Ch.9

Pagi hari di mansion milik Gilang.

Huek…

Huek..

Marsya saat ini sedang berada di dalam kamar mandi miliknya yang ada di kamar tersebut.

Tadi saat bangun tiba-tiba kepalanya terasa pusing, ia juga merasa perutnya seperti di aduk-aduk dari dalam.

Ini bukan yang pertama Marsya mual-mual, sudah beberapa hari ini dirinya merasa tidak enak badan, nafsu makannya pun menurun.

Usai mengeluarkan cairan bening dari mulutnya, Marsya lalu keluar untuk menuju dapur.

Ia saat ini sangat ingin meminum teh hangat untuk meredakan sakit di kepala dan juga perutnya.

Baru saja keluar dari kamar dan baru beberapa langkah berjalan Marsya tiba-tiba jatuh pingsan tak sadarkan diri.

Gilang yang hendak turun untuk pergi ke kantor melihat Marsya pingsan langsung berlari menuju Marsya, menggendongnya ke mobil dan langsung pergi ke rumah sakit terdekat.

Entah mengapa melihat Marsya yang dalam keadaan pucat membuatnya panik setengah mati.

Sesampainya di rumah sakit Gilang langsung berlari meminta bantuan perawat yang ia jumpai untuk membantunya membawa Marsya menuju ruang rawat.

“Suster tolong panggilkan dokter untuk memeriksa istri saya.” Perintah Gilang.

Perawat itu langsung bergegas memanggil dokter yang saat itu sedang bertugas.

Sambil menunggu dokter datang Gilang berjalan mondar-mandir tak tentu arah.

Dokter pun tiba di ruangan Marsya.

“Dok tolong periksa istri saya.”

“Baik pak.”

Dokter itu langsung memeriksa Marsya yang saat ini tengah terbaring di atas ranjang perawatan.

“Dari hasil pemeriksaan saya, sepertinya istri anda tengah mengandung enam minggu. Sebaiknya bapak lebih memperhatikan nutrisi sang ibu juga sebisa mungkin jangan buat istri anda stress. Karena itu berpengaruh untuk janinnya.” Jelas dokter tersebut.

“Apa!” Gilang kaget mendengar penuturan dokter tadi. Ia tidak menyangka Marsya bisa hamil padahal mereka hanya melakukannya satu kali saat kejadian itu.

Gilang memang tidak meragukan anak yang di kandung Marsya karena ia tahu ialah yang pertama saat menyentuh Marsya dan dari yang dokter katakan Marsya mengandung sekitar empat minggu dan itu mendekati hari kejadian ia meniduri Marsya.

“Terima kasih dokter.” Ucap Gilang pada dokter tadi, dokter dan perawat itu kemudian keluar dari ruang rawat Marsya.

“Halo Don, sepertinya aku akan terlambat ke kantor. Marsya tadi pingsan dan aku membawanya ke rumah sakit. Jadi kau handle pekerjaan untuk sementara hingga nanti aku datang.” Ujar Gilang menjelaskan keterlambatan nya pada sekertarisnya itu.

“Baik Tuan.” Jawab Doni dari seberang telpon.

Gilang lalu duduk di kursi yang ada di dalam ruangan tersebut sembari menunggu Marsya bangun.

***

Tidak berapa lama Marsya pun terbangun.

“Aww kenapa kepala ku sakit sekali.” Gumam Marsya yang di dengar oleh Gilang.

“Kau sudah sadar?” Ucap Gilang sambil berjalan ke sisi ranjang.

“Ada apa dengan saya tuan.” Tanya Marsya pada Gilang.

”Tadi kau pingsan, jadi saya membawamu ke rumah sakit. Dan dokter bilang…”

Kata-kata Gilang yang masih menggantung membuat Marsya penasaran.

“Apa yang dokter katakan.” Tanya Marsya was-was.

“Dokter bilang kau hamil sudah empat minggu.” Akhirnya keluar juga kata-kata itu.

DEG.

Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan cepat, Marsya menatap tak tentu arah. Pikirannya langsung hilang entah kemana.

Apa yang harus aku lakukan sekarang. Kenapa anak ini harus hadir dalam keadaan yang seperti ini. Batin Marsya yang merasa resah.

“Tuan saya mau pulang.” Ujar Marsya pada Gilang yang sedang berdiri di sampingnya

“Ayo.” Gilang lalu membantu Marsya turun dari tempat tidur itu tapi di cegah oleh Marsya.

