"Mau yang membully atau di bully sama-sama salah menurutku, yang membully adalah pengecut yang percaya diri sedangkan yang di bully adalah pengecut yang sebenarnya," Felix yang serius berbicara tak sadar kalau sedang ditatap dengan wajah datar oleh mereka berempat, "Kenapa kalian memandangiku seperti itu?"
"Jujur deh, Felix... kamu itu umurnya berapa?" tanya Cain.
"Apa jangan-jangan kamu alien ya?" Teo dan Tom saling sambung kalimat.
Felix hanya menghembuskan napas keras.
***
Saat hendak keluar dari bangunan sekolah, Felix merasa ada yang mengenai kepalanya.
Cain, Teo dan Tom langsung berteriak histeris saat Felix memungut kertas yang mengenai kepalanya tadi.
"Kenapa kalian?" tanya Felix bingung.
"Iiii...iiii....iittt..tttuuuu kertas merah muda!!!"
"Memangnya kalian pikir aku buta warna, aku juga tahu..."
Tan yang menyadari kebingungan Felix akhirnya menjelaskan, "Itu adalah kertas peringatan dari hantu merah muda."
"Hantu apa? tunggu... peringatan?"
"Beberapa murid di sekolah ini mendapat kertas merah muda seperti itu, tandanya hantu merah muda sudah menentukan targetnya."
"Ada-ada saja, ini namanya kejahatan. Mau hantu atau manusia membuang sampah sembarangan adalah kejahatan!" Felix kemudian berlari kembali masuk kedalam gedung sekolah.
Walau begitu, mereka berempat tetap mengikuti Felix.
"Kan, tidak ada orang!" Teo memeluk Tom yang gemetaran.
"Apa kalian pernah dapat yang seperti ini juga?"
"Cain pernah dapat surat peringatan," jawab Tan.
"Jadi apa yang terjadi? setelah mendapat surat, bagaimana?"
Bukannya menjawab, Cain malah lari pergi diikuti Teo dan Tom yang berteriak kencang.
"Setelah itu katanya Cain diganggu selama hampir sebulan kemudian hantu merah muda kembali mencari target baru," akhirnya Tan yang menjawab pertanyaan Felix.
Felix hanya memasang wajah datarnya dan kemudian memutar bola matanya kesal.
***
Saat perjalanan pulang di bus, Felix jadi tidak berhenti bertanya kepada Cain apa yang terjadi.
"Sejak kapan kamu jadi cerewet begini?" Tan tertawa kecil.
Cain hanya terus berteriak dan mengoceh tidak karuan bersama Teo dan Tom yang saling berpelukan.
Saat berjalan di tengah hutan ada yang melempari Felix dengan batu kecil, "Aw!"
Teo dan Tom langsung berpelukan lagi sedangkan Felix mencari asal lemparan itu dan dengan berani masuk kedalam hutan yang gelap itu.
Tak hentinya ia dipanggil untuk kembali, tapi Felix tidak mendengarnya dan hanya terus berlari kecil.
Beberapa saat kemudian Tan ingin menyusulnya tapi Felix sudah datang.
"Siapa kamu?" Teo dan Tom berteriak.
Felix menjawab dengan melemparkan batu kecil kearah mereka.
"Waaaaa... Sepertinya Felix telah dirasuki!" Teo dan Tom langsung berlari pergi.
Felix hanya tersenyum miring dan Tan tertawa keras sementara Cain marah-marah karena ditinggal lari.
Teo dan Tom yang sampai terlebih dahulu karena tak hentinya berlari. Baju mereka basah oleh keringat dingin.
***
Cain menggosok rambutnya yang basah dengan handuk, keluar dari kamar mandi langsung berteriak dan melempar handuk ke wajah Felix ketika melihat Felix ada tepat didepan pintu.
"Jadi?" menyingkirkan handuk yang tepat mengenai wajahnya.
"Jadi apa?"
"Katanya kau juga pernah dapat surat peringatan dan diganggu hampir sebulan?"
"Persiapkan hati dan mental mu sobat," Cain menepuk pundak Felix.
"Haha yang benar saja, tadi di hutan aku melihat ada bekas sepatu."
"Memangnya hantu tidak boleh punya sepatu?!" Cain yang hanya memakai handuk langsung lari naik ke atas tempat tidurnya dan masuk kedalam selimut.
"Kau ini jangan pura-pura yah!"
Cain menjawab dengan ocehan tidak jelas.
Sebelum tidur, Felix melihat kembali kertas merah muda itu, "Tunggu aku, kamu orang selanjutnya yang..."
Felix yang sudah membolak-balik kertasnya tetap tidak dapat petunjuk apapun.
***
"Jujur saja kau merasa agak takut kan?" tanya Tan.
"Takut? yang benar saja... Tapi ngomong-ngomong Cain, Teo dan Tom dimana? Saat bangun aku sudah tidak melihat Cain ditempat tidurnya."
"Ah, itu... mereka pergi duluan, katanya untuk saat ini tidak mau dekat-dekat denganmu."
"Dasar!"
"Tidak baik jika mengawali pagi dengan wajah seperti itu," Luna ikut bergabung di meja makan Felix dan Tan.
"Selamat pagi kak," sapa Tan.
Luna menatap Felix, "Kau tidak menyapa kakak?"
Felix berdiri dan membawa nampan makanannya.
"Dasar, tidak sopan," Luna dengan mengayunkan tangannya hendak memukul Felix, tapi dia berbalik, "Ayo, kita berangkat!" ajak Felix kepada Tan.
"Mau salaman?" Felix dengan wajah datarnya saat melihat tangan Luna yang membeku di depan wajahnya.
Luna kemudian hanya memaksa tersenyum dan mengusap kepala Felix.
"Apaan sih!" Felix merapikan rambutnya dan pergi.
***
Saat sampai disekolah Felix langsung ramai dikerumuni oleh anak lainnya. Cain yang tertidur di bangkunya, saat terbangun langsung kaget.
"Kami dengar kamu dapat surat merah muda?"
"Iya..."
Mereka semua merespon dengan berteriak, "Apa yang tertulis di sana?"
Felix menunjukkan kertasnya, "Sama saja dengan yang lain."
"Kamu harus mulai hati-hati."
"Bagaimana kalau kamu tidak usah ke sekolah dulu selama sebulan?"
"Apa kalian bercanda? Kenapa aku harus begitu?"
"Sekarang kamu adalah target Hantu Merah Muda."
"Terus kenapa?"
"Setelah 3 bulan dia muncul lagi..."
"Jadi apa aku harus menyesuaikan jadwal kedatangannya begitu?" Felix tertawa ringan.
Mereka semua terdiam dan mulai meninggalkan meja Felix satu per satu, "Kami sudah memperingatkan mu, yah..."
Akhirnya Felix bisa bernapas lega, "Bagaimana mereka bisa tahu?"
"Sesuatu yang diketahui Teo dan Tom akan diketahui oleh semua orang," Cain tertawa terbahak-bahak.
"Dasar mereka berdua."
Guru Wali Kelas, Pak Egan masuk kedalam kelas, "Hari ini..." Belum selesai kalimat Pak Egan, "Pak, si anak pindahan dapat surat merah muda."
Suasana kelas langsung rusuh seketika.
"Sudah... Sudah, emmm... Felix jangan dipikirkan ya."
Felix hanya menjawab seadanya saja. Tapi dalam hati, Felix sudah sangat penasaran dan bertekad akan mengungkap siapa pelaku dibalik ini semua.
***
Sudah hampir satu minggu tapi tidak ada tanda-tanda dari hantu merah muda. Anak-anak lain ada yang tertarik melihat apa yang akan terjadi pada Felix sehingga akhir-akhir ini mereka mengikuti aktivitas Felix. Ada juga yang menjauh karena takut, "Sepertinya hantu pun takut pada Felix," Teo menjadikan tangan nya sebagai kipas angin manual.
"qwertyuiopasdfghjklzxcvbnm," Tom berbicara tidak jelas karena sambil memakan es krim nya.
"Bagaimana menurutmu Felix?" tanya Tan sambil berbaring di lapangan.
"Apanya yang bagaimana?"
"Katanya kamu mau mengungkap siapa itu hantu merah muda?"
"Mau mulai dari mana, sekarang cuma dikasi gembok tanpa kunci."
"Gembok tanpa kunci?" Teo penasaran dan bangun membersihkan rumput yang menempel.
"Kertas peringatan itu adalah gemboknya, setelah itu jika dia menggangguku barulah aku bisa mencari kuncinya."
"Apa sih maksudnya?" Teo kembali berbaring.
Walaupun mereka takut tapi akhirnya mulai tidak pernah membiarkan Felix sendiri bahkan Teo dan Tom yang penakut selalu ke kelas Felix dan Cain jika jam istirahat untuk melihat keadaan Felix.
Tanggal 1 September, akhirnya ada tanda dari si Hantu Merah Muda. Felix mendapati tas yang disimpannya di dalam kelas penuh dengan cairan berwarna merah muda seperti darah yang menetes dari dalam tas Felix dan dinding kelas yang bertuliskan, "Hai Felix!" dengan cat berwarna merah muda.
