Ketika penonton berteriak histeris ketakutan dan melarikan diri, Pak Egan yang seperti punya kekuatan super langsung melompat ke arah panggung dimana Felix terjatuh.
Disusul oleh Cain, Tan, Teo dan Tom yang tanpa aba-aba langsung berlari. Takut terjadi apa-apa dengan Felix. Teo yang masih memakai gaun gadis korek api pun terjatuh tapi langsung berdiri lagi tidak menghiraukan dagunya yang berdarah akibat terjatuh tadi.
"FELIX!!!" teriakan mereka yang sampai bergema.
Felix yang hampir tersapu oleh cairan merah muda melambaikan tangannya sambil tersenyum, "Aku tidak apa-apa."
"Hah...hah...hah," mereka semua ngos-ngosan.
"Wah didalam jantungku seperti ada raksasa yang sedang bertarung," Tom memegang dadanya yang berdegup kencang dan akhirnya duduk karena lemas.
"Aku sampai berkeringat begini," Teo mengusap darah di dagunya yang dikira keringat.
Cain yang hendak berteriak langsung dibungkam Tan, "Wah kamu berkeringat sekali," sambil menekan dagu Teo dengan sapu tangan, "Aw..." Teo meringis, "Tidak apa-apa" Tan meyakinkan.
Hingga Teo menarik lepas tangan Tan dan melihat sapu tangan yang penuh darah, "Aaaaaaaaa!"
Tom menarik Teo duduk dan memakai gaun yang dipakai Teo untuk menekan luka pada dagu Teo agar berhenti pendarahan, "Ternyata gaun mu gunanya untuk itu ya!" sindir Felix dari bawah.
Cain melempari Felix dengan korek api Teo yang dipakai tadi di penampilannya, "Itu kau nyalakan siapa tau bisa membantumu naik kesini."
Pak Egan kemudian datang dengan membawa tali dan melemparkannya agar Felix bisa naik, "Apa bapak turun disana membantumu naik?"
"Saya bisa naik sendiri pak."
"Sudah pak, tinggalkan saja dia disini. Dia ini tarzan bisa hidup dimana saja," Cain dengan menopang dagu.
Felix hanya tersenyum mendengarnya sambil meraih tali dan mencoba memanjat naik.
Bu Latoya yang sudah memegang banyak handuk ditangannya langsung menyambut Felix dan membungkusnya seperti mumi, "Bu, sepertinya ini berlebihan."
"You must be cold...oh my..." Bu Latoya masih menambah handuk.
"Ayo mumi kita ke tenda untuk di balsem," ajak Cain.
"Tidak ada yang luka Felix?" tanya Pak Egan.
"Andaikan tidak ada cairan merah muda itu pasti kaki mu sudah patah," kata Cain lagi.
"Ya, Hantu merah muda ternyata orang yang baik hati," tambah Cain lagi.
"Sepertinya lukamu perlu dijahit Teo."
"Tidak pak, biarkan kulit saya yang menyembuhkan dirinya sendiri.. seperti saya kulit sayapun mandiri pak," sambil berlinang air mata.
"Tidak akan terasa sakit kok, akan di anastesi dulu," bujuk Pak Egan.
Tan dan Tom langsung memegang kedua lengannya, "Dimana tempat perawatannya pak?" Teo pun diangkat oleh mereka berdua.
***
Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, Felix diberi teh hangat yang dibuat oleh Cain dan duduk di depan api unggun depan tendanya, "Hemmm kamu minjam kayu bakar berapa jadi sebanyak ini?" sambil memandang kayu bakar yang bertumpuk.
"Tidak apa-apa toh kau sendiri yang akan mengembalikannya," sambil menunjukkan tiket pinjam seperti kipas.
"Apa yang tertulis di kertas yang kau ambil di kotak itu?" tanya Cain.
"Ah, itu..." sambil tertawa.
"Alice in wonderland," kata Felix.
"Hahaha dasar, lubangnya terlalu dangkal untuk parody in Alice," Cain memasukkan tangannya kedalam saku bajunya kemudian bersandar.
"Mulai dari panggung, kotak surat suara yang kita tulis sampai kotak yang berisi perintah untuk menunjukkan bakat semuanya sudah diatur oleh hantu merah muda."
Suara dari Teo yang meringis pun mendekati arah tenda sambil digendong oleh Tan, "Kau tidak apa-apa Teo?" tanya Cain.
"Aku tidak pergi ke sana karena harus menemani Felix, takut dia dikerjai lagi."
"Tidak apa-apa anggap saja ini oleh-oleh Perkemahan Sekolah," kata Felix sambil tertawa.
