Ch.8

Mereka sudah duduk di tempat yang di pilih Gilang. Seorang pelayan datang menghampiri mereka membawa daftar menu yang akan mereka pesan nanti.

“Saya pesan yang ini dan yang itu.” Kata Gilang sambil menunjuk menu yang ia inginkan.

“Cepat pilih yang mana yang kau mau!” Perintah Gilang lagi pada Marsya yang dari tadi hanya diam saja.

“Saya yang ini saja tuan, minumnya air putih saja.” Marsya hanya memilih satu menu karena merasa segan dengan Gilang.

“Cih! Dari kampung jadi wajar saja yang wanita kampung seperti mu tau hanya air putih.” Cibir Gilang.

Marsya yang mendengarnya hanya dapat mengelus dada dengan kata-kata kasar yang selalu Gilang keluarkan.

Kemudian pelayan itu pergi dari hadapan pasangan suami istri itu.

Setelah pelayan itu pergi Gilang beralih memainkan ponsel nya.

Sedangkan Marsya hanya celingak-celinguk memperhatikan lingkungan sekitar.

Tidak berapa lama pelayan itu kembali membawa beberapa hidangan yang mereka pesan tadi.

Setelah pelayan itu pergi, Gilang dan Marsya langsung menyantap makanan mereka.

Sementara memakan makanan mereka tiba-tiba seorang wanita datang menghampiri mereka sambil menyebutkan nama Gilang.

“Gilang.” Sapa wanita tadi yang ternyata adalah Elena.

“Oh Hai Elena.” Sapa balik Gilang gugup. Ia takut Elena akan menanyakan tentang Marsya nanti.

“Siapa wanita itu.” Tunjuk Elena pada Marsya. Dan yang Gilang takutkan pun terjadi, Elena pasti akan menanyakan Marsya padanya.

Marsya hanya diam menunduk memakan makanannya, tidak ingin terlibat pembicaraan dengan dua orang yang berada di depannya.

“Eh i-itu, dia itu …. Ahh dia itu orang yang membersihkan rumah , pembantu ku.” Ucap Gilang gugup.

DEG!

Marsya yang mendengar Gilang menyebut nya sebagai pembantu tiba-tiba merasa sesak di dadanya, seperti di hantam oleh batu besar. Ingin menangis rasanya.

“Saya permisi mau ke toilet Tuan.” Ujar Marsya beralasan, ia tidak ingin mendengar kata-kata kasar Gilang selanjutnya.

Marsya buru-buru menuju toilet yang ada di restaurant tersebut.

Ia ingin menumpahkan segala kesedihannya sejenak di sana.

Sesampainya di toilet itu, Marsya langsung mengunci pintu terduduk sambil menangis tersedu-sedu disana.

“Ya Tuhan, sebegitu bencinya mas Gilang kah terhadapku, hingga tidak ingin mengakui ku sebagai istrinya. Aku tahu pernikahan kami terjadi karena sebuah kesalahan. Tapi tidak bisakah mas Gilang menghargai diriku sedikit saja.”

Hiks…Hiks…Hiks

Marsya terus saja menangis hingga di rasanya sudah lebih baik, Marsya membasuh wajahnya yang sembab. Lalu berjalan keluar menuju tempat mereka makan tadi.

“Dimana mas Gilang.” Gumam Marsya bertanya pada dirinya sendiri.

Ternyata setelah Marsya kembali ke tempatnya, Gilang dan Elena sudah tