Beberapa orang sering melukai diri sendiri dengan menyayat tangan untuk melampiaskan atau mengatasi emosi berlebih yang tengah dihadapi bisa karena stres, marah, cemas, sedih, kesepian, putus asa.
Untuk Felix misalnya karena benci pada diri sendiri dan rasa bersalah saat setelah memimpikan kebakaran malam itu ingin mencoba bunuh diri pada saat di atap rumah sakit.
Ada juga mati rasa, dengan melukai diri sendiri membuat ia bisa merasakan rasa sakit. Tapi cara Felix mengobati mati rasanya dengan berjalan di tengah malam pada cuaca yang dingin untuk melukai dirinya sendiri.
Cain yang khawatir tidak pernah melepaskan pandangannya dari Felix dan selalu membuat repot atau membuat dirinya untuk diurus Felix karena Felix butuh seseorang untuk dijaga yang merupakan wujud dari rasa bersalah atas ketidakpeduliannya malam itu.
Tapi sepertinya Cain tidak perlu khawatir karena saat ini senyum Felix adalah senyum yang selama ini ia rindukan. Senyum karena menikmati suatu hal. Senyuman saat ia telah bertemu si Hantu Merah Muda dan mengerjainya.
"Aku tidak suka pecundang itu!" kata Felix.
"Apa?" Cain tidak habis pikir karena Felix berbicara tidak suka tapi sambil tersenyum.
"Kamu tahu kalau aku akan tahu siapa dia tapi kenapa kamu sembunyikan?" tanya Felix.
"Sudah ku bilang dia itu sama seperti kita tidak beruntung."
"Tidak beruntung?" Felix yang tiba-tiba berhenti berjalan.
"Ya, iya dia memang punya orangtua tapi finansial mereka ... aku juga saat itu ingin membalasnya tapi sejak kuselidiki ... untuk makan besok saja mereka susah," kata Cain.
"Lalu kita berlima pantas di bully juga begitu?"
"Haha tidak akan ada yang membully kita apalagi kamu yang ditakuti semua anak-anak," Cain dengan tertawa kecil.
"Maka dari itu ... kau tidak perlu kaya agar tidak di bully, tidak perlu punya orangtua yang berkuasa untuk tidak di bully... Hanya perlu cara untuk menjaga diri sendiri."
"Bicaranya pintar sekali padahal dia sendiri suka membully dirinya sendiri," kata Cain dalam hati dan hanya membalas dengan senyuman miring.
"Apa maksud dari senyuman mu itu?" tanya Felix merasa tersinggung
"Memangnya senyuman harus ada maksud ya?" Cain balik bertanya.
"Aku tahu kamu Cain, senyum itu menandakan kau sedang memakiku."
"Baguslah kalau kamu tahu" Cain tertawa.
"Lalu kenapa kamu berpura-pura tidak tahu?" tanya Felix.
"Kan menyenangkan bisa melihat ekspresi berlebihan Teo dan Tom ... hahaha."
Mertie yang baru saja memasuki kelas langsung berjalan menuju meja Felix dan meraih tangannya tapi dihentikan oleh Dea.
"Apa-apaan kamu!"
"Maaf, Dea aku mau berbicara dengan Felix sebentar."
Felix kemudian menghempaskan tangannya yang dipegang oleh dua anak perempuan itu dan berjalan keluar kelas diikuti oleh Mertie.
Tapi sekali lagi dihalangi oleh Dea, "Sekarang aku mengerti kenapa kamu di bully, karena memang kelakuan kamu kayak sampah begini dan sekarang mau apa kamu sama Felix? mau minta bantuan? ya wajar kalau sampah diinjak ... Itu kamu ... kamu adalah seseorang yang sudah ... tidak ... dari awal kamu memang sudah tak tertolong lagi."
Felix yang sudah keluar kelas akhirnya kembali lagi dan menarik Mertie tanpa menghiraukan Dea.
***
"Mau bicara apa?" tanya Felix.
"Bagaimana kamu bisa tahu hantu merah muda itu aku?"
"Itu ... kamu bilang sendiri barusan!" jawab Felix.
Mertie menghembuskan napas kasar, "Jadi kamu belum tahu?"
"Haha bagaimana kau bisa mengerjai dengan otak seperti itu?"
"Jadi bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Mertie penasaran.
"Petunjuk pertama adalah surat yang bertuliskan 'T(1)unggu aku, kamu o(14)rang selanjutnya yang ...' maksud dari petunjuk kedua dengan 'Hai Felix' ditanggal 1 september, petunjuk ketiga ditanggal 14 september jadi TO dan 'Hai ... Hai Felix' yang artinya O dua kali ... TOO. Dan bisa ku simpulkan kata yang ingin kau sampaikan adalah TOLONG," Felix menjelaskan.
"Selanjutnya yang ... akan kumintai tolong ... hebat juga kamu hanya dengan dua petunjuk itu sudah bisa menebak tapi lain cerita lagi bagaimana kamu bisa tahu itu aku?"
"Jadi kamu sudah tidak mau mengelak?" Felix menyeringai.
