Ch.18

Kembali pada Gilang.

Ia baru saja tiba di mansion, Gilang lalu memarkirkan mobilnya di garasi.

Ia pun berjalan menuju ke dalam rumah yang saat itu pintunya tidak di kunci dari dalam.

Sambil menenteng tas kerjanya ia berjalan masuk, saat akan melewati ruang tengah menuju anak tangga.

Langkahnya pun tiba-tiba terhenti.

Gilang melihat sosok wanita yang tengah tertidur di atas sofa ruang tengah dengan beralaskan tangannya sebagai bantal.

Gilang pun menghampiri sosok itu yang tak lain adalah Marsya, memperhatikan wajah damai Marsya saat sedang terlelap.

Melihat wajah lelap Marsya, tiba-tiba membuat jantungnya berdesir.

Lama ia memperhatikan Marsya yang tengah tertidur, Gilang akhirnya memutuskan untuk menggendong wanita itu menuju kamarnya.

Saat memasuki kamar Marsya, tercium jelas aroma khas wanita itu.

Ini juga merupakan kali kedua Gilang memasuki kamar Marsya.

Gilang memperhatikan setiap sudut kamar itu, tidak ada barang-barang spesial di dalam. Make up pun tidak ada di atas meja rias, yang ada hanya bedak baby dan handbody.

Meskipun kamar itu tidak sebagus miliknya yang berada di atas, tetapi saat memasuki kamar itu membuat Gilang merasa nyaman di dalam.

Ia kemudian menurunkan tubuh Marsya yang sekarang mulai berisi itu secara perlahan, mengatur posisi tidur Marsya agar wanita itu dapat tidur dengan nyaman.

Tubuhnya tiba-tiba tergerak untuk naik ke atas ranjang memposisikan diri di samping Marsya.

Tangan nya pun terulur mengelus perut Marsya yang berisi darah dagingnya itu.

Ini kali pertama Gilang berinteraksi dengan anaknya, ia mengelus-elus perut Marsya berulang -ulang.

Nyaman. Batinnya.

Sepertinya ini akan menjadi salah satu hobinya nanti.

Marsya serasa tidak terganggu dengan perbuatan Gilang, saking lelapnya berada di alam mimpi.

Ada apa dengan diriku. Tanya Gilang pada dirinya sendiri.

Beberapa menit berlangsung Gilang pun terhanyut menyusul Marsya ke alam mimpi.

Tanpa Gilang sadari ia telah tertidur di kamar milik wanita yang kemarin sempat ia katai jijik jika berada di dekat wanita itu.

***

Jam 4:35 pagi.

Gilang terbangun karena merasa ada seseorang di sampingnya.

Ia terlonjak kaget saat menyadari dirinya berada di dalam kamar milik Marsya.

Dengan cepat Gilang beranjak dari tempat tidur menuju pintu kamar.

Dengan perlahan Gilang membuka knop pintu itu agar tidak menimbulkan suara yang dapat membangunkan Marsya.

Setelahnya ia menutupnya juga dengan hati-hati.

Perilaku Gilang yang seperti ini mirip seperti pencuri di malam hari.

Gilang pun menuju kamarnya di atas.

“Sial. Kenapa aku bisa tertidur di kamarnya.”

“Untung saja aku terbangun duluan sebelum dia, kalau tidak mau di taruh di mana wajahku ini.”

“Huft, aku hampir mempermalukan diriku sendiri.” Ujar Gilang memaki dirinya sendiri.

Karena ini masih pagi buta, Gilang pun memutuskan untuk melanjutkan tidurnya yang terganggu tadi.

Tidak menunggu lama Gilang pun tertidur, melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda itu.

***

Pagi hari bi Suci sudah berada di dapur, menyiapkan beberapa bahan yang akan ia masak nanti untuk sarapan.

Sedang suami-istri itu masih bergelut dengan selimut, di kamar milik mereka masing-masing.

Sebelum memasak terlebih dahulu bibi membuka semua gorden dan jendela agar udara segar dapat masuk memenuhi ruangan itu.

Kemudian bibi melanjutkan dengan merapikan bantal-bantal sofa yang berantakan lalu mengambil sapu dan mulai membersihkan seluruh ruangan.

***

Dalam kamar Marsya.

Mata wanita itu perlahan terbuka, ia mengerjapkan matanya sesekali untuk mengumpulkan seluruh kesadarannya.

Saat sadar dirinya sedang berada di dalam kamar ia pun mengerutkan keningnya.

“Perasaan kemarin aku masih berada di sofa, lalu kenapa sekarang ada sudah berada di kamar?” Gumam Marsya merasa bingung.

“Apa bibi yang mengangkat ku ke kamar?”

“Tapi itu tidak mungkin Sya, mana mungkin bibi bisa mengangkat tubuhmu yang sudah membesar ini.”

