak sehat."

"Jadi harus gimana?"

"Sabar. Masuk yuk! Gak enak sama yang lain."

Revo pasrah. Upayanya untuk menyampaikan perasaan dan juga keinginannya tak terwujud. Aku tahu itu. Namun, aturan Mama dan Papa dan kedua orangtuanya Revo adalah mutlak dijalankan.

Sesungguhnya sesuatu yang indah akan datang pada kita, hanya ketika kita bersabar.

Terpopuler

Comments

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

novelnya bagus kak... kenapa gak di daftarin kontes kak....?

2020-04-30

2

🌹_Mey salsabilaa_🌹

🌹_Mey salsabilaa_🌹

lanjut ka jingga 😍

2020-03-23

4

Mak Ji 🏠KD

Mak Ji 🏠KD

siap kak... 😘😍

2020-03-17

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!