Mendengar perkataan itu, Teo dan Tom langsung menarik paksa Felix kembali ke tenda.
"Bukannya tadi ada yang memaksa untuk pergi jalan-jalan?" Cain sudah diposisi berbaring.
Felix mengeluarkan kertas berwarna coklat disusul mereka semua langsung mengelilingi kertas itu. Bahkan Cain yang sudah ingin tidur langsung bangun juga.
"Harta karunnya dekat tempat lahan kosong untuk menanam pohon," kata Felix.
"Tapi masuk ke dalam hutan lagi, kenapa coba bukan hutan yang tadi kita tempati mengambil kayu," keluh Tom.
"Iya, setidaknya kita udah kenal ama hutan yang tadi," tambah Teo.
"Dasar penakut, lagipula memangnya hutan bisa gitu dijadiin kenalan?" Cain menertawai mereka.
"Tapi bukankah peta ini terlalu mudah?" tanya Tan.
"Mudah.. memang.. tapi untuk pergi ke sana yang susah karena jika berangkat sekarang banyak yang sedang berjalan-jalan bisa-bisa mereka curiga dan ikut," jawab Felix.
"Akan terjadi pertumpahan darah sepertinya!" Cain merangkul Felix sambil tertawa bersama.
"Satu-satunya cara kita pergi saat malam nanti," Tan memberi solusi.
"Oh.. iya.. nanti malam kan ada acara api unggun, kita pergi saat Pak Egan bercerita saja," Tom menambahkan.
"Tidak, kita pergi setelah semua orang sudah tertidur," kata Felix mengakhiri, membuat Teo dan Tom seperti habis terkena petir.
Mereka bertiga menertawakan ekspresi Teo dan Tom.
"Baiklah kalau begitu, kabulkan permohonan kami?"
"Apa itu?"
"Ayo kita jalan-jalan!"
"Hemmm..." -_-
Felix dan Cain yang ingin bersantai sambil tidur saja tak menyadari dirinya kini sudah ada di tengah taman bunga. Teo dan Tom tidak berhenti memfoto bunga yang ada disana. Sepertinya galerinya sudah ada ribuan gambar bunga.
Felix melirik jalan menuju hutan tempat harta karun itu membuatnya kembali menatap Teo dan Tom dan akhirnya menghembuskan napas kasar, "Sepertinya mereka tidak akan bisa ikut. Apa kita tinggal saja mereka nanti malam?"
"Gak seru kalau gak ada mereka yang heboh karena ketakutan tahu," kata Cain.
"Haha iya ya.. kan ada kamu yang suka ikut berpura-pura takut juga," Felix dengan nada riang kemudian berubah sarkastik.
"Aku tidak mengerti apa yang anda katakan tuan," Cain mengeles dengan cara yang usil.
"Tadi saat permainan labirin air, aku sudah memberikan surat kepada hantu merah muda," Felix menatap Cain.
"Cieee.. surat-surat cintaan."
Cain tidak pernah serius jika membahas hantu merah muda membuat Felix agak kesal.
***
Tan yang sudah meminta izin agar Felix bisa tidak hadir di acara api unggun malam ini karena api unggun akan dibuat sebesar mungkin di lapangan. Tan khawatir jika Felix kembali trauma mengingat kejadian kebakaran di panti asuhan lamanya. Tapi Cain malah menggandeng Felix dengan santainya menuju lapangan.
Felix yang jalan sambil menunduk hingga Teo melepas topinya dan memakaikannya pada Felix. Ketika anak-anak lain berebut tempat duduk paling depan. Mereka langsung duduk paling belakang dengan Felix berada di belakang punggung Cain, Tan, Teo dan Tom.
Acara dimulai ketika Osvald menyanyi sambil memainkan ukulele nya.
Lama tak muncul, Dea sudah duduk di samping Felix.
"Hai Dea!" sapa Tom saat berbalik ingin memberikan botol air minum pada Felix, "Kukira tadi kau sudah pulang?" tambahnya lagi.
"Aku tadi pulang ke rumah untuk bertemu ayahku, saat melihat luka Felix tadi.. aku langsung minta sopir pribadiku datang menjemput."
"Hah?"
"Aku tidak bisa diam saja melihat si Hantu Merah Muda itu berulah apalagi sampai melukai Felix."
Felix hanya tertawa saja mendengarnya tidak ingin menjawab apa-apa karena sepertinya yang akan keluar dari mulutnya hanya makian saja.
"Jujur saja deh Felix, anak-anak disini itu semuanya munafik. Mereka tidak berhenti membicarakanmu dengan mengaitkan Panti Asuhan Helianthus yang kebakaran. Ada yang kasihan karena kamu dikerjai hantu merah muda ada juga yang senang karena katanya kamu memang pantas dikerjai tapi tenang saja aku sudah memberi mereka hukuman..." Belum selesai Dea berbicara, Felix berdiri dan pergi ke tempat duduk lain.
Cain ingin menghentikannya tapi berakhir menghentikan Dea saja untuk mengikutinya lagi. Akhirnya Cain memberi sinyal ke Teo untuk mengikuti Felix.
Teo kemudian ikut duduk disamping Felix sambil menatap ke arah tempat duduknya tadi melihat Cain, Tan dan Tom.
"Kau tidak perlu ikut kemari!" kata Felix.
