"Aaaaaaa?" Felix bangun langsung berteriak.
"Ah, bikin kaget aja!" Luna menjatuhkan air hangat yang dibawanya untuk mengompres Felix.
"Apa ini?" Felix sambil mengambil handuk yang jatuh dari kepalanya.
"Itu handuk!" jawab Luna.
"Iya aku tahu kak, kenapa handuk basah ini ada di kepala ku?" Felix dengan nada kesal.
"Kau demam, tuan puteri!" kata Luna usil.
"Demam? siapa? aku?" Felix dengan tidak percaya.
"Cain yang dari makan malam bersin jadi baik-baik saja, kenapa malah kamu yang sakit ... Aneh!" kata Luna.
"Jam berapa sekarang?" tanya Felix.
"Jam 8.45!" sahut Luna.
Felix segera bangun dari tempat tidurnya, "Kau mau ke sekolah?" tanya Luna.
"Kak Luna keluar, aku mau ganti baju!"
Luna cepat-cepat keluar dan menutup pintu, anehnya dia merasa malu di depan anak kecil yang beda 10 tahun lebih darinya itu.
***
Felix langsung berlari menyusuri jalan menuju halte bus walau dalam keadaan pusing. Penglihatan Felix langsung berputar-putar dan kemudian menjadi hitam. Ingatan terakhirnya adalah tubuhnya jadi terasa ringan dan mulai terjatuh di tengah jalan yang masih jauh dari halte bus.
"Hei nak, kamu mau naik bus atau tidak?" teriak sopir bus itu.
"Dia ketiduran ya?" tanya seorang penumpang.
"Hei anak rambut hitam!" teriak penumpang lainnya lewat jendela.
Felix mulai membuka matanya, "Hah? bagaimana aku bisa sampai disini? Bukannya aku tadi pingsan di tengah jalan?"
Karena pak sopir bus itu mulai berteriak lagi, Felix jadi tidak punya waktu untuk berpikir dan langsung berlari naik bus.
***
Sesampainya Felix di sekolah ia langsung mencari keberadaan Cain. Tapi bukan hanya Cain, kini Felix mencari seluruh anak di sekolah, "Kenapa sepi sekali?"
"Dimana semua orang?" Felix kemudian ke ruang guru tapi disana pun kosong. Akhirnya dari luar jendela terlihat pengurus tanaman sekolah ada untuk bisa ditanyai.
"Pak, Kemana semua orang?" tanya Felix.
"Oh itu ... ada kecelakaan bus jadi semua siswa sekarang ke rumah sakit beserta guru-guru."
"Kecelakaan bus? bus dari mana pak?"
"Tunggu ... Tadi di jalan ada bus yang terbalik ... tidak ... jangan-jangan ... Cain ... Teo ... Tan ... Tom!" Felix mulai berpikir yang tidak-tidak.
"Bus dari ...." Bapak itu baru mau menjelaskan tapi Felix sudah berlari.
Felix yang tidak memiliki handphone berlari ke tempat boks telepon merah untuk menghubungi si kembar tiga yang punya handphone berkat tabungan mereka bertiga yang digabung.
"Yo ...." sapa suara yang sangat familiar bagi Felix.
"Cain?"
"Yes."
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Felix.
"Masih hidup hahaha ...." jawab Cain santai.
"Kamu ini masih bisa bercanda saja!" Felix jadi kesal.
"Aku dan Teo tidak apa-apa, hanya luka goresan sedikit tapi Tan lengannya patah dan Tom kena pecahan kaca ...." kata Cain.
"Kalian dirumah sakit mana? aku akan ke sana sekarang!" kata Felix.
***
Rumah sakit Zion jadi ramai dipenuhi banyak wartawan dan orang-orang yang sekedar ikut menonton karena penasaran. Petugas keamanan rumah sakit menahan Felix tapi setelah melihat seragam sekolahnya ia dibiarkan lewat.
"Dimana? Dimana? Cain, Te ...." Felix dengan tergesa-gesa mencari.
"Oiii disini ... Disini!" teriak Cain.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Felix yang seperti kehabisan napas.
"Kau ini jadi bodoh ya kalau khawatir, sudah berapa kali aku bilang tidak apa-apa!" jawab Cain.
Disamping tempat tidur Tan dan Tom terdengar banyak orang menangis, "Jam kematian ...." suara tangisan mereka semakin menjadi-jadi.
"Kami bereempat termasuk beruntung, kebanyakan penumpang bus meninggal atau saat ini masih di dalam ruang operasi," kata Tan.
"Untung kamu sakit Felix!" kata Tom.
"Harusnya aku ada disana juga!" kata Felix merasa bersalah hanya sendirian tidak terluka.
"Kau memang disana ... hahaha ... aku yang ketiduran di bus entah kenapa seperti mendengar teriakanmu jadi langsung bangun dan bisa melindungi diri saat bus terbalik ...." kata Cain dengan nada bercanda.
"Tidak lucu tau!" Felix merasa Cain mengada-ada.
"Memang sedang tidak melucu kok. Tidak usah tertawa!" Cain dengan santai perkataannya tidak dipercayai.
"Aku hampir saja dapat luka baru padahal lukaku yang lama masih belum sembuh," kata Teo.
"Menyebalkan ... kau mengejekku ya?" kata Tom hendak menendang Teo.
***
"Kecelakaan bus yang menewaskan 20 orang penumpang, 5 orang luka berat dan masih dalam tahap pemantauan di ruang ICU, 4 orang lainnya dengan luka ringan yang merupakan anak berumur 10 tahun," memindahkan ke channel manapun, semua menampilkan berita yang sama.
