Part. 12

"Ada angin apa kiranya sampai kamu datang secara pribadi ke rumahku Zi? Sudah lama sekali ya, sejak kita bersama teman-teman SMP ngerjain PR bareng di rumah ini."

"Iyah sudah lama sekali. Mamamu apa kabar? Tapi maaf ya Dan, aku ke sini bukan untuk bernostalgia. Hanya mau mampir dan melihat kondisi kamu. Bagaimana pun kamu seperti sekarang itu karena ulah Revo juga."

"Oh begitu. Jadi kamu sekarang menjadi pacar yang baik dan datang ke sini untuk mewakili pacar kamu itu untuk meminta maaf?"

"Aku tidak pernah bilang aku ke sini untuk minta maaf. Kamu jangan kegedean kepala. Oh Iyah, ini kenalin sahabatku Dena."

Aku melihat kilas ke arah Dena, tapi dia cuek saja. Tetap sibuk dengan ponselnya, sampai aku mencolek dia dengan keras.

"Ya apa Zi?"

"Danu."

"Ya kalian ngobrol saja. Aku kan tidak ada urusan ke sini. Kalian ngobrol saja, lagi seru ini."

Nih anak kenapa jadi ngeselin gini sih? Tidak mendukung rencana ini namanya kalau begini.

"Dan, aku ke sini karena aku cuma mau bilang, tolong banget jangan cari masalah lagi. Revo itu orangnya emosian, dia tidak mau aku sampai digangguin orang, apalagi disentuh sembarangan. Dia gak akan suka, reaksi dia bisa jauh lebih buruk. Jadi kali ini aku mohon banget, please jangan cari masalah lagi sama dia."

"Oh itu. Iyah aku tahu, dia sayang banget sama kamu. Kelihatan dari cara dia mandang kamu. Aku cuma mastiin saja, dia beneran bisa jaga kamu atau tidak. Lagi pula aku sudah tidak ingin menjadi bulan-bulanan bagi kamu. Hehe. Sudah cukup."

"Huh, syukurlah! Makasih yah, kamu sudah mau mengerti. Revo itu, walaupun sikap dia seperti itu, tapi dialah orangnya yang membela aku habis-habisan jika ada masalah. Dia akan menjadi benteng kokoh buat aku hanya untuk melindungi aku."

"Iyah aku tahu kok. Kamu juga terlihat sangat menyayangi dia."

Keadaan kembali sunyi. Bibi keluar membawa nampan berisikan minuman dan kue-kue kecil nan imut dan menggemaskan. Sudah pasti kue-kue kering ini adalah buatan Mana Danu.

"Hei...!" Panggilku lirih pada Dena.

"Kalian sudah selesai ngobrolnya? Ya sudah pulang yuk!" Jawab Dena asal.

"Siapa yang mau pulang. Ini minum dulu, sekalian makan kuenya mumpung gratis dan enak. Aku jamin."

Dena melihat ke arah gelas berisi minuman dingin itu. Tanpa menunggu waktu lama, dia sudah mengambil segelas minuman dingin dan meminumnya hingga tandas.

"Haus banget ya?" Tanyaku heran.

"Mungkin sudah lama kali dia haus cuma malu bilang." Timpal Danu asal.

"Apaan sih. Iyah aku haus, pakai banget. Minuman kamu kelamaan keluarnya. Puas?" Jawab Dena ketus tapi entah kenapa Danu malah tertawa.

"Gak sekalian kuenya? Kue buatan Mamaku terenak sekota ini."

"Masa?" Jawab Dena seperti ingin menyindir tapi sepertinya dia juga penasaran.

Akhirnya diambil satu dan dicobanya. Dia meloloskan kue imut itu ke dalam mulutnya, sekali gigit, tak ada respon apa-apa. Tapi selanjutnya aku yakin Dena sudah merasakan bahwa kue tersebut benar-benar enak. Pasalnya dia ngambil lagi dan lagi sampai Danu menegur.

"Itu doyan apa gimana? Los banget kayaknya masuk mulut."

"Kan buat dimakan. Emang gak boleh dimakan ya?"

Gengsi banget nih anak. Untuk bilang enak saja susah banget.

"Enak?" Tanyaku.

Dia hanya mengangguk seraya memasukkan lagi satu kue kering ke dalam mulutnya. Fix, dia suka kue tersebut. Aku hanya tersenyum melihat tingkah konyol Dena barusan.

"Ya udah Dan, kami pamit pulang dulu ya. Makasih sudah mengerti kondisi aku dan Revo."

