Begitu matahari terbit luka Felix tampak jelas dilihat membiru. Di dalam tenda perawatan,
"Kenapa kau tidak mengeluh kesakitan sama sekali? memangnya tidak sakit?" tanya Cain sambil ikut berbaring juga di ranjang sebelah Felix.
"Sakit lah, hanya saja..." jawab Felix, "Aku bukan tipe yang suka memperlihatkan yang sesungguhnya..." lanjutnya dalam hati, "Tapi kau kalau khawatir jadi cerewet ya.. menyebalkan sekali."
"Kau kalau kesakitan jadi penurut sekali," balas Cain.
Mereka berdua tertawa bersama.
"Felix.. Felix.. Feli..." teriak Dea yang dari jauh semakin mendekat.
Benar saja ia sudah masuk ke dalam tenda perawatan dan tidak berhenti berceloteh ke perawat yang merupakan anak dari pemilik perkemahan, "Sudah.. sudah.. dia baik-baik saja dan akan lebih baik-baik saja kalau nona kecil membiarkannya istirahat," perawat itu mendorong Dea keluar dari tenda.
"Kukira ada kereta api yang lewat," Cain membuka selimut yang menutupi wajahnya.
"Bukan main temanmu itu," kakak perawat itu menggeleng-geleng.
"Bukan teman hanya sekedar kenal," kata Felix.
"Emmm?" perawat itu bingung.
"Teman adalah hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain, saling mendukung, bekerja sama sedangkan sekedar kenal menurut saya hanya setingkat lebih tinggi dari orang asing tapi hanya sebatas kenal nama saja."
Cain yang mendengar penjelasan Felix mulai berpura-pura tidur.
"Hahaha, walau tadi mengantuk karena dibangunkan pagi-pagi sekali jadi segar begini karena dapat kuliah pagi dari tuan kecil," kata kakak perawat itu.
***
Felix membangunkan Cain yang jadi tidur beneran setelah pura-pura tidurnya tadi, "Bangun.. ayo sarapan.. oiii..."
Cain tidak bangun-bangun juga, mungkin karena masih mengantuk setelah menanam pohon pagi-pagi sekali, "Ayo sarapan!" Tan datang dengan membawa makanan.
"Kau ini dari awal memang tidak ada niat kan untuk ikut jaga," kata Teo menyindir Cain.
"Menjaga Felix sama seperti aku (kelinci) sedang menjaga singa. Dia itu tidak perlu dijaga malah berbahaya bagi orang lain."
"Setelah ini akan ada game, kalian tidak ikut?" tanya Tom.
Cain yang ingin menjawab hanya menatap Felix.
"Ikut lah.. nanti si Hantu Merah Muda khawatir melihat kamu gak hadir karena sakit," kata Teo.
"Jujur, hantu merah muda itu sudah keterlaluan.. melukai seseorang seperti ini sudah bentuk tindakan kriminal," Tan dengan nada serius.
"Brrrrr.. kayak lagi dikulkas," Tom mengejek.
"Aku sudah tahu siapa orangnya," Felix dengan santai.
"Ah, kamu sudah tahu..."
"HAH???!" mereka bereempat serentak, "Siapa?"
"Bagaimana kau bisa tahu? Sejak kapan?"
"Sejak tadi malam.. siapa orangnya belum bisa aku beritahu."
"Jadi dia manusia?"
Cain menertawakan pertanyaan Teo dan Tom.
"Sekarang lagi sarapan juga pastinya..." jawab Felix.
***
Sebelum acara permainan dimulai, mereka semua masuk kedalam hutan untuk mengambil ranting atau dahan pohon yang jatuh untuk nanti malam dijadikan api unggun dimalam terakhir. Dengan mencari sendiri kayu yang bukan dari pohon yang di tebang tidak perlu pakai tiket pinjam, "Kenapa harus pagi-pagi begini ngambil kayu nya sih, difilm-film mereka ambil kayu bakar di sore hari," Teo tidak berhenti mengeluh dan hanya duduk.
"Kayunya kan lembab jadi mau dikeringkan dulu dibawah sinar matahari," Tan mengambil kayu yang dibawa Teo setengah hati.
Saat hendak berdiri Teo menemukan amplop surat berwarna hitam, "Ini apa?" ia kemudian membuka surat itu.
..."Petunjuk Harta Karun...
...Aku bisa hidup dimana saja"...
Teo yang hendak berteriak langsung dibungkam oleh Tan.
Felix menatap Pak Egan yang sedang lewat dan Pak Egan hanya tersenyum dan terus berjalan tanpa menghiraukan mereka, "Mencari kayu bakar hanyalah pengalihan, mencari surat petunjuk lah yang penting," kata Tom.
Teo langsung bersemangat mencari kayu bakar. Entah berapa kali ia bolak balik ke tempat gerobak yang membawa kayu bakar yang mereka kumpulkan dan masuk lagi ke dalam hutan untuk mencari petunjuk, "Teo, jangan berlebihan.. lukamu tidak apa-apa?" Tan khawatir.
"Kalau kau mengkhawatirkan aku, cari saja yang banyak surat petunjuknya!" Teo dengan tatapan membara.
Setelah mereka dipanggil untuk kembali ke area perkemahan. Mereka langsung ditarik oleh Teo dan Tom ke dalam Tenda dan langsung mengeluarkan surat petunjuk yang mereka dapatkan.
Felix yang mengeluarkan 4 kertas petunjuk, Teo dan Tom langsung kaget karena ia sendiri hanya dapat 2 petunjuk sudah termasuk yang ia temukan pertama tadi. Cain dan Tan walau terlihat malas tapi masing-masing juga menemukan 2 petunjuk.
..."Aku banyak macamnya."...
..."Aku benda mati."...
..."Aku bisa membuat gedung bertingkat."...
..."Aku tidak bisa berenang tapi baik-baik saja didalam air."...
..."Aku terkadang membuat susah karena berat dan disepelekan saat ringan."...
..."Aku bisa hancur."...
..."Aku kuat."...
..."Aku bisa berguna untuk banyak hal."...
..."Aku pun juga ada di luar angkasa."...
"Ow..."
"Kau tahu ini apa?" Teo bertanya ke Felix.
"Batu."
"Batu?"
"Sepertinya harta karun nya disimpan di sekitar batu," kata Cain.
"Kita butuh lebih banyak petunjuk, apa kita ke hutan lagi?"
"Tidak perlu, dari semua petunjuk yang kita kumpulkan hanya mengarah ke batu semua. Mungkin di acara permainan nanti juga pengalihan untuk mendapatkan petunjuk."
"Bagaimana kalau sudah ada yang menemukannya?" Teo dan Tom panik.
"Kalau sudah ada yang menemukannya selain Felix pasti itu hantu merah muda," kata Cain sambil menepuk bahu Teo dan Tom.
"Berarti yang menemukan harta karun nanti hantu merah muda dong.. tidak.. Felix.. ayo berdiri.. tunjukkan semangatmu.. kalahkan hantu merah muda," Teo dan Tom bersemangat.
"Hemm.. Hantu merah muda bukan tipe yang suka tampil di tempat umum, walau dia tahu dimana letak harta karun itu dia tidak akan peduli juga," kata Felix.
"Kau pikir dia anti sosial?" tanya Tan.
"Apa itu anti sosial?" tanya Teo.
"Psikopat!" Jawab Tom polos.
Cain melempar mereka berdua dengan kantung tidur.
"Bukan anti sosial juga tapi lebih ke tipe yang narsistik sih menurutku," Felix sambil tersenyum.
"Aku jadi penasaran siapa dia," kata Teo.
"Apa dia benar teman sekolah kita? aku tidak percaya," tambah Tom.
"Jadi apa kau akan melaporkannya?" tanya Cain.
"Bagaimana menurutmu?" Felix menatapnya dengan serius.
"Kenapa kau menatapku begitu? Hahaha menurutku sih tidak usah anggap saja ini kejahilan semata."
"Apa kau benar Cain?" tanya Tan.
"Dasar pengkhianat.. kau ini berpihak pada siapa?" Teo melemparkan kembali kantung tidur tadi ke Cain.
"Walau begitu tetap saja ini harus dilaporkan!" Tan meyakinkan.
"Entahlah.. saat ini aku sedang malas berpikir," kata Felix.
"Malas berpikir tapi langsung menemukan jawaban dari petunjuk harta karun dalam sekejap," kata Tom iri.
"Pokoknya kita yang harus menemukan harta karun itu!" Teo dengan mantap.
"Entah harta karun itu apa tapi walau tidak bisa dibagi akan aku pastikan kita menikmatinya bersama!" seru Teo lagi.
"Entah harta karun itu apa yang jelas kalau aku yang dapat tidak akan aku bagi denganmu!"
Setelah mendengar itu Teo dan Tom langsung menyerang Cain dan hampir merobohkan tendanya.
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 570 Episodes
Comments
𝕸y💞Terlupakan ŔẰ᭄👏
mengharukan
2022-08-12
2
Iniaku
Disini Dea semakin menjengkelkan
2022-08-12
3
『Minecraft』
disini Dea menjadi semakin semakin menjengkelkan
2022-01-06
7