Part. 7

"Apa-apaan ini?"

Aku terkejut karena Revo tiba-tiba saja muncul di kantin saat bersamaan Danu ingin duduk di tempat yang biasanya diduduki oleh Revo. Tapi ini bukan soal tempat duduk, ini soal kenapa Danu harus nempel terus padaku dan saat itu Revo juga harus melihat semuanya. Ya Tuhan, berikan aku kesabaran.

"Vo, sabar. Ini cuma salah paham." Ucapku berusaha menenangkan.

"Jelas-jelas dia duduk di samping kamu. Apanya yang salah paham? Kenapa dia bisa ada di sini?" Suara Revo semakin meninggi, membuat suasana kantin semakin riuh.

"Hai ketemu lagi. Kita satu sekolah sekarang. Kali ini aku tidak akan melepaskan Zida." Jawab Danu sambil berlalu meninggalkan aku dan Revo.

Dena tak bisa berkata apa-apa, dia hanya mematung di tempatnya. Takut dia akan salah bicara dan malah membuat suasana makin gaduh. Benar-benar tidak bisa diandalkan memang dia. Isshhh.

"Jadi dia serius mendekati kamu? Tidak akan kubiarkan. Aku Revo dan tidak akan membiarkan siapapun merebut kamu dariku." Nada suara Revo masih terdengar keras, dadanya naik turun menahan emosi.

"Vo, tenang dulu. Ayo duduk! Kita jadi perhatian seisi kantin, apa kamu gak malu?"

"Nggak. Biarkan mereka dengar kalau aku tuh tidak akan pernah melepaskan pacar aku, tidak akan membiarkan siapapun mengganggu pacarku. Zi, kali ini tolong jangan biarkan siapapun dekat-dekat sama kamu. Karena aku gak akan pernah tahu seberapa bisa aku menahan emosi."

"Iyah tenang dulu. Kamu duduk dan minum."

Revo akhirnya mengalah dan duduk di kursi yang ada di sampingku.

"Tadi kita sudah larang cowok itu duduk di sini. Tapi dia memaksa dan duduk begitu saja, sampai akhirnya kamu datang dan melihat semuanya. Jangan marah pada Zi." Tukas Dena.

"Aku gak pernah marah pada Zi, bagaimana bisa aku marah sama cewek yang aku sukai. Itu tidak akan pernah terjadi. Aku hanya marah pada siapapun yang berani dekatin dia. Apalagi dengan cara memaksa, seperti yang cowok norak barusan lakukan."

"Makasih yah." Ucapkunpenuh perhatian pada Revo.

"Lain kali kalau dia deketin kamu lagi, kamu langsung pergi saja. Apalagi kalau sampai dia nyentuh kamu, aku gak akan pernah tahu apa yang bisa aku lakukan sama cowok tengil itu."

"Iyah Yang. Maaf yah karena sudah buat kamu marah."

"Iyah. Jangan ulangi lagi. Kamu tahu kan aku seperti apa."

"Iyah Iyah Yang. Jangan dibahas lagi. Kamu mau makan apa?"

"Bakso saja, seperti biasa."

"Baiklah. Kamu duduk di sini biar aku pesankan dulu."

"Terimakasih Zi."

Suasana kantin kembali normal. Beberapa masih ada yang bisik-bisik, tapi tak lama kemudian mereka sibuk lagi dengan makanannya masing-masing. Lagian apa peduliku.

Bagaimana caranya aku harus menghadapi dua cowok ini? Bukan Danu yang kukhawatirkan, ini soal Revo yang bisa saja berbuat nekad. Dan aku tidak mau sampai dia melakukan hal bodoh hanya karena cemburu pada cowok yang bahkan aku gak suka. Hhhh, ini kenapa jadi rumit begini.

Makanan yang dipesan sudah datang, aku, Revo dan Dena sedang meracik pesanan bakso..

"Yang, jangan lupa pulang nanti aku antar."

"Iyah. Pulang juga masih berapa jam lagi Yang."

"Lihat-lihat suasana dong kalau mau sayang-sayangan, gak lihat apa ada jomblo akut di sini." Protes Dena.

"Haha, maaf yah De." Jawab Zi.

"Kamu cari pacar gih, biar gak melulu ikut-ikut sama Zi." Lanjut Revo.

"Sarkas." Jawab Dena.

"Haha haha..."

Kami melanjutkan makan sampai bel masuk sudah berbunyi.