“Apa mas Gilang ya? Tapi itu lebih tidak mungkin jika mas Gilang yang mengangkat ku. Ia kan jijik di sentuh oleh ku.”

“Atau bibi meminta bantuan Mang Ujang ya untuk mengangkat ku? Sepertinya ini kemungkinan yang paling mungkin.” Kata Marsya berbicara pada dirinya sendiri.

Marsya berlalu menuju kamar mandi untuk membasuh wajah dan menggosok gigi.

Ia kemudian keluar untuk menemui bibi di dapur.

“Pagi bi.” Sapa Marsya.

“Pagi non.” Balas bi Suci.

Marsya kemudian mengambil susu hamilnya dan membuatnya sendiri untuk ia minum, meskipun ia tidak menyukai bau susu tapi demi kesehatan bayinya, ia rela membuang rasa tidak nyaman nya pada aroma susu itu.

“Bibi mau masak apa pagi ini.” Tanya Marsya sambil mengaduk-aduk segelas susunya.

“Bibi mau bikin nasi goreng aja non, sama mau buat telur dada sebagai pelengkapnya.” Jawab bi Suci sambil tangannya bergerak membuat bahan-bahan.

“Memangnya ada yang non Marsya mau makan pagi ini? Biar bibi buatkan jika mau.” Tanya bi Suci lagi.

“Oh. Tidak ada kok bi, apa yang bibi masak akan Marsya makan kok. Tadi Marsya cuma bertanya saja.” Ujar Marsya.

“Mas Gilang sudah pulang belum ya bi?” Tanya Marsya kemudian.

“Loh bibi tidak tau non, kan semalam non Marsya yang tunggu.” Jawab bi Suci.

“Iya bi, tapi semalam Marsya tertidur jadi Marsya tidak tahu apa mas Gilang sudah pulang atau belum.” Jelasnya.

“Marsya juga bingung bi, kan Marsya tertidurnya di sofa tapi pas Marsya bangun Marsya sudah berada di kamar.” Jelas Marsya lagi.

“Berarti siapa yang mengangkat non Marsya ke dalam? Apa tuan yang membawa non Marsya ke kamar?” Ujar bibi bertanya-tanya.

“Itu dia, Marsya juga bingung bi. Tapi kalau mas Gilang sepertinya itu tidak mungkin. Bibi kan tau kalau mas Gilang nggak suka sama Marsya.” Kata Marsya sedih.

“Mungkin saja itu Mang Ujang bi, mungkin

saat Mang Ujang mengecek keadaan rumah dia melihat ku lalu mengangkat ku ke kamar.” Kata Marsya lagi menyuarakan pikirannya.

“Mungkin saja non.” Jawab bi Suci.

Mereka kemudian melanjutkan kegiatan mereka.

***

Beberapa jam berlalu.

Gilang baru saja terbangun dari tidur panjangnya, untung saja ia sudah memberitahukan keterlambatannya pada Doni jadi Gilang bisa tidur lebih lama.

Ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap menuju kantor.

Kini Gilang sudah rapi dengan pakaian kantor miliknya.

Ia pun beranjak turun ke bawah untuk mengisi perutnya yang mulai berdemo minta di isi.

Hari ini sarapan dan makan siang nya di gabung menjadi satu.

Sesampainya di bawah ia melihat Marsya dan bi Suci yang sedang bercengkrama di ruang tengah.

Tatapan nya sempat bertemu dengan Marsya.

Tapi cepat-cepat Gilang memutus sambungan itu, ia kemudian berjalan menuju meja makan.

Marsya dan bi Suci yang melihat kehadiran Gilang langsung terdiam di tempat.

Marsya kemudian berjalan menghampiri suaminya itu untuk menjalankan kewajibannya sebagai istri meskipun tidak di inginkan.

“Tuan, mau saya ambilkan makanannya.” Tanya Marsya saat sudah tiba di hadapan Gilang.

“Ehmm.” Jawab Gilang yang sedang sibuk dengan ponselnya melihat email dari Doni tentang jadwalnya hari ini.

Marsya menghembuskan napasnya merasa di abaikan. Ia lalu mengambilkan nasi dan lauk yang tadi sudah di siapkan oleh bibi.

Pasti mas Gilang sedang berkomunikasi dengan wanita itu. Pikir Marsya.

“Tuan jika sudah tidak ada lagi yang di perlukan, saya pamit mau kembali ke depan.” Ujar Marsya.

Gilang hanya mengangguk tanpa menoleh pada Marsya lalu meraih sendok dan memakan makanan yang sudah diambilkan Marsya tadi.

***

Jangan lupa vote like dan komen ya kakak🤗

Terpopuler

Comments

Cyntia Tram's

Cyntia Tram's

di garasi

2022-06-16

0

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

lanjut

2021-08-15

0

Adelina Damayanti

Adelina Damayanti

gak usah di layani Thor diemin aja

2021-04-23

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 92 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!