Anak-anak yang baru saja dari aula sekolah karena pengumuman pengadaan Perkemahan Sekolah. Saat kembali ke kelas langsung saja banyak teriakan histeris dari teman sekelas Felix.
Beda dengan Felix yang tersenyum bahagia melihat itu, "Lama-lama kau menakutkan juga. Kau tidak takut sama sekali?" Cain menatap Felix yang tidak berhenti tersenyum.
***
Felix yang tadinya bahagia kini tidak berhenti mengomel saat membersihkan tas nya, "Dasar hantu kurang ajar, apa dia buta warna? sudah lihat kalau tas ku warna putih, sekarang... haaahhh"
"Nanti aku temani minta ke Bu Corliss tas baru," Cain memegangi selang air untuk Felix.
"Tunggu saja sampai aku menangkapnya, akan kumintai ganti rugi."
"Hai Felix," suara yang dibuat-buat oleh Teo dan Tom.
"Tulisannya jelas jika itu tulisan perempuan."
"Iya tentu saja dia perempuan," jawab Teo.
"Kau yang laki-laki suka merah muda juga," balas Felix.
Teo kemudian merebut selang air dari tangan Cain dan menyemprot Felix. Suasana di halaman panti jadi berisik karena ulah mereka yang saling semprot air.
"Hari libur kalian mau menghabiskan jatah air kalian yah? Kalau begitu mulai besok kalian tidak boleh mandi dan minum air!" Bu Corliss dengan memegang pinggangnya.
Mereka semua langsung berhenti.
Tak lama kemudian Bu Corliss mengambil selang air itu dan menyemprotkan air kepada mereka.
"Ibu!!!" Teriak mereka yang dapat serangan tak terduga.
Bu Corliss hanya tertawa dan tidak berhenti menyiramkan air malah menambah volume air dengan memutar kran air.
Dokter Mari dan Daisy yang baru saja datang dengan membuka pintu mobil masing-masing langsung mengambil selang air yang lain dan mulai menyerang Bu Corliss.
Mereka semua basah kuyup jika bukan karena Luna yang menghentikan aliran air, mereka pasti tidak akan berhenti.
Luna menyiapkan susu coklat untuk mereka semua di ruang makan setelah semua selesai mengganti baju.
Hujan turun membuat mereka yang habis bermain air kini kedinginan. Terlihat dari luar anak-anak berlari mengambil pakaian yang dijemur, "Kalian sudah seperti jemuran yang kebasahan diluar itu," kata Luna.
"Kau menyindir kami?" kata Dokter Mari, Bu Corliss dan Daisy menatap Luna.
"Haha, maksud saya mereka berlima dok."
Dokter Mari kembali menyeruput minuman hangat nya.
"Tapi harusnya...(Bu Corliss kembali menatap) takutnya kalau mereka kena flu," Luna tidak jadi melanjutkan kalimat pertamanya.
"Kau sedang memarahi kami?" Bu Corliss dengan menyipitkan matanya.
"Haha mana mungkin saya berani bu," Luna mengeles.
"Tapi itu tadi tas kamu kenapa Felix?"
"Kena cat di sekolah."
"Bagaimana bisa?" pertanyaan Bu Corliss membuat mereka berempat menatap Felix, penasaran apa yang akan Felix katakan.
"Sekolah sedang direnovasi dan pekerja di sana tidak sengaja menumpahkan cat,"
jawaban Felix membuat Cain, Tan, Teo dan Tom menatapnya dengan senyum miring dan bersamaan menyeruput coklat hangatnya.
Melihat tingkah mereka betempat Dokter Mari tertawa lepas, "Nanti aku beliin tas baru untuk kalian berlima," kata Dokter Mari yang masih belum berhenti tertawa.
Mendengar itu 4 dari mereka langsung berwajah sumringah.
"Tidak... tidak perlu dok," Felix dengan mantap.
Felix kemudian diinjak oleh 4 kaki dibawah meja, "Aw... apa-apaan kalian ini?"
***
Diluar terlihat gelap, jika tidak melihat jam pasti kita mengira sudah malam. Hujan lebat disertai petir dan guntur membuat banyak anak-anak berlarian ikut ke ruang makan untuk berkumpul karena ketakutan.
"Tidak ada masalah di sekolah kan?" Dokter Mari menanyakan hal itu ke Felix saat hendak kembali ke kamar.
"Sekarang aku mulai berpikir psikolog itu apa bisa membaca pikiran?"
