"Sudah kubilang aku akan pergi sendirian...," Felix yang kesal ketika Cain berlari kearahnya setelah mengatakan akan membuat ia pergi sendirian.
Tapi ternyata Cain hanya melewatinya dan berlari naik tangga disusul dengan gelak tawanya yang bergema membuat Felix menggaruk kepalanya malu.
Setelah kembali dari kamar, Cain menuruni tangga lagi dan menyapa Felix yang berdiri sambil bersandar didepan pintu masuk, "Aku lupa bawa baju olahraga," menepuk punggung Felix kemudian berlari lagi ke gerbang Panti.
Felix pergi belakangan.
Saat berjalan di pagi buta melewati pepohonan, "Ah, segarnya..." ucap seseorang dari belakang.
"Kak Luna?"
"Selamat pagi Rapunzel, akhirnya ninggalin menara juga?!"
"Berangkat kerja?"
"Kau pikir aku ini dipecat yah?"
"Memang terlihat begitu, mau bagaimana lagi."
"Jika orang lain yang mengatakan itu pasti kakak akan sakit hati tapi karena Ratu Elsa yang berbicara rasanya seperti makan es krim, menyegarkan gitu...hahaha."
"Kak Luna juga tidak pernah menjelaskan apa yang terjadi, mana mungkin kesalahpahaman bisa berubah."
"Kenapa kamu pergi sekolah sendirian, tidak takut apa?"
"Kakak tahu apa yang paling kubenci didunia ini?"
"Apa?"
"Ketika bertanya tapi orang yang harusnya menjawab malah bertanya!"
Luna tertawa keras memecah kesunyian di jalan itu.
"Jadi jangan salahkan orang lain ketika mengatakan hal yang tidak baik ketika kakak sendiri tidak ada niat untuk meluruskan."
"Bagaimana jika menjelaskan tapi malah akan membuatnya lebih buruk?"
"Bukannya membuat kesalahpahaman menjadi lebih buruk yang kakak khawatirkan, tapi sepertinya kakak hanya tidak ingin terlihat buruk."
"Wah, kakak penasaran bagaimana Felix yang dewasa nanti... iya benar, kakak hanya tidak ingin dikasihani."
"Wajar untuk orang lain diluar sana tapi setidaknya orang di panti tidak akan ada yang mengasihani."
"Orang tidak beruntung harus saling membantu, begitu? tapi harga diri kakak bahkan lebih tinggi darimu."
Seseorang yang terlihat ceria terkadang lebih banyak menyimpan penderitaan.
Tanpa disadari mereka sudah sampai di penurunan dan di depan sudah terlihat halte bus kecil.
Saat menunggu bus datang, Luna dan Felix duduk di masing-masing sudut kursi, "Biasanya kak Luna ikut dengan mobil panti untuk membeli keperluan, saat siang hari? kenapa tiba-tiba pergi pagi begini?"
"Karena dapat pekerjaan lagi, seperti katamu,"
Kemudian disusul tawa kecil dari Luna,
"Iya, pekerjaan dari Cain?" tambah Luna.
Felix menatap bingung.
"Katanya harus menemani kamu ke sekolah hari ini."
"Sudah kuduga, dia tidak akan meninggalkanku sendirian," Felix yang kesal hanya duduk menyandarkan punggungnya.
***
Sesampainya disekolah Felix langsung ke depan ruang guru yang masih belum terbuka. Tak lama kemudian yang pertama datang adalah orang yang ditunggu oleh Felix, "Pak Egan!" seru Felix.
"Anak pindahan?"
"Felix Fane Farrel, pak."
"Ow iya Felix, ada apa?"
"Ada yang mau saya tanyakan pak?"
"Ayo masuk," Pak Egan menuju mejanya meletakkan tas dan duduk memutar kursinya menghadap Felix, "Ada apa, Felix?"
"Soal Hantu Merah Muda, saya dengar sudah puluhan murid yang pernah diganggu..."
"Jadi soal itu?"
"Jujur saja, apa bapak tahu siapa pelakunya? bukannya aneh jika sekolah tidak bertindak apa-apa dan bahkan sudah masuk berita 'Hantu Merah Muda sekolah Gallagher'..."
"Jujur saja kamu ini benar-benar berani yah bicara seperti ini, "Pak Egan yang memotong pembicaraan setelah lucu mendengar Felix mengatakan 'Jujur saja'.
"Ada anak yang sampai trauma dan pingsan setelah mendapat surat, ada yang terjatuh dari tangga setelah berlari karena ketakutan, banyak properti sekolah yang dirusak, menurutmu pihak sekolah akan diam saja. Kami sudah melaporkan pada polisi tapi..."
"Pasti ini ulah dari siswa sekolah ini juga pak!" Felix memotong pembicaraan Pak Egan.
"Itu yang dikatakan polisi..." Pak Egan melanjutkan kalimatnya lagi.
"Tapi tidak ada tanda sama sekali, mau dia memang benar hantu atau dia anak yang sangat cerdas," tambah Pak Egan.
"Bapak sedang menghina atau memujinya sih?"
