"Diantara kalian ada yang jago memanjat?"
"Naik tangga biasa saja masih sering pusing," Jawab Teo.
Tom yang setuju melakukan tos dengan Teo.
Felix mengalihkan pandangannya ke Tan, "Jangan melihatku begitu... walau begini, aku juga saudara mereka," Teo dan Tom merangkulnya, mereka bertiga tertawa.
"Walau begini?" Teo dan Tom berhenti tertawa.
"Cain?"
"Memanjat apa dulu?"
"Menara ... yah pohon lah."
"Tingginya? apa tidak bisa pakai tangga lipat?"
"Kurang lebih 15 meter."
Cain langsung angkat tangan, "Tangga yang ada di panti tingginya cuma 7 meter."
"Rasanya bisa jadi."
"Apa nya yang rasa?" Teo dan Tom bertanya.
"Sebenarnya apa yang kau rencanakan? pohon apa juga yang kau maksud?"
"Didalam hutan ada Rumah Pohon," belum selesai kalimat Felix.
"Wah, pasti seru tuh!" seru Tom.
"Lebih seru lagi kalau itu ternyata Rumah Hantu," Cain menakuti.
****
Setelah tengah malam mereka semua diam-diam keluar dari kamar seperti yang sudah direncanakan. Teo dan Tom yang penakut juga ikut karena ia lebih takut lagi kalau tidur dikamar tanpa Tan.
Cain yang biasanya membantu mengganti lampu, tahu dimana letak penyimpanan tangga lipat itu.
Sesampainya mereka di gudang penyimpanan, Cain dan Tan mencoba mengangkat tangga itu tapi ternyata tidak bisa. Mereka berbisik kepada Teo dan Tom untuk membantu tapi untuk berdiri saja mereka tidak stabil karena ketakutan saling berpelukan.
Sementara Felix sibuk mencari benda yang bisa membantunya nanti. Setelah itu ia membantu Cain dan Tan mengangkat tangga itu tapi tetap saja masih sulit. Teo dan Tom dipaksa ikut membantu walau harus di iming-imingi uang jajan oleh Felix dan Tan.
"Satu hal yang pasti, kita tidak mempunyai orangtua yang akan memarahi..." Cain mencoba mencairkan suasana.
Mereka saling tatap setelah sampai di gerbang pagar belakang dan meletakkan tangga lipat yang berat itu. Malam itu sangatlah dingin tetapi mereka dipenuhi keringat, bahkan Tom yang sudah kegerahan membuka sweater nya dan mengikatkannya ke perut.
"Jangan bilang kita tidak punya kunci untuk membuka pintu gerbang?" Teo ngos-ngosan.
Felix kemudian mengeluarkan kunci dari balik saku bajunya.
"Apa kau doraemon? jangan bilang kau membawa air minum juga?"
Felix merogoh dalam jaketnya dan mengeluarkan botol air minum. Mereka ingin tertawa tapi langsung menutup mulut masing-masing.
Air embun yang jatuh sangat dingin tapi mereka tetap saja dipenuhi keringat, "Kita sudah sampai," kata Felix.
Mereka berempat langsung menjatuhkan tangga lipat itu, "Mana rumah pohonnya?" Cain langsung duduk di tanah.
Felix menunjuk ke atas diikuti mereka semua dengan mendongakkan kepala, "Bagaimana Cain? dengan tangga lipat 7 meter, kau bisa memanjat sisanya kan?"
"Sepertinya akan susah, tidak ada dahan pohon sama sekali," Cain menyenteri pohon.
"Lalu bagaimana? kita ngangkat tangga berat ini lagi kembali?" Teo dan Tom kaget.
"Kita coba dulu," Tan menenangkan.
Setelah tangga dipasang Cain mulai memanjat naik. Sesampainya di atas ia mulai memegang pohon dan memerhatikan sekitarnya. Tak lama kemudian ia turun lagi, "Pohonnya dipenuhi lumut."
Satu-satunya harapan adalah Cain yang pandai memanjat tapi menyerah ditengah jalan. Akhirnya Felix yang mencoba dengan menaiki tangga, "Coba lemparkan batu!" teriak Felix dari atas.
Mereka berempat saling menatap dan tersenyum dengan cepatnya mengambil batu dan melempari Felix dengan senangnya, "Kalian ingin membunuhku ya?"
Cain, Tan, Teo dan Tom tidak berhenti tertawa di bawah. Setelah mendapatkan batu yang dilemparkan Tan, ia kemudian mengikatnya dengan tali tipis yang ia keluarkan dari saku dalam jaketnya dan bersiap melemparkannya keatas dahan pohon dibawah rumah pohon itu.
Hanya perlu sekali lempar tapi Felix langsung berhasil. Batu runcing sebagai pengait ikut memutar tali.
Felix mencoba menarik talinya dan tentu saja bertahan diatas sana. ia pun mulai memasang sarung tangan yang ia bawa. Entah barang apa saja yang Felix bawa malam itu. Ia pun mulai memanjat pohon itu tapi kesulitan karena pohonnya berlumut membuatnya terpeleset beberapa kali.
Cain berteriak meminta Felix untuk kembali tapi ia tetap saja mencoba. Teo dan Tom kini menutup matanya.
Felix yang pantang mundur terus mencoba, bahkan Tan sudah dengan senyuman bahwa Felix sudah berhasil. Tapi beberapa saat Felix panik ketika melihat tali yang ia pakai akan putus, "Emmm, Cain..." Felix mencoba tetap tenang.
"Iya, sedikit lagi... semangat."
"Iya, itu... anu... maksudku...talinya mau putus," Felix dengan keringat bercucuran.
Mereka berempat di bawah langsung panik dan berteriak, "Tunggu... emmm... tahan... Felix."
"Iya, santai saja teman-teman," Felix menjawab dengan tenang.
"Apa yang harus kita lakukan?"
Felix kemudian berteriak membuat mereka makin panik. Tan mendorong tangga lipat hingga terjatuh dan mereka berempat saling mengaitkan tangan dibawah Felix.
Tali putus, Felix pun terjatuh... posisi jatuh Felix mereka sesuaikan dan, "Aw... sakit," Mereka semua mengeluh kesakitan.
Felix yang terjatuh ketanah tapi sempat tertahan oleh tangan mereka berempat tidak membuatnya terlalu sakit, "Penyelamatan apa itu tadi? tangan kalian loyo semua... aku hampir saja mati," teriak Felix mencoba duduk.
Mereka berempat yang kesal mendengar Felix ikut duduk juga. Saling menyenteri wajah masing-masing dan kemudian tertawa karena pakaian dan wajah mereka dipenuhi tanah.
Tidak terasa mereka tertidur di sana hingga matahari mulai masuk di sela-sela pohon dan membangunkan Felix. Saat mulai bangun, tubuhnya terasa sakit semua. Ia mulai membangunkan yang lainnya.
Mereka yang akhirnya bangun langsung mengeluh kesakitan semua.
***
Saat berjalan untuk pulang ke panti, Felix bertanya, "Apa disekitar sini tidak ada sungai?"
"Ada," kompak menjawab.
"Tidak...tidak... mau apa lagi kita di sungai?" Teo menolak.
"Ayolah, jadi laki-laki jangan manja... lagipula ini hari libur pasti langsung disambut oleh semua anak panti di halaman dan pakaian kita seperti ini."
"Mau dihukum karena menyelinap keluar malam-malam apalagi meninggalkan tangga lipat dibawah rumah pohon atau dihukum karena ke sungai bermain air karena hari libur?" tambahnya.
Mereka berempat tanpa kata langsung berjalan merubah arah ke kiri, "Jadi ada di sana yah?" Felix tersenyum sambil ikut dibelakang.
Setelah sampai Cain langsung mendorong mereka semua jatuh kedalam air. Mereka berempat mulai muncul lagi naik keatas permukaan air dan meneriaki Cain marah.
"Kalian ini...tidak sabaran sekali yah... hahaha," Cain dengan jahilnya
Tapi segera Cain juga ikut melompat membuat yang sudah ada di air menjadi panik, takut akan jatuh kena mereka, "Ow... wow... tun... tunggu..."
Tanpa aba-aba sang pecinta ketinggian itu langsung saja melemparkan dirinya. Walau dipenuhi luka lecet, tidak ada yang mengeluh. Mereka hanya menikmati bermain air hingga bibir mereka berubah menjadi ungu.
***
Saat mereka masuk dari pintu gerbang belakang sudah ada Bu Corliss yang menunggu, "Pakaian kalian basah semua? luka di wajah kalian... dasar, kalian kalau mau bermain air setidaknya bawa baju ganti."
Mendengar itu, mereka berempat hanya saling menatap dan tersenyum. Petualangan pertama mereka berlima malam itu tak pernah terlupakan.
Katanya perempuan bergosip membuat mereka lebih dekat sedangkan laki-laki bertengkar membuat persahabatan mereka lebih erat.
Tapi, anak perempuan akan lebih dekat saat mereka bermain boneka sedang anak laki-laki yang terjatuh bersama saat bermain membuat persahabatan mereka lebih erat.
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 570 Episodes
Comments
@Risa Virgo Always Beautiful
ceritanya menarik semangat
2023-01-18
1
Kᵝ⃟ᴸ🤡
nyimak
2022-08-13
1
тαуσηg
jadi pingin ikutan nyemplung dech🤭
2022-08-13
1