Part. 8

Aku sedang kesal hari ini, semuanya berantakan. Danu terus saja mengganggu di kelas saat jam pelajaran kosong atau guru tidak masuk atau saat jam istirahat. Sedetik pun tak mungkin lagi bagiku untuk duduk tenang. Danu akan terus mendekat seperti lebah, mengganggu sekali.

"Hai Zi, bengong aja." Sapa Danu yang sekarang sudah di depanku dan bertopang dagu dengan sebelah tangannya dan siku bertumpu di meja.

"Bukan urusanmu."

"Kamu ini sangat menggemaskan kalau sedang kesal seperti itu."

"Sudah tahu aku kesal, kenapa harus mendekat?" Jawabku tanpa melihat wajahnya sedikitpun.

Dena kemana lagi? Lama benar ke toiletnya, ngabisin stok seminggu kali apa ya tuh anak.

"Cowok kamu yang ngeselin itu kemana?"

"Bukan urusanmu." Jawabku lagi-lagi tak melihat ke arah dia.

"Aku di sini, ngapain kamu di situ?" Jawab seseorang yang langsung membuatku terlonjak seketika.

Kulihat Danu juga menoleh ke arah suara Revo. Tatapan Revo sudah seperti mau menelan orang. Menakutkan. Tapi itu tak berlangsung lama, dia mendekatiku dan mengambil kursi duduk di dekatku.

"Kamu tidak apa-apa Yang? Dia tidak mengganggu kamu kan?"

"Tidak. Tapi dia memang sangat-sangat menganggu."

"Jadi kamu mau aku mengusir dia dari sini?"

"Terserah kamu." Jawabku, yang kemudian detik berikutnya kusesali karena Revo sudah menarik kerah baju Danu dan menariknya untuk menjauh.

"Yang! Jangan!" Teriakku.

Rupanya teriakanku hanya angin lalu bagi dua orang cowok yang sedang dikuasai ego masing-masing. Menit berikutnya, mereka sudah bergelut di lantai. Semua siswa mendekat dan bergerombol. Ada yang teriak nama Revo ada yang teriak Danu. Sudah persis sabung ayam.

Aku bergegas mendekat tapi tidak bisa menembus kerumunan orang. Apa sih dipikiran teman-temanku ini? Bagaimana mungkin mereka dengan serunya memberikan dukungan pada teman yang berkelahi. Sungguh tak beretika.

Semakin lama, kelas semakin penuh sesak. Sampai akhirnya aku pasrah dan mengalah keluar kelas lalu memanggil guru BP. Tak lama kemudian guru BP tiba di kelas dan menghentikan perkelahian itu. Semua siswa sudah bubar, menyisakan mereka berdua yang terduduk di lantai dengan beberapa luka di wajah dan pakaian yang sudah tidak teratur lagi.

"Kalian berdua ikut ke kantor Bapak!" Ucap Pak Karim dengan nada keras.

Keduanya hanya menunduk. Revo melihat sekilas ke arahku dan aku hanya memalingkan wajah. Tidak mau melihat wajahnya.

Salahku juga kenapa harus bilang 'terserah kamu'. Semua sudah terjadi, sekarang tinggal tunggu keputusan dari guru BP atas apa yang telah mereka lakukan. Semoga saja keduanya jera dan berhenti bertindak konyol juga gegabah seperti tadi.

Bel pulang berbunyi, tapi baik Revo atau pun Danu tak ada yang keluar dari ruangan guru BP. Aku sedikit resah dan merasa bersalah juga akhirnya.

"Sudah Zi, tunggu saja. Mereka pasti baik-baik saja kok."

"Tapi ini sudah jam pulang De, kenapa mereka belum keluar juga ya?"

"Tunggu saja."

Beberapa menit kemudian.

"Nah itu mereka!" Seru Dena menunjuk dua cowok dengan wajah babak belur sedang berjalan ke arah mereka.

"Akhirnya."

Aku berlari kecil ke arah Revo. Danu sudah menghilang entah kemana. Mungkin ke parkiran dan langsung pulang.

"Kamu bisa pulang sendiri?" Tanya Revo.

"Bisa."

"Baguslah. Kamu pulang sendiri ya, aku tidak bisa antar kamu."

Kemudian Revo berlalu begitu saja di depanku. Ada rasa bersalah yang bersarang di hatiku. Juga ada pertanyaan kenapa Revo bersikap seperti itu.

"Yang!" Panggilku.

Revo hanya menoleh dan melambai sebentar kemudian mengambil helm dan naik ke motornya lalu pergi.

"Ada apa?" Tanya Dena.

"Kamu ngerasa aneh gak sih?"

"Aneh gimana?"

"Sikap Revo barusan."

"Iyah sih, sedikit aneh. Tapi tidak usah dipikirkan, aku justru senang karena dia sudah tidak posesif seperti kemarin-kemarin."