Teo menjatuhkan dirinya dari punggung Tan dan berlari menuju arah Felix untuk membalasnya tapi ia terhenti ketika menarik rambut poni Felix dan melihat luka diatas dahinya yang selalu ditutupi, "Ini kenapa?" melepaskan rambut Felix.
"Ah, itu waktu kebakaran panti," jawabnya santai.
Teo pun langsung mengecek apa ada luka yang ia dapat tadi setelah jatuh dengan mengangkat tangan dan kaki Felix agar ia melupakan tentang ia membahas kebakaran panti, "Wah kau baik-baik saja ya.. dasar beruntung!" Teo menepuk dagu Felix.
***
Merekapun masuk ke dalam tenda dan bersiap untuk tidur. Tan menyarankan agar mereka membagi untuk bangun jaga tiap 1 jam.
Jam 1-2 Teo yang berjaga sambil meminum teh yang katanya akan menenangkan perasaan, ia pikir dengan meminumnya bisa menghilangkan rasa sakitnya.
Jam 2-3 Tom yang bangun berjaga dengan langsung mengambil buku catatannya untuk menghitung keuntungan dari bisnis propertinya tadi.
Jam 3-4 Tan yang jaga, ia bangun memasak mie instan dan akhirnya Tom yang mau kembali tidur ikut makan juga.
Jam 4-5 adalah waktu Cain yang bangun tapi bukannya menjaga ia malah membangunkan Felix.
Felix yang tidak tahu menahu hanya menurut saja karena sedang malas untuk kesal.
"Tok..tok..." Cain mengetok jendela pos kecil petugas perkemahan itu.
"Mau apa kita kemari?" Felix sambil menguap.
"Selamat pagi pak," Cain menyapa.
"Ini masih subuh."
"Hahaha, maaf pak.. selamat subuh," sambil menyerahkan tiket pinjam.
"Sudah mau menanam pohon?"
"Iya pak."
Bapak itu kemudian menyerahkan keranjang berisi bibit pohon dan alat untuk menanam pohon dan mengantarkannya ke lahan kosong yang cukup jauh dari area perkemahan.
Saat berjalan mulai dilihat berbagai macam warna bunga di pinggir jalan dan saat hampir sampai di lahan untuk menanam pohon ada taman bunga yang tingginya sepinggang dipenuhi embun.
"Bukannya aku mau mengeluh ya..."
Cain yang mendengar kata Felix itu membuatnya yang sedang menikmati pemandangan langsung buyar, "Kau ini.. menghancurkan suasana saja."
"Supaya nanti kalau pulang anak-anak sibuk menanam pohon kita bisa tidur didalam bus menunggu."
"Padahal menanam pohon harusnya untuk berbagi kenangan dengan teman-teman kalian lo," kata bapak itu.
"Haha teman saya bukan tipe yang suka berbagi kenangan pak, orangnya pelit," kata Cain.
***
Si kembar yang dibangunkan oleh Pak Egan panik melihat Felix dan Cain tidak ada, "Oh.. tidak.. sepertinya mereka diculik hantu merah muda."
"Apaaaa?" teriak Dea dari luar tenda langsung lari masuk ke dalam tenda membuat yang lainnya tambah berteriak.
"Cain sedang menemani Felix di tenda perawatan karena muncul memar akibat jatuh tadi malam."
"Hantu Merah Muda itu sudah keterlaluan pak, nanti akan saya lapor ke ayah saya supaya ditindak.. ini sudah pasti kelakuan anak-anak yang juga ikut di perkemahan ini dan sekarang bisa saja sedang tertidur lelap tanpa rasa bersalah," kata Dea panjang lebar.
"Padahal waktu Felix jatuh tadi malam dia kemana?" kata Tan dalam hati sambil tersenyum miring.
"Kamu tidak takut?" tanya Teo.
"Takut apa?"
"Kalau dia hantu beneran, gimana?" Teo mengubah suaranya jadi menyeramkan.
"Walau hantu akan ku panggil semua dukun terbaik yang ada di kota ini untuk menangkapnya agar jangan mengganggu Felix lagi," Dea kemudian berlari entah kemana walau kita tahu dia menuju kemana.. hahaha.
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 570 Episodes
Comments
𝙆𝙤𝙡𝙤𝙣𝙜, 𝘼𝙞 𝙎𝙝𝙞𝙩𝙚𝙧𝙪🫰🏼 Kᵝ⃟ᴸ
lalu tor?
2022-08-13
1
𝐀⃝🥀ᴀᷟʟᷧʏᷱᴀᷧ᭢ᷢ🧜♀️ᴳ᯳ᷢ📴
up lanjut semangat
2022-08-13
1
☠ᵏᵋᶜᶟ 𝕸y💞 Terlupakan ŔẰ᭄👏
semangat berkarya Thor
2022-08-12
2