“Saya bisa sendiri tuan.”

“Tidak usah membantah! Masih untung saya bantu.” Ucap Gilang dengan nada suara tegas seperti tidak ingin kata-katanya di bantah oleh Marsya “Kamu pikir jika bukan karena kamu hamil anak saya, saya mau membantumu seperti ini.” Ujar Gilang lagi.

Marsya lalu menurut, membiarkan Gilang membantunya berjalan menuju mobil mereka yang terparkir di parkiran rumah sakit.

***

Sore hari sepulang kerja Gilang langsung masuk ke dalam mansion miliknya.

Di sana ia berpapasan dengan Marsya yang juga sedang duduk di ruang keluarga menonton siaran televisi yang ada.

“Hei, buatkan saya teh herbal.” Perintah Gilang pada Marsya.

Gilang lalu duduk di salah satu sofa di ruangan itu.

Tanpa berkata apa-apa Marsya langsung pergi menuju dapur untuk membuatkan teh sesuai pesanan Gilang tadi.

Saat sedang mengaduk-aduk teh karena aroma teh herbal tersebut membuat Marsya merasa tidak nyaman dan ingin muntah.

Huek …

Marsya langsung berlari kearah wastafel untuk mengeluarkan isi perutnya yang meminta ingin di keluarkan.

Gilang yang mendengar suara Marsya yang muntah dari arah belakang langsung bergegas menuju ke sana.

“Ada apa.” Tanya Gilang yang melihat Marsya sedang menunduk di depan wastafel dapur.

“Maaf Tuan saya tidak bisa mencium aroma teh ini. Itu membuat saya ingin muntah tuan.” Jelas Marsya.

Huek..

“Ya sudah kamu kembalilah ke dalam dan beristirahat, biar saya yang buat sendiri tehnya.” Jawab Gilang yang kasihan melihat Marsya yang pucat sekarang.

Marsya mengangguk dan berjalan menuju kamar miliknya, ia ingin cepat-cepat membaringkan tubuhnya karena merasa lemas habis muntah tadi.

***

“Hmm, makanlah. Aku tadi membelinya di luar.” Kata Gilang sambil menyodorkan sebuah plastik yang sepertinya berisi makanan.

“Terima kasih tuan.”

Marsya ke dapur untuk mengambil piring dan sendok.

Semenjak kabar tentang dirinya yang hamil membuat Gilang sedikit lebih baik padanya.

Ia tidak pernah lagi menyentuh dapur untuk memasak karena Gilang selalu membeli makanan di luar untuk mereka.

Seperti malam ini Gilang keluar untuk membeli makan malam mereka di luar.

Gilang akan makan di sana sebelumnya dan membungkusnya untuk di bawah pulang buat Marsya.

Sejauh ini Marsya belum pernah meminta sesuatu kepada Gilang seputar keinginan nya karena ngidam.

Entah karena takut atau memang ngidam itu belum muncul.

Sementara Marsya makan, Gilang berlalu naik ke kamar untuk tidur membiarkan Marsya makan sendiri.

“Nak, hari ini papa belikan kita makan lagi. Kamu yang sehat ya di dalam.” Kata Marsya berbicara pada janin dalam perutnya sambil mengelus perutnya yang masih datar itu.

Tanpa Marsya sadari, sedari tadi Gilang mendengar dan melihat semua yang ia lakukan.

Tadi Gilang berencana untuk turun minum tapi saat akan memasuki dapur Gilang malah melihat dan mendengar Marsya yang mencoba berbicara dengan janin yang ada di dalam perutnya.

Ada perasaan aneh yang muncul dalam hati nya.

Perasaan apa ini. Batin Gilang berbicara.

Marsya beranjak dari kursi yang tadi ia duduki, melihat Marsya yang akan kembali Gilang cepat-cepat pergi dari sana sebelum Marsya melihatnya.

Marsya berjalan kembali ke kamar miliknya untuk beristirahat karena akhir-akhir ini Marsya merasa tubuhnya cepat sekali lelah.

***

Mulai ada tanda-tanda nih guys😂

Terpopuler

Comments

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

anak adalah rejeki, penghibur bagi orangtua

2021-08-15

0

Ririn Satkwantono

Ririn Satkwantono

jgn mudah dimaafkn cacian makian🤐🤐🤐

2021-04-19

1

Imas

Imas

cba bkin gilng yg nyidam athor

2021-04-14

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 92 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!