(Jalan menuju kelas)

"Yang, kenapa kalian harus sekelas sih?" Protes Revo.

"Aku gak tahu Yang, itu semua sudah diatur sama pihak sekolah. Aku mana tahu harus sekelas sama dia. Itu juga membuat aku tidak nyaman."

"Apa aku pindah kelas juga ke kelas kamu Yang? Gimana?"

"Jangan! Duh nanti malah tambah runyam, bukannya belajar, takutnya kalian malah berantem. Ayolah Yang! Tidak akan ada yang terjadi kok. Aku akan berusaha menghindari Revo. Apapun yang terjadi. Ada Dena juga yang akan jadi tamengku, kalau perlu kujodohkan mereka berdua."

"Huh, kamu tahu kan betapa kesalnya aku karena sekarang harus ada cowok yang berani deketin kamu. Aku cemburu."

"Kamu imut banget sih." Pujiku tiba-tiba melihat wajah dia.

"Ya sudah kamu jaga diri baik-baik. Jangan biarkan cowok itu deketin kamu. Masuk kelas sana."

"Kamu duluan, kan ini kelas kamu."

"Aku lihat kamu masuk kelas dulu, baru aku akan masuk kelas."

"Ya sudah aku masuk."

Revo melambai padaku dan aku berbalik tersenyum pada Revo.

Kamu tahu kan Zi, betapa sayangnya aku sama kamu. Aku tidak mau ada yang dekat kamu, apalagi sampai nyentuh kamu. Jangan khawatir, aku akan buktikan padamu bahwa aku cowok yang bisa kamu andalkan. Tidak akan mengecewakan kamu sedikitpun. Cowok pengganggu itu harus tahu dan berhenti mengejar kamu. Atau aku tidak akan bisa menahan diri.

Suasana kelas menjadi Riuh seketika karena Danu tiba-tiba berdiri dari kursinya.

"Perhatian! Perhatian! Aku mau mengumumkan sesuatu, kalian dengarkan baik-baik. Aku Danu Pramuja Wardhana, menyatakan bahwa mulai hari ini, saat ini juga, Zidah akan menjadi incaranku. Apapun yang terjadi dia harus jadi pacarku."

Semua yang mendengar mendadak riuh. Ada yang bersorai terutama murid cowok dan ada juga yang menatap kurang senang ke arahku, tentunya murid cewek yang senang pada Danu.

Aku menatap tajam ke arah Danu, bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu di depan semua orang. Dasar gak tahu diri. Ah sudahlah, capek aku nanggepin dua cowok aneh hari ini.

"Apa ini ribut-ribut?" Sapa Ibu guru yang baru saja masuk kelas.

"Sepertinya akan terjadi perang dunia ke tiga Bu." Seru salah satu murid cowok.

"Iyah Bu, sekolah kita akan gempar." Sambung murid lainnya.

Ibu guru Mei langsung menenangkan mereka dan bertanya lagi apa yang sedang mereka ributkan.

"Coba ceritakan apa yang terjadi di sini?"

Ibu guru Mei bertanya lagi. Dan salah seorang murid yang tadi begitu antusias segera berdiri menjelaskan. Aku menatap kesal karena pasti serangkaian ucapan karangan akan meluncur begitu saja dari mulutnya itu.

"Ibu tahu Revo kan? Tahu seberapa dekat hubungan dia dengan Zida kan Bu? Nah, murid baru kita ini, dengan terang-terangan menyatakan perang. Dia mau menaklukkan hati Zida dan merebut Zida dari tangan Revo. Ibu tahu juga kan seberapa cemburunya Revo, bahkan ke teman ceweknya sekalipun jika dekat dengan Zida. Apalagi Danu secara terang-terangan menyatakan perang seperti itu. Perang dunia ketiga Bu."

"Jadi begitu...! Sudah jangan ribut lagi."

"Ah Ibu gak seru." Ucap yang lainnya.

Benar kan? Mereka itu memang suka keributan. Untung saja Ibu guru Mei tidak tertarik.

Semua murid kembali duduk teratur. Pelajaran Bahasa Indonesia siang itu berlangsung lancar.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ

☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ

Kalo kata aku yak, waktu si Revo meninggikan suaranya waktu marah harusnya pake tanda seruuuuu di akhir kalimat

2020-06-01

1

Pattabola Irwan

Pattabola Irwan

sukses terus untuk novelnya

2020-05-12

3

Pattabola Irwan

Pattabola Irwan

wkwkwk seru pasangan remaja ini

2020-05-12

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!