"Iya harusnya aku tidak kemari," kata Teo cekikikan, "Aku tidak tahu cara menghiburmu," tambahnya lagi dengan nada candaan.
Tak lama setelah Felix dan Teo hanya diam dan tak saling bicara membuat suasana sangat canggung akhirnya Felix mulai memecah kesunyian, "Sebenarnya aku tahu tapi hanya berpura-pura tidak tahu saja. Bagaimana anak-anak lain memandangku.. wajar saja hanya aku anak yang selamat malam itu, patut dicurigai dan dicap sebagai pembawa sial."
"Dicurigai bisa saja aku yang membakar panti asuhan atau dicap sebagai pembawa sial karena membuat orang di sekitarku meninggal.. semuanya tidak ada yang baik dan semakin orang lain menatapku dengan tatapan seperti itu atau berbicara di belakangku lama-lama aku juga jadi ikut percaya kalau aku memang orang seperti itu." tambah Felix lagi.
Teo terkejut mendengar Felix berani mengutarakan perasaan padanya dan sekaligus kaget karena mengetahui Felix ternyata merasa seperti itu, "Dicap sebagai pembawa sial? menurutku itu berlebihan deh Felix.. walaupun kamu itu aneh.. haha.. saat kau datang aku tidak memikirkan hal lain.. hanya senang bisa mendapat saudara baru.. daripada pembawa sial kita ini hanya tidak beruntung, sudah anak yatim piatu ditambah masalah kebakaran panti harusnya orang lain mengasihani tapi malah menghakimi."
"Aku tidak percaya kata-kata itu keluar dari mulutmu," Felix mengejek Teo.
"Tapi kamu juga bukan orang yang suka dikasihani jadi ya..."
"Jadi apa?" Felix menatap serius.
"Terima aja!" Jawaban Teo membuat Felix langsung menjambak rambut Teo dan memukul dahinya dilanjutkan tawa mereka berdua.
"Aku minta maaf karena kamu ikut terluka kemarin malam." setelah bercanda Felix melihat luka Teo.
Teo hanya terus saja memandang Felix dengan tatapan aneh.
"Apa? kamu pikir aku tidak tahu minta maaf?"
"Haha.. ternyata kau juga mempelajari kata yang katanya tidak berguna itu."
"Terima kasih, maaf, semua orang dewasa sepertinya gampang sekali mengatakannya. Menurutku kata itu harusnya diganti dengan tindakan saja atau malah bisa tidak harus dikatakan. Terima kasih diganti dengan membalas budi saja, maaf bisa tidak dilakukan jika kita tidak melukai orang lain."
"Terkadang aku bangga punya teman kayak kamu Felix, punya prinsip.. aku penasaran kamu akan jadi orang seperti apa nantinya."
"Jadi orang apa aku nanti, aku berharap kamu, Tom, Tan dan Cain tetap bersamaku nantinya."
"Pasti!" jawab Teo mantap.
***
Pak Egan kemudian mulai menceritakan cerita seramnya. Membuat anak-anak langsung histeris tapi juga mendengar dengan cermat cerita Pak Egan.
Setelah acara api unggun selesai mereka tidak lupa menyiram apinya dengan air dan kembali ke tenda masing-masing dengan Bu Latoya yang mengabsen para murid tapi karena lupa ada murid yang mengeluh karena diabsen dua kali ada juga yang sudah tidur karena sudah diabsen tapi dibangunkan lagi karena Bu Latoya lupa.
Akhirnya waktu untuk prncarian harta karun dimulai lewat tengah malam karena Bu Latoya. FCT3 mulai berangkat diam-diam ketika semua lampu sudah dimatikan. Walau masih ada lampu di dalam tenda yang masih menyala membuat mereka berhati-hati saat berjalan.
Mereka melawati taman bunga dibawah sinar bulan yang menerangi tanpa harus menggunakan senterpun sangat jelas terlihat dan mulai masuk kedalam hutan. Felix yang khawatir saat melihat hutan tadi pas sore hari karena ia saja bergidik melihat penampakannya yang gelap apalagi Teo dan Tom pasti akan ketakutan.
Saat mereka berjalan masuk ke hutan, mereka jadi teringat cerita seram dari Pak Egan tadi, "Dahulu kala hiduplah seorang penebang kayu yang tidak hanya menjadikan penebang kayu sebagai pekerjaan tapi juga sebagai kegemaran. Ia sangat suka pergi ke hutan sambil membawa kapaknya. Suatu hari terjadi kecelakaan yang menimpa sang penebang kayu yang akhirnya membuat kapak yang dicintainya memotong lengannya sendiri dan akhirnya meninggal akibat pendarahan hebat. Tapi lengan yang terpotong itu hilang tak bisa ditemukan. Suatu malam terdengar suara seseorang sedang menebang kayu dan ternyata itu adalah lengan pecinta penebang kayu yang terpotong itu masih saja terobsesi dengan pekerjaannya."
"Tak.. takkk.. takkkk!" terdengar suara kayu yang sedang di pukul membuat mereka semua merinding ketakutan.
"Apa itu?"
"Mungkinkah itu..."
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 570 Episodes
Comments
R⃟•D•I👏OFF
suka ide2nya author, , , liar dn wah😍 i ilke i like
2022-04-22
4
Rini Sarmilah
Taman bunga berarti indah dong 🥰🥰😁
2021-09-09
2
Blizz
kadang ak mikir ini beneran anak 10 thn?
2021-05-01
5