Pak Egan hanya memperingatkan Felix untuk selalu berhati-hati dan tidak panik ketika dikerjai bahkan ia memberikan izin untuk bisa datang terlambat mengetahui perjalanan Felix dari panti yang harus mulai dari pagi buta dan tidak ada pemukiman warga untuk bisa dimintai tolong.
Tapi bukannya senang diizinkan terlambat, ia malah lebih pagi lagi berangkatnya. Cain yang masih tertidur lelap sedang Felix yang sudah berjalan menuju gerbang panti. Pak Satpam pun yang sudah terbiasa bangun pagi untuk membuka pagar harus dibangunkan oleh Felix, "Bukankah ini masih disebut malam, Felix?" Pak Satpam dengan membuka kunci sambil menguap.
"Makanya bapak minta Bu Corliss supaya mencari Satpam baru supaya jadwal jaga ada dua, menjaga panti selama 24 jam mana bisa apalagi Bapak sudah tua dan kebanyakan malah tidur, menjaga apanya coba?" Felix yang menyadari bahaya langsung lari ketika pagar terbuka.
Pak satpam melemparkan topinya kepada Felix yang berlari tapi Felix malah memungutnya dan mengembalikannya lagi ke Pak Satpam. Saat Pak Satpam ingin memukulnya ia berlari lagi.
"Itu cara dia berterima kasih pak, maklum saja," Bu Corliss membawakan kopi di Pos jaganya.
"Iya bu, saya tahu Felix itu anak yang bagaimana."
"Dia bukan anak nakal kok pak. Hanya saja..."
"Haha bukan, maksud saya bukan begitu bu, Felix anak yang baik. Sering menemani saya bermain catur dimalam hari dan membawakan kopi."
"Hemmm Felix anak itu... sepertinya harus diberi uang jajan lebih."
***
Untuk berangkat sekolah, aneh rasanya ketika harus memakai senter. Tapi Felix tampak santai saja seakan itu adalah hal biasa dan memakai earphone untuk membuat ia seakan tidak mendengar apapun jika ada yang ingin mengganggunya.
Tapi hampir sampai di halte bus tidak ada apa-apa yang terjadi. Akhirnya ia memutar arah lagi dan kembali menyusuri jalan kembali ke panti seakan melupakan sesuatu. Tapi gerbang panti sudah mulai terlihat tidak ada juga yang terjadi, "Kalau begini keburu Cain, Tan, Teo dan Tom berangkat juga nih," kata Felix dalam hati.
Felix kemudian memutar arah lagi tapi rutenya berbeda kali ini dia memilih berjalan masuk didalam hutan.
Lama ia berjalan hingga menemukan sebuah rumah diatas pohon besar dan tinggi, Felix yang kemudian memperhatikan arah jalan, itu tidak jauh dari saat dia dilempari batu.
"Rumah pohon tapi tidak ada tangganya, bagaimana caranya bisa naik? memanjat? tidak mungkin... tingginya sekitar 15 meter, anak umur 10 tahun mana mungkin...," lama Felix bergumam mencari cara untuk naik ke sana. Entah sudah berapa kali ia memutari pohon dan lehernya terasa sakit karena mendongak.
Hingga akhirnya ia menyerah dan menuju jalan raya lagi. Ia berjanji kepada dirinya sendiri untuk melakukan apapun agar bisa naik ke rumah pohon itu.
Teo dan Tom berteriak histeris ketika melihat Felix yang tiba-tiba keluar dari hutan, "Siapa kamu?" Teo dan Tom dengan suara gemetaran.
Felix yang jahil malah menyalakan senter dan mengarahkan ke wajahnya membuat Teo dan Tom lari ketakutan.
"Felix!" kata Tan dengan nada agak sedikit ditinggikan.
"Sepertinya menyenangkan punya saudara...," Felix kepada Tan.
Felix menatap Tan setelah tertawa bersama Cain, "Apa? kau mau memukulku begitu?"
"Hemmm... apa yang kau lakukan didalam hutan sendirian begitu?" tanya Tan.
"Jangan-jangan kau menyimpan harta karun ya di sana?" tambah Cain
"Harta karun? uang untuk membeli tas baru saja tidak ada."
Walau tadinya kesal karena berangkat pagi sekali sampai harus berputar-putar dijalan tapi saat menemukan Rumah Pohon itu merubah suasana hatinya menjadi bersemangat. Meski belum tahu bagaimana bisa sampai ke atas Rumah Pohon itu dan bisa saja tidak ada hubungannya dengan Hantu Merah Muda tapi ia serasa dapat mainan baru yang setelah mengumpulkan uang berbulan-bulan lamanya, "Aku akan kembali..." Felix menoleh ke arah hutan.
Mereka melanjutkan perjalanan ke halte bus.
...-BERSAMBUNG-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 570 Episodes
Comments
Kᵝ⃟ᴸ🤡
makin seru
2022-08-13
1
тαуσηg
semoga bisa dan berhasil
2022-08-13
1
𝕸y💞Terlupakan ŔẰ᭄👏
Up
2022-08-12
2