"Kamu ini menyebalkan sekali ya!" kata Mertie.
"Kesalahan kamu karena menggunakan Bu Latoya."
Mertie mulai terdiam.
"Kamu menemui dia saat sebelum pertunjukan malam di perkemahan, kamu menganggap remeh karena Bu Latoya pelupa tapi Bu Latoya memberitahu Teo dan Tom bahwa kamu habis bertemu dengannya ... Hahaha ... kau tidak tahu saja Teo dan Tom tidak berhenti menirukan Bu Latoya saat sedang kesal dan saat bertemu Bu Latoya kamu membuat kotak yang sama persis kan untuk kertas suara yang berisi semua namaku dan 'Alice in wonderland' itu ...." Felix dengan semangat menjelaskan.
"Kesalahan itu rupanya ... hahaha ... kukira hanya Cain yang akan menemukan ku."
"Dan yang kau kerjai juga tidak sembarang orang juga, hanya yang memang bisa mengetahui ... dari awal kau memang ingin ditemukan," Felix mulai memasang wajah serius.
"Tapi hanya Cain dan kau yang tahu," kata Mertie.
"Jadi sekarang setelah ditemukan kamu mau apa?"
"Seperti petak umpet, setelah kau menemukanku ... sekarang aku yang jaga ... biar aku yang mencarimu," Mertie dengan senyuman.
"Apa lagi maksudnya itu? bisa tidak ... kamu berhenti bermain kata-kata," Felix mulai kesal.
"Kamu ini banyak bicara juga ya, tidak seperti yang kukira."
"Ini pertama kalinya aku berbicara panjang lebar begini ... jadi apa mau mu?" Felix dengan nada tinggi tapi masih berusaha sabar.
"Seperti hal nya kamu, Cain sudah kutemukan ... kini aku tinggal mencarimu ... Alaku perlu tahu, apa kamu memang bisa diandalkan," kata Mertie.
Felix berdecak kesal, "Kamu tidak takut aku akan melaporkanmu ... kamu ini bukan hanya mengerjai tapi melukai orang lain ... malah kau lebih parah daripada yang membully mu itu."
"Anak yang kukira pemberani tapi lari ketakutan saat ku kerjai ... Tapi baguslah kan bisa ku gagalkan jadi kandidat."
"Kandidat apa? membantumu mengerjai para pembully itu?" tanya Felix.
"Ah, mereka ... hahaha ... sebenarnya aku tidak perduli dengan mereka ... aku hanya berpura-pura ditindas supaya mereka senang," kata Mertie santai.
Felix terdiam mendengar perkataan Mertie, "Jadi dia bukannya minta tolong, bukannya membiarkan dirinya ditindas seenaknya, Mertie ... sebenarnya kamu itu orang seperti apa?" kata Felix dalam hati.
"Felix!" Mertie bingung melihat Felix melamun.
"Eng?"
"Kamu dengar apa yang kubilang? kenapa malah melamun?"
"Ya sudah silahkan cari ... tapi tanpa kau cari juga, semua orang sudah tahu aku anak yang seperti apa," kata Felix.
"Kau sendiri tidak mengenal dirimu sendiri ... bagaimana orang lain bisa mengenalmu lebih daripada kamu," kata Meryie yang membuat Felix terdiam lagi, "Kan, kamu melamun lagi ...." lanjut Mertie.
"Jadi apa? kamu mau mengikuti ku lagi dari dalam hutan dan melempari ku batu?"
"Nanti aku lempar pakai batu yang lebih besar," Mertie meladeni lelucon Felix.
"Cain anak yang baik, bahkan sebenarnya dia lebih cerdas dibanding kamu..." lanjut Mertie lagi.
"Cain memang lebih cerdas dibanding aku ... aku mengenalnya lebih baik dari siapapun ...."
"Makanya aku butuh dia ... Kamu... Juga!" kata Mertie.
"Cain sebenarnya anak yang malas dan terlebih lagi aku ... kau dalam masalah ... mencari orang sepertinya bukan keahlian mu ...."
"Tidak ... aku adalah yang terbaik dalam menilai kepribadian seseorang ... kamu dan Cain adalah orang yang tepat," Mertie berniat memuji Felix dan Cain tapi malah ikut mrmuji diri sendiri
"Oke ... beritahu aku kalau sudah selesai!" kata Felix.
"Selesai?"
"Selesai mengecat garis lapangan!" Felix pergi meninggalkan Mertie yang sepertinya menyembunyikan sesuatu jadi yang sebenarnya Felix mengharapkan sesuatu yang serius akhirnya malah membuat lelucon, "Lama-lama aku jadi seperti Cain saja."
Mertie yang ditinggal, bukannya kesal tapi malah tersenyum, "Dia orangnya!"
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 570 Episodes
Comments
Iniaku
ternyata si mertiee yang jadi hantu merah mudanya
2022-08-12
3
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
si mertiee
2022-05-14
1
vina
Kereta like untuk kakak, semangat terus up-nya salam hangat dari Rahasia dibalik wajah polos 😊🙏
2022-02-13
2