Daisy yang harusnya jadi pembawa berita malah datang menjemput 5 orang anak itu untuk pulang ke Panti Asuhan.
"Serius kamu tidak perlu dirawat di rumah sakit Tan?" tanya Daisy.
"Bukannya mau tinggal lebih lama di rumah sakit untuk dapat berita kan bu?" Cain menyipitkan matanya.
"Makanya ... ayo tinggal dirumah sakit lebih lama ya Tan?" kata Daisy tidak tahu malu.
"Dasar jurnalis ... mau bagaimanapun penyakit jurnalis tidak bisa disembuhkan," Felix berpangku tangan.
Mendengar itu Daisy menyalakan mobilnya dan mulai menjalankan mobil keluar dari rumah sakit walau dengan berat hati, "Ayo kita pulang ...."
Sepertinya memang penyakit jurnalis tidak bisa disembuhkan. Daisy memanggil Dokter Mari untuk mengantar 5 anak itu pulang setelah meninggalkan mereka ditengah jalan.
Mereka semua langsung terbengong ketika Daisy langsung saja mematikan mesin mobil dan lompat keluar mobil saat lampu merah dan meninggalkan mereka yang masih berada didalam mobil.
"Hahaha ... aku tidak habis pikir!" Cain tidak bisa berhenti tertawa dan sepertinya akan memutuskan tali sabuk pengamannya karena tertawanya yang abnormal.
"Bagaimana demammu Felix?" tanya Dokter Mari.
"Bibirnya merah begitu dok ... kayak bukan orang yang baru saja demam tinggi tadi subuh ...." kata Cain.
"Teo, Tom ... mulai sekarang bantu adikmu ya, karena dia tidak bisa melakukan aktivitas fisik yang berat sekarang, jadi kalian harus berperan sebagai kakak sekarang!" kata Dokter Mari.
"Maaf dok, sudah lama kami sepakati bahwa yang kakak itu adalah Tan," kata Teo polos.
"Walau dia yang terakhir lahir, tapi dia itu adalah kakak kami," tambah Tom mendramatisir.
"Kalian ini ... tapi ... jatanya kalau anak kembar memang yang paling terakhir lahir sebenarnya dia yang kakak karena menjaga adik-adiknya untuk membiarkan lahir duluan ...." kata Dokter Mari sambil berpikir dengan satu tangan di stir mobil.
"Perkataan yang seharusnya tidak cocok diucapkan oleh dokter!" Felix menyindir Dokter Mari.
"Felix tidak suka sesuatu yang berbau mitos dok!" Cain meluruskan.
"Ohya?" dokter Mari yang tersenyum terlihat dari kaca spion.
***
Mobil memasuki halaman panti asuhan tapi Felix malas turun dari mobil karena melihat sosok Dea, "Hahhhhh!" Felix menghembuskan napas kasar, "Aku tunggu saja disini."
Tapi Cain membuka pintu mobil yang dimana Felix berada disamping pintu dan langsung terlihat ketika pintu dibuka.
"Kau!" Felix menatap Cain.
"APA? AKU LAPAR! AYO CEPAT TURUN!" kata Cain yang tidak bisa membaca situasi.
"Lapar? bisa-bisanya kau lapar saat sudah mengalami kecelakaan ...." kata Felix tidak habis pikir.
"Iya lapar banget malah!" jawab Cain.
"Katanya menunya sup ayam!" Teo dan Tom berlari.
Tan yang baru turun dari mobil hanya menepuk punggung Felix, "Sudahlah, lebih baik begitu daripada melihat mereka murung."
"Mereka itu hanya berpura-pura ... jaga Teo dan Tom ya Tan pasti nanti dia akan bermimpi buruk!" saran dari Dokter Mari.
Esoknya semua luka mereka bereempat lebih sakit dari yang dirasakan kemarin. Dan benar yang dikatakan Dokter Mari, Teo dan Tom langsung demam setelah bermimpi buruk.
Mereka berdua berlagak sok kuat tapi lemah. Cain yang terlihat sembrono dan hanya suka bercanda memiliki mental dan fisik yang kuat dan terlihat baik-baik saja.
"Aku melihat Felix di dalam mimpiku ... dia ... Felix ... apa yah yang dilakukan Felix ... aku jadi lupa apa mimpiku," Teo berbicara ngaur.
"Tan yang patah tulang akhirnya harus merawat kalian," Cain menggeleng-geleng.
***
Akhirnya hanya Felix dan Cain yang berangkat ke sekolah.
"Semua badanku serasa mau remuk," Cain berjalan sambil menyeret kakinya dan menunduk seperti kakek-kakek.
"Tunggu!" Felix menghentikan langkah Cain.
"Kenapa?"
Tiba-tiba sebuah pohon besar tumbang pas tepat disamping Cain, "Wah hampir saja!" Cain langsung duduk karena saking kagetnya.
"Apa ini? dejavu?" kata Cain sambil mengingat sesuatu yang hampir sama dengan yang dirasakannya saat ini.
"Perasaan ini sama seperti ketika aku di dalam bus, tidak ... untung kamu bisa tahu pohon itu akan tumbang Felix ... aku sendiri tidak mendengar sedikitpun ...." tambah Cain.
"Sebenarnya aku tidak tahu!" kata Felix.
"Apa maksudmu?" tanya Cain.
"Tubuhku seperti bergerak sendiri menahanmu tadi!" jawab Felix sambil tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan.
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 570 Episodes
Comments
Iniaku
Wahhh Felix mulai menunjukkan sesuatu
2022-08-12
3
🎤K_Fris🎧
lanjut kan
2022-03-17
2
🐰Far Choinice🐰
waaaa Felix mulai menunjukkan sesuatuuu
2022-03-08
2