Part. 5

Terpaksa jalan-jalan malam itu hanya berlangsung saat makan malam. Aku harus pamit pada Dena karena Revo suasana hatinya sedang sangat buruk. Tidak mungkin membiarkan dia harus seperti itu terus menerus. Dia sedang marah padaku dan aku yakin sebentar lagi semua kemarahannya itu akan segera keluar berbentuk pertanyaan demi pertanyaan yang sambung menyambung kayak kereta api. Fiuuhh.

Saat di parkiran.

"Kamu harus jelasin ini semua." Revo sudah mulai dengan protesnya.

Aku hanya dia tidak ingin menanggapi sebelum aku dan Revo sampai di rumah. Karena ribut-ribut di jalan hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga untuk berbicara pada orang yang bahkan mencerna kata-kata dengan baik saja itu sudah tidak mungkin lagi. Jadi aku menunggu situasi kondusif dulu, tenang agar aku bisa menata kata-kata untuk menjawab setiap pertanyaan Revo nantinya.

"Iyah tapi setelah kita sampai di rumah."

"Tapi..."

"Revo, kali ini aku serius. Kita bicara di rumah."

Dia menelan lagi protesnya yang akan segera diucapkan setelah aku sudah menekankan ucapanku tadi.

Revo menyodorkan helm dan aku meraihnya untuk segera naik ke jok belakang motornya. Aku hanya diam di belakang menatap punggungnya. Sementara dia entah sedang memikirkan apa. Tapi dari cara dia mengendarai motornya, dia masih kesal padaku. Motornya melaju begitu cepat dan aku juga tidak berniat untuk mencegahnya. Biarkan saja!

Dia pasti sudah ingin sekali segera sampai di rumah. Rasa penasaran sudah menguasai dirinya hingga tak butuh waktu lama kini kita berdua sudah ada di halaman rumah milikku. Aku turun dari motor dan memberikan helm padanya, dia meraih helm itu dan wajahnya sangat suram. Aku hanya melihat sekilas dan berlalu masuk ke dalam rumah.

"Zi! Sudah pulang? Kenapa cepat sekali? Bukankah ini masih jam delapan malam?" Tanya Mama sesaat melihat aku sudah duduk malas di sofa ruang tamu.

Aku diam saja. Revo sudah muncul dari luar dan Mama bingung melihat wajah kita berdua sama-sama ditekuk.

"Revo? Kalian berantem? Ada masalah? Kenapa sayang?" Tanya Mama pada Revo dengan bingung.

"Tante, bisakah tinggalkan kami berdua saja di sini?" Jawab Revo tegas. Setiap kata-katanya seperti orang dewasa.

"Oh! Bisa, bisa sekali." Jawab Mama mengerti tapi dia entah kenapa aku melihat wajah Mama seperti senang dengan kalimat Revo. Dasar Mama tukang kepo.

Mama pun pergi dari ruang tamu dan sekarang tinggal aku dan Revo duduk di sofa.

"Sekarang jelasin siapa cowok tadi?" Tanya Revo tanpa basa-basi.

"Namanya Danu, teman SMP."

"Ada hubungan apa kalian?"

"Tidak ada. Hanya teman. Setahuku dia masuk dalam daftar cowok yang mengejar aku saat SMP."

"Jadi sekarang dia saingan aku?"

Astaga Revo! Seenak jidatnya dia menyimpulkan sesuatu. Memangnya harus seperti itu ya? Setiap cowok yang dekat aku, berarti dia jadi saingan kamu? Hhhh...

"Nggak tahu."

"Tapi perasaan kamu ke dia gimana?"

"Perasaan yang mana?"

"Ya perasaan kamu."

"Nggak ada perasaan Revo. Dia hanya teman dan aku tidak suka dia."

"Baguslah! Kamu hanya boleh suka sama aku, bukan yang lain. Awas saja jika kamu sampai suka sama yang lain."

Sumpah!! Mendengar kalimat dia barusan, bikin aku ingin tertawa sampai guling-guling. Revo ini memang cowok ajaib, bukan hanya ngeselin tapi dia juga sering bikin aku gemas karena sikap dan ucapan dia. Tapi anehnya dia terlihat manis sekali di depanku jika dia seperti itu. Ha ha. Aku sudah gila kayaknya.

"Iyah. Kamu juga hanya boleh suka sama aku bukan yang lain."

Heh?

Kenapa kalimat itu yang keluar? Kan bukan itu yang kupikirkan.