"Bukan, bukan itu. Kenapa dia mendadak seperti itu?"

"Ya gak tahu Zi, coba kamu tanya langsung saja."

"Kamu ih, gak bantu banget. Ya sudah pulang yuk!"

***

Akhirnya karena tidak mau dihantui rasa penasaran. Aku pamit ke Mama untuk main ke rumah Revo.

Setibanya di sana dengan diantar supir, aku menyapa Mama Revo yang kebetulan malam itu baru saja pulang entah dari mana.

"Tante, baru pulang?"

"Eh Zida, kamu datang."

"Iyah Tante. Mau ketemu Revo boleh?"

"Boleh dong sayang, masa gak boleh sih. Kalian kan pacaran, ayo masuk!"

"Kamu tunggu di sini sebentar, Tante panggil Revo dulu."

Aku menunggu di ruang tamu tapi sudah beberapa menit, Revo belum juga keluar menemuiku.

"Zi, maaf yah Tante gak bisa bujuk Revo untuk menemui kamu. Dia bahkan tidak mau membuka pintu kamarnya. Ada apa kalian berantem?"

"Nggak kok Tante, kami gak berantem. Apa boleh aku yang ke kamarnya Tante?"

"Boleh, siapa tahu dengan kamu yang mengetuk pintu kamarnya, dia jadi mau keluar dan menemui kamu."

"Baik Tante, aku ke atas ya."

Aku pun ke lantai dua, menuju kamar Revo.

Tok!

Tok!

Tok!

"Siapa sih berisik!"

"Ini aku Zi."

"Ngapain masih di sini Zi? Inikan sudah malam. Kenapa harus datang malam-malam begini?"

"Aku boleh masuk dulu gak sih?"

"Tidak bisa Zi, kamu pulang sana."

"Aku tidak mau pulang sebelum kamu keluar menemui aku."

"Pulang Zi, aku lagi capek. Tidak mau diganggu."

"Tapi aku mau ketemu kamu, mau ngomong sama kamu."

"Ini sudah ngomong Zi, ayo katakan apa yang ingin kamu katakan."

"Serius kamu tidak mau keluar dan membiarkan aku berdiri di sini?"

"Kamu ini keras kepala ya. Sudah pulang sana, aku tidak mau ketemu kamu dulu."

"Tapi kenapa Vo?"

"Tidak apa-apa Zi, hanya tidak mau ketemu dulu."

"Aku tidak mau pergi dari rumah kamu, sampai kamu keluar dan menemui aku. Kalau perlu aku akan minta izin ke Mama dan juga Mama kamu untuk mengizinkan aku nginap di sini."

"Iya, iya, aku keluar!"

Tak lama kemudian, pintu terbuka dan wajah Revo ditutupi semacam masker wajah. Aku terkejut melihat itu, tapi juga ingin tertawa karena Revo benar-benar terlihat aneh.

"Muka kamu kenapa ditutupin begitu?"

"Ini yang bikin aku gak mau ketemu kamu."

"Maksudnya?"

"Ya aku gak mau ketemu kamu, dalam keadaan muka bonyok begini. Aku malu tahu."

Seketika aku tergelak ingin sekali tertawa.

"Ya ampun Revo! Jadi itu alasan kamu menghindariku tadi di sekolahan dan langsung pulang gitu aja, terus itu juga alasan kamu mengurung diri di kamar dan gak mau ketemu aku? Gitu? Naif banget sih jadi orang, memangnya kenapa jika kamu bertemu aku dengan muka seperti itu?"

"Ya malu. Aku jadi gak pede ketemu kamu. Wajahku berantakan begini."

"Hahaha, Revo Revo, aku kira apaan. Kamu sudah bikin aku khawatir tahu gak."

"Kamu khawatir kenapa?"

"Ya khawatir kamu marahlah sama aku."

"Gak Yang, mana bisa aku marah sama kamu. Kamu itu pacar aku, aku hanya malu ketemu kamu dengan wajah babak belur begini."

"Lagian siapa yang nyuruh kamu berkelahi."

"Itu harga diri Yang, aku gak mau sampai ada cowok yang ngedeketin kamu terus."

"Tapi kan bisa dengan cara tidak berkelahi Yang. Aku marah ih sama kamu."

"Please, jangan marah sama aku."

"Kamu harus janji tidak akan berantem lagi, baru aku maafin."

"Ya tergantung suasana Yang. Kamu kan tahu aku."

"Ya sudah berarti aku gak maafin."

"Jangan gitu dong. Yang, maafin yah!" Ucapnya memelas dan itu entah kenapa terlihat lucu sekali.

"Ya sudah aku maafin."

***

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ

☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ

hahahahaa di toilet ngabisin stok seminggu? anjirrrr ngakak

2020-06-01

1

Pattabola Irwan

Pattabola Irwan

hahaha rasain Revo

2020-05-12

4

Miss Ve

Miss Ve

wkwkw rasain

2020-05-06

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!