"Amanlah. Kami baik-baik sama Revo. Sama sekalian jaga teman kamu itu, jangan sampai dia bawa toples kue Mamaku pulang. Hahaha..."

"Aku gak sekriminal itu kali." Jawab Dena ketus.

"Hahaha..." Aku dan Danu hanya tertawa.

***

Sepanjang perjalanan pulang aku terus memikirkan cara bagaimana membuat Dena dan Danu dekat. Pasalnya Danu sudah memiliki catatan kurang menyenangkan di hati Dena. Jadi cukup berat misi selanjutnya. Huh.

Aku dan Dena tak terlibat pembicaraan apapun, sampai aku sudah tiba di depan rumah. Aku turun dan melambai ke arah Dena yang saat itu langsung pergi.

Aku masuk ke dalam rumah dan suasana begitu riuh oleh tawa. Siapa yang datang? bathinku.

Saat membuka pintu, aku sudah melihat ada Mama, Papa, Revo berserta kedua orang tuanya. Ya ampun, mereka reunian lagi. Hih... gak bosan apa ya.

"Sore Ma, Pa, Om, Tan, Revo." Sapaku pada mereka.

"Sudah pulang sayang?" Tanya Mama.

"Iyah Mah. Diantar Dena barusan."

Aku menyalami satu persatu orang yang ada di situ. Termasuk Revo, tapi aku lihat ekspresi dia lagi kurang bagus. Apa yang membuat mood dia seketika murung begitu? Tugas lagi nampaknya ini.

"Aku ke atas dulu ya, mandi dan ganti baju."

Aku melihat kilas ke arah Revo, ekspresi dia tetap sama. Dari wajahnya tergambar kekesalan. Aku jadi mikir, aku berbuat kesalahan apa rupanya ini?

Beberapa menit kemudian aku turun dan menemui para orang tua yang sedang seru menceritakan masa lalu mereka. Seorang remaja duduk di antara mereka menikmati betapa membosankannya situasi itu untuknya. Haha.

Aku akhirnya mengajak Revo untuk ngobrol di depan saja.

"Kenapa muka kamu?" Tanyaku.

"Masih memar ya?"

"Bukan. Bukan itu. Itu wajah kamu kenapa cemberut gitu?"

"Kamu dari mana? Dari rumah Danu kan?"

Heh?? Kok dia bisa tahu? Ampun.

"Iyah tadi ke rumah Danu."

"Mama kamu yang bilang. Ngapain ke sana?"

Seketika aku ingin protes ke Mama, dia jadi orangtua ter-lambeh of the year. Fiuuhh...! Mama kenapa mesti bilang segala sih. Urusannya sama aku kan bisa panjang.

"Hanya mau ngasih tahu ke Danu, kalau dia harus berhenti ngejar aku. Karena aku merasa gak nyaman dan aku hanya suka sama kamu."

Seketika ekspresi dia berubah drastis, terbit senyum di sana seperti matahari pagi. Wajahnya tak mengkerut kayak kertas habis digenggam.

"Serius kamu bilang gitu?" tanya dia antusias.

"Seriuslah, ngapain mesti bohong. Bohong dosa tahu."

"Jadi apa katanya?"

"Katanya dia gak mau nyerah. Pokoknya dia harus mendapatkan aku, bagaimana pun caranya."

Dengan cepat ekspresi wajah itu kembali berubah. Sudah benar-benar kayak bunglon. Haha.

"Kenapa sih dia itu, dia kan tahu kamu pacar aku. Tapi kenapa dia gak mau nyerah juga."

"Ya mana aku tahu."

Aku sengaja gak mau ngasih tahu, biar dia semakin penasaran. Liat tuh sekarang ekspresi dia sangat menggemaskan kalau lagi marah karena cemburu.

"Tapi kamu tetap gak mau kan sama dia?"

"Ya tergantung."

"Tergantung gimana maksud kamu? Kamu suka sama dia?"

"Ya tergantung kamu bisa jaga emosi kamu atau tidak. Jika kamu terus-terusan jadi cowok emosian. Aku bisa aja pergi."

"Jangan! Itu tidak boleh terjadi. Gak akan kubiarkan."

"Makanya, kontrol emosinya."

"Iyah Yang. Maaf ya!"

Hahahaha... sebenarnya aku ingin sekali tertawa terbahak-bahak. Ah pacar posesifku ini benar imut kalau lagi nurut begini. Hehe.

Terpopuler

Comments

Odhie

Odhie

hhaha misi Zi psti jodohin Den dan Danu wkwkwkw

2020-03-01

9

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!