Aku merutuki diri sendiri karena kalimat barusan yang keluar dari mulutku. Lihat saja ekspresi Revo sekarang? Sudah merasa di atas awan. Jadi gede kepala kan dia? Padahal tadi kan aku mau godain dia dulu. Bikin tambah kesel dulu. Hhhh

"Ya sudah kamu pulang sana. Nanti dicariin sama Om dan Tante."

"Kamu mengusir aku ya?"

"Dih! Ya tidak. Kan--- Ah sudahlah kamu suka nanggepin ucapan orang seenaknya ih."

"Hehe, ya sudah aku pulang. Tapi kita sudah baikan kan?"

"Memangnya kita ngapain?"

"Kan tadi kita berantem."

"Emang iya?"

"Iya. Anggap saja tadi berantem, biar hubungan kita makin awet." Cengirnya.

Astaga!! Dia lucu sekali. Revo, jadi salah satu cara bikin hubungan awet adalah berantem ya? Logika dari mana itu?

"Ya sudah pulang sana."

"Tunggu. Aku pamit dulu sama Mama dan Papa kamu."

Revo pun berusaha mencari Mama yang rupanya tanpa sepengetahuan aku sedang mencuri dengar di dapur. Mustahil kalau Revo sampai tidak tahu, karena sekarang dia mencari Mama ke dapur.

"Tante, aku sudah bicara dengan Zi. Semuanya aman. Aku pulang ya Tante."

Apa? Haha aman? Dasar aneh.

"Oke. Hati-hati ya Revo. Salam sama Mama dan Papa kamu."

"Oke Tante. Sampaikan salam juga sama Om."

Revo berjalan ke arahku, Mama ikut di belakangnya.

"Yang, aku pulang."

Aku mengangguk ke arahnya dan mengantar dia sampai pintu. Setelah itu menutup pintu dan kembali ke ruang tamu.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya antusias.

"Kayak Mama gak tahu saja. Aku lihat Mama nguping tadi. Masa harus tanya lagi?"

"Ketahuan ya? Hehe. Tapi Revo itu cute ya kalau lagi marah. Berasa jadi orang dewasa dan berwibawa. Mirip Papanya banget. Cetakan Papanya itu."

"Menurut Mama punya pacar kayak Revo itu menyenangkan gak sih?"

"Coba saja tanya Mama Revo. Kan dia yang pacaran dulu sama Papa Revo."

"Ya versi Mama gimana?"

"Nggak apa-apa, Revo baik. Mama sih senang, apalagi wajah dia kan memang ganteng."

"Mama genit."

"Ya kan manusiawi, cewek manapun pasti tertarik sama cowok yang parasnya ganteng. Memangnya kamu tidak?"

"Ya gak gitu."

"Jadi Danu ya yang bikin dia sampai segitu marahnya?"

"Iya Danu. Apalagi tadi Danu itu megang-megang bahu Zida. Ya beranglah dia, menatap sudah seperti ingin menelan bulat-bulat saja. Secara kan kita pacaran diatur dengan aturan ketat dengan tidak boleh ada sentuhan fisik. Jadi dia pengen nyerang Danu, cuma aku berhasil ngusir Danu tadi sebelum terjadi pertumpahan darah. Tapi kayaknya Danu semakin penasaran sama aku, dia bilang ke Revo, tunggu saja aku pasti bisa mendapatkan Zida. Bikin Revo hampir habis kesabarannya."

Mama tertawa mendengar ceritaku, aku jadi bertanya-tanya apa yang lucu dari cerita itu. Kan mau ada adegan berantem kenapa Mama ketawa. Pikiran orang tua memang kadang-kadang ya.

"Ih Mama kenapa ketawa?"

"Aku ngebayangin wajah Revo. Haha."

"Wajahnya sudah merah menahan marah."

"Ya itu dia. Pasti lucu dan menggemaskan."

"Apaan sih Mama. Orang dia marah kenapa dikatain lucu dan menggemaskan. Sudah ah, aku mau masuk kamar. Mau minta maaf sama Dena karena acara jalan-jalannya harus kacau karena insiden tadi."

"Ya masuklah sayang. Jangan tidur terlalu larut, ingat besok kamu harus temani Mama belanja."

"Siap."

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ

☠ᵏᵋᶜᶟ⏤͟͟͞R❦🍾⃝ͩɢᷞᴇͧᴇᷡ ࿐ᷧ

lahhhh mamah nya ngapa ngomong "Aku" waktu ngobrol part terakhir sama Zi

2020-06-01

1

Miss Ve

Miss Ve

mamanya keren wwkwk

2020-05-06

4

🌷onty KD💗Rh's😎DF

🌷onty KD💗Rh's😎DF

kompak

2020-04-24

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!