Felix yang hendak menaiki tangga menghentikan langkah, "Kapan kamu mau konseling lagi Felix?"
"Belum waktunya," Felix melanjutkan langkahnya kembali.
Dikamar Felix dan Cain, "Padahal Dokter Mari sudah bilang mau membelikan kita tas baru."
"Aku sudah membayangkan besok memakai tas baru ke sekolah."
"Tapi ini semua karena," Teo dan Tom saling menyambung kalimat dan menatap Felix penuh kebencian.
Walau begitu mereka berlima tidur bersama dikamar Felix dan Cain malam itu. Hujan tidak mau juga reda sampai tengah malam membuat Dokter Mari dan Daisy juga harus menginap di panti tapi berkat itu mereka bisa diantar ke sekolah menggunakan mobil Dokter Mari.
Saat semuanya kecuali Felix turun dari mobil, "Terimakasih."
Dokter Mari kaget mendengar kata barusan keluar dari mulut Felix.
"Apa? Teri apa? ikan teri?" Dokter Mari mulai bercanda.
Felix menutup pintu mobil tanpa menjawab. Jika boleh jujur Felix pasti merasa sangat kelelahan karena perjalanan pulang-pergi sekolah. Mungkin itu adalah kata terimakasih pertama yang tulus dari Felix.
***
Tiada hari bagi Felix tanpa menunggu untuk dikerjai oleh Hantu Merah Muda. Dia masih belum mendapatkan petunjuk sama sekali.
Bahkan pernah baginya memaksa agar bisa pulang-pergi sendirian tapi tidak ada gangguan sama sekali, "Lama-lama cinta pertama mu si Hantu Merah Muda," ejek Cain.
"Aku tidak akan seperti ini jika kau memberi tahu aku saat kamu dulu..." Cain menghentikan Felix berbicara mengisyaratkan bus sudah datang.
"Sudah ku bilang aku akan pulang sendirian!"
"Kau pikir Hantu Merah Muda itu tidak mengganggumu karena malu dengan kami?"
Felix menatap Cain tajam. Cain akhirnya langsung berpura-pura tidur untuk menghindari pertanyaan.
Saat sampai di halte bus sudah ada Daisy yang menunggu dengan lampu mobilnya yang berkedip-kedip, "Tadi ibu dari panti tapi kata Tan kamu masih dijalan pulang."
Bukannya senang, Felix malah kesal karena dijemput oleh Bu Daisy.
"Tadi pagi aku nonton berita, ibu keren sekali," goda Cain.
"Menurut ibu apa Hantu itu memang benar ada?" tambah Cain setelah basa-basi.
"Karena si Hantu Merah Muda?"
"Ibu tahu?"
"Ibu ini Jurnalis, berita kecil sampai besar harus jadi dasar pengetahuan."
"Mau yang bohong atau fakta?" Felix akhirnya bersuara.
"Haha, jurnalis adalah raja dari segala berita maupun rumor."
"Jadi menurut ibu si Hantu Merah Muda itu?"
"Yang ibu tahu sih cuma rumor. Rumor cukup salah telinga karena mendengar, tugas mulut kini harus diam, iya kan Felix?"
"Hemmm... Ibu dan Felix sama-sama menyebalkan."
Saat Felix hendak mengatakan sesuatu, Cain langsung menutup mulutnya, "Iya...iya...Tom adalah kucing dan Jerry adalah tikus," Cain sedang malas mendengar penjelasan Felix dan segera setelah mereka sampai Cain langsung turun dari mobil.
Felix yang dibungkam mulutnya tadi akhirnya membalas dendam saat Cain akan tidur dengan membaca buku menggunakan suara yang keras.
Cain yang sebal akhirnya berbicara,
"Tom dan Jerry adalah musuh alamiah tapi tanpa mereka sadari mereka itu saling menyayangi, jadi..."
"Emmm... jadi?"
"Jadi aku minta maaf..."
"...," Felix kembali membaca bukunya keras-keras dan Cain pun mengalah dengan menutup telinganya dengan kapas dan akhirnya ia bisa tidur.
Mendengar Cain sudah mendengkur di ranjang atas, Felix mengambil kertas merah muda itu lagi. Lama Felix memandanginya hingga ia terlelap.
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 570 Episodes
Comments
@Kristin
Semangat up nya akan baca Nyicil aja
2023-06-14
1
тαуσηg
paling ga suka masuk sekolah ada yang sok jagoan seeing mengejek membuly,,,,, aku sih mungkin hobynya paling kumpul sambil hibah 🤭🙈
2022-08-13
1
𝕸y💞Terlupakan ŔẰ᭄👏
next
2022-08-12
2