Part. 11

Tidak hanya dihukum membersihkan WC, Revo dan juga Danu harus kena skorsing 2 hari.

"Kalau kamu terus berkelahi, aku gak yakin hubungan kita bisa terus berlanjut." Ucapku dengan ekspresi ngambek ke arah Revo. Bukan hanya itu, aku membelakangi dia setelah mengucapkan kalimat tersebut. Kali ini aku marah. Sangat marah.

"Tapi Yang, ini kan bukan aku yang salah." Jawabnya pelan.

"Di sini bukan perkara salah benar, tapi kamu sudah berkelahi sebanyak dua kali. Dan aku tidak suka cowok yang doyan berkelahi. Mau jadi apa kamu nanti."

"Ya sudah, aku janji tidak akan berkelahi lagi. Asal kamu jangan putus dari aku. Kamu tahu kan, kamu satu-satunya cewek yang bikin aku nyaman. Kamu juga tahu kan betapa sayangnya aku sama kamu."

"Jangan cuma janji, kamu juga harus buktikan. Kalau kamu kelahi lagi, aku gak tahu aku bisa maafin kamu atau gak."

"Baiklah. Aku janji Yang, tidak lagi-lagi aku kelahi."

"Baguslah. Sekarang kamu istirahat, aku mau pulang dulu. Mama sudah nunggu di rumah."

"Iyah, makasih sayang, kamu sudah menjenguk aku."

"Kamu jangan lupa janji kamu."

"Iya, iya, aku janji."

***

Aku terpaksa mengancam Revo, itu semua juga demi kebaikan dia. Aku tidak mau punya pacar yang tidak bisa menahan emosi dan doyan berkelahi. Selain itu, aku juga akan mengultimatum Danu agar berhenti menggangguku.

Kenapa cowok bisa semerepotkan ini sih? Danu juga, stok cewek di dunia sudah habiskah? Sampai tidak bosan untuk mengejar aku dari jaman SMP.

Percakapan aku dengan Danu di rumahnya. Aku terpaksa harus menjenguk Danu di rumahnya, agar pertikaian antara dia dan Revo segera dihentikan. Jika terus berlanjut, maka aku yakin keduanya pasti hancur. Hal ini aku lakukan diam-diam, jangan sampai Revo tahu. Dia bisa saja cemburu tanpa sebab dan uring-uringan.

Lagipula aku tidak pergi sendirian, aku mengajak Dena. Sebenarnya aku punya misi khusus, jadi aku ajak Dena. Aku tidak mau dia curiga, makanya tidak aku lakukan secara terang-terangan.

"Den, temani aku ke rumah Danu ya?"

"Dih ngapain? Kamu mau cari mati ya? Mau kamu pacar posesifmu itu ngamuk?"

"Nggak dia gak akan ngamuk. Lagian dia gak tahu aku akan pergi menemui Danu. Pokoknya kamu harus ikut, kamu yang Anyer aku ke sana. Kamu bawa mobil kan?"

"Bawa, tapi tidak untuk menemani kamu ke rumah Danu. No Way! Aku tidak mau jadi bulan-bulanan Revo. Gila apa ya!"

"Ini gak akan ketahuan Dena. Ini juga demi kebaikan mereka, kebaikan Danu dan Revo. Aku gak mau mereka terus-menerus berkelahi hanya karena berebut perhatian dari aku. Danu harus dikasih tahu, kalau dia gak akan pernah menang melawan Revo. Bukan karena Revo lebih menarik dari dia, tapi karena emang aku sayang sama Revo. Itu tidak akan merubah apapun, sekalipun Danu jungkir balik di depan aku."

"Yakin nih?"

"Iyah Dena aku yakin banget. Kali ini Danu pasti nurut."

"Ya sudah, aku temani. Tapi kamu saja yang ketemu sama dia. Sejak awal pertemuan aku dengan dia, sudah gak enak. Gak tahu kenapa aku jadi gak suka aja sama dia. Kesan pertamanya sudah bikin mood hancur, gimana nantinya?"

"Uwuwuwuw... Kamu memang sahabtku paling baik. Iyah kamu tunggu di mobil saja kalau memang kamu gak mau ikut. Tapi jangan salahin aku, kalau kamu jadi gak bisa nyicipin kue enak buatan Mamanya."

"Emang iyah? Eitt, enapa kamu bisa tahu kalau kue buatan Mamanya enak?"

"Tahulah, dulu kan aku sering satu kelompok belajar sama dia. Dan semua teman-teman di kelas itu tahu kalau masakan Mamanya Danu adalah yang terenak. Jadi setiap kali ngerjain tugas atau PR, lebih sering di rumah Danu. Hehe."

"Oh..., jadi berangkat kapan?"

"Setelah pulang sekolah. Aku sudah izin sama Mamaku untuk pulang telat, karena jenguk teman yang lagi sakit."

***

Suasana kelas setenang biasanya, tidak ada lagi Danu si pengganggu. Padahal dia ini terbilang baru di sekolah karena mengingat dia adalah siswa pindahan. Tapi pelanggaran yang dibuatnya sudah melebihi siswa yang lebih dulu bersekolah di sini.

Ada yang kehilangan, ada juga yang kegirangan. Kehilangan karena mereka jadi tidak punya tontonan. Kegirangan karena kelas jadi tenang dan kondisi belajar berlangsung kondusif.

Namun bagi aku sama saja. Ada atau tidaknya Danu, suasana hatiku tetap sama. Terlebih karena memang aku sudah terbiasa dengan sikap kebiasaan mengganggu Danu dari SMP.

Pelajaran terkahir tidak diisi oleh guru yang bersangkutan. Cuaca di luar sangat panas, membuat seisi kelas jadi gerah dan satu persatu memilih minta izin ke kantin beli minuman dingin. Aku dan Dena memanfaatkan kesempatan tersebut untuk izin pulang lebih awal karena harus menjenguk Danu.

"Yuk Den, aku sudah minta izin." Ajakku pada Dena.

"Okeh..."

Kita berdua pun berangkat ke rumah Danu. Rumah Danu tidak terlalu jauh, mungkin dari sekolah hanya butuh waktu 30-45 menit. Dena menyetir dengan tenang, aku berusaha memulai misi awal yang sengaja kusembunyikan. Aku ingin melihat langsung reaksi Dena.

"Den, menurut kamu Danu gimana?"

"Gimana, gimana?"

"Ya di mata kamu sebagai seorang cewek, Danu itu orangnya seperti apa?"

"Biasa saja. Gak terlalu menarik."

"Tapi semua teman di kelas bilang dia cakep loh."

"Mata mereka juling mungkin. Aku lihatnya biasa saja."

"Oh." Aku menangkap kesan tidak baik nih, tapi aku gak mau nyerah gitu saja. Misi ini harus berjalan sesuai rencana. "Sejak kapan kamu gak pacaran Den?"

"Kepo."

"Dih dia gitu ih."

"Jangan kepo, aku pernah baca novel yang bilang 'banyak tahu bisa memperpendek umur', mau kamu?"

"Gak gitu juga, kita kan temen Den."

"Jadi kamu serius mau tahu?"

"Iyah serius."

"Nanti ajalah, ini belok ke mana nih?"

"Jangan belok lurus saja, nanti di pertigaan depan baru belok kanan."

Dena fokus nyetir dan lihat jalan karena dia pertama kali mau ke rumah Danu.

"Pertigaan yang ini yah?"

"Iyah, setelah belok kanan lurus saja. Rumahnya paling ujung pagar hijau."

Dena mengikuti instruksi yang aku berikan. Mobil melaju semakin pelan karena takut Dena melewatkan rumah Danu.

"Nah yang itu Den, berhenti depan sana dan parkir di situ saja."

Dena menurut lalu mobilnya berhenti tepat di depan rumah Danu. Mereka lalu turun dan aku menekan bel.

Tak lama setelah itu, seorang asisten rumah tangga keluar membuka pintu pagar.

"Cari siapa Non?"

"Iyah ini Bi, mau ketemu Danu. Danu ada?" Tanyaku.

"Ada. Silahkan masuk Non."

Kami ikut masih bersama Bibi itu dan dipersilahkan duduk di sebuah kursi di ruang tamu. Tidak lama kemudian Danu turun dari lantai dua dengan setelan pakaian santai. Wajahnya masih terlihat membiru, tapi sudah tidak terlalu parah.

Danu tersenyum ke arahku dan aku menyambutnya dengan senyum. Sementara Dena sibuk dengan ponselnya, entah apa yang sedang dilakukannya sampai dia sama sekali tidak ingin melihat ke arah datangnya Danu.

***

Terpopuler

Comments

Ndhe Nii

Ndhe Nii

slogan Han👍

2021-03-24

0

Pattabola Irwan

Pattabola Irwan

semangat

2020-05-12

4

irna salut

irna salut

wah sekertaris Han bnysk penggemarnya😂😂

2020-05-12

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!