Part. 3

Situasi, Rumah.

"Ma, malam Minggu besok izin ya. Mau jalan-jalan ke Mall sama Dena." Ucapku meminta izin pada Mama.

"Terus Revo?"

"Dia ikut, memangnya dia mau begitu saja membiarkan aku pergi bersama orang lain meskipun itu sahabatku sendiri?" Dengusku sedikit kesal.

"Hahaha, kamu ini lucu."

"Ishh Mama malah ketawa. Lucu bagaimana?"

"Ya lucu, kamu pacaran sama Revo tapi kesel kalau Revo ikut-ikut sama kamu. Dia kan pacar kamu?"

"Mama gak tahu saja seberapa posesifnya dia sama aku."

" O yah?"

"Ya elah gak percaya. Emangnya Mama atau Papanya gak gitu ya Ma? Terus dari mana dia dapat gen seperti itu kalau bukan turunan dari salah satu orangtuanya? Atau jangan-jangan Revo itu anak pungut?"

"Ih kamu ini ngomong sembarangan. Revo anak kandung orang tuanya-lah. Mereka begitu mirip masa kamu masih menuduh pacar kamu itu anak pungut. Kubilang Revo ya."

"Aish Mama orang bercanda..." Ujarku manja.

"Dia posesif itu sama kayak Papanya. Tapi dulu Marcel masih ngasih izinin Mama Revo jalan bareng sama Mama atau memeluk Mamanya Revo tidak seperti Revo yang kamu ceritakan itu ke Mama."

"Ya berarti posesifnya Revo mengalami peningkatan dari Papanya. Ihh ngeri!" balasku bergidik yang direspon ketawa Mama yang lebar dan bersuara keras.

"Ada apa ini kok Mama ketawa sampai keluar air mata begitu?" Ucap Papa yang baru saja tiba di rumah.

"Ini Pa, Zida lucu banget. Masa dia ngatain Revo anak pungutlah, terus bilang kadar posesif Revo dibanding Marcel mengalami peningkatan signifikan karena Revo pacarnya itu kelewat posesif sama dia. Ha ha..."

"Dari pengalaman Papa sih, kamu harus lebih sabar Zi. Lebih sabar dari Mamanya Revo menghadapi Om Marcel. Haha..."

Mereka berdua suami isteri kompak banget ngetawain anaknya. Aku kesal dan kabur ke kamar. Padahal belum mengonfirmasi ulang ke Mama apa aku boleh keluar atau tidak.

Baru saja menghempaskan tubuh ke kasur, notif di laptop bunyi bertubi-tubi. Tadi memang aku tinggalkan dalam keadaan menyala dan aku lupa mematikannya padahal aku sedang online di Facebook.

Sayang.

Sayang.

Sayang.

SAYANG!!!???

Oi

Yang

Sayang

SAYANG!???

Zidaaaaa....

Chat beruntun mampir ke kotak pesanku. Pelakunya tentu kalian sudah tahu. Revo Fidel Marcel.

Dia mengirim begitu banyak pesan, mungkin karena aku lama tidak merespon makanya isi pesannya seperti itu. Lalu jika dia sudah menggunakan CAPSLOCK itu artinya jiwa posesifnya sedang bergejolak.

Aku akhirnya membalas dengan perasaan malas. Bukan karena tidak senang Revo menghubungiku, aku hanya sedikit tak nyaman dengan sikap tak sabarnya itu.

**Ya

Sayang

Aku di sini

Ada

Tadi lagi ngobrol sama Mama**.

.........

Bukannya pesannya dibalas, Revo malah melakukan panggilan video. Berat hati aku harus mengangkat panggilan itu, jika tidak Revo akan semakin menjadi-jadi.

"Hai sayang..." sapaku dengan sedikit tersenyum.

"Kamu ngobrolin apa sama Mama?"

"Minta izin Mama untuk keluar malam Minggu sama Dena dan kamu."

"Apa katanya?"

"Belum dijawab sama Mama karena tadi Papa keburu pulang dari kantor jadi dia harus melayani keperluan Papa dulu."

"Kamu akan melayani aku seperti Mama kamu melayani Papa kamu tidak suatu saat nanti?"

Ya Tuhan, pertanyaan Revo kenapa mesti merembet ke situ sih. Ini baru beberapa bulan pacaran sudah membayangkan hal-hal di luar pemikiran anak remaja. Tuhan, tolong hamba!!!

Aku diam sebentar dan dia malah protes.

"Gimana Yang?"

"Aku akan memperlakukan kamu selalu spesial sayang. Tapi itu kan masih jauuuuhhhhh sekali, kenapa harus dipikirin sekarang?"

"Hehe pengen tahu saja."

"Ya sudah lanjut sebentar ya. Mau mandi dulu." Kilahku untuk terlepas dari berlama-lama Video Call-an dengan Revo.

"Baiklah. Dadah Yang..."

"Dahhh..."

KLIK!

Sambungan terputus. Aku mematikan laptop dan segera berbaring di atas tempat tidur. Sebenarnya mandi hanya alasan untuk menutup panggilan itu. Revo bisa sangat lama ngobrolnya jika tidak segera disiasati. Bisa-bisa aku tidak dapat melakukan hal lain kecuali meladeninya ngobrol.

Dan bukannya mandi, eh aku malah kepikiran pertanyaan Revo tadi. Membayangkan aku nikah sama Revo dan tiap dia pulang kerja aku harus melayani kebutuhan dia, melepaskan jasnya, melepaskan dasinya, menyiapkan air hangat untuk mandi, menyiapkan makanan untuknya. Lucu juga kali ya. Gumamku pada diri sendiri.

Revo memang posesif, tapi dia sangat baik. Dia selalu ingat momen-momen penting kita berdua, memberi hadiah, atau selalu mengingatkan aku untuk tidak lupa istirahat. Dia aslinya adalah pacar yang nyaris perfect tapi karena dia posesif itu menjadi kekurangan tersendiri untuk kategori pacar menurut versi aku. hehe.

Memangnya jodohku itu Revo ya? Tuhan tuh seakan mengatur dengan apik pertemuan kami dan akhirnya menjadi jalan bagi bertemunya dua pasang sahabat yang sudah bertahun-tahun tak ketemu. Siapa lagi kalau bukan kedua orang tua kami. Hehehe....

Terpopuler

Comments

moemoe

moemoe

dripda udh posesif tk mukul. atau sbaliknya..udh posesif tpi gk setia.kita d kurung. dia klayapan

2020-07-18

0

☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ

☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ

Dlu pengen punya pacar posesif, tapi setelah ngerasaian ewwww males bangettttt

2020-06-01

2

Miss Ve

Miss Ve

Eemmm mereka sweet sekalk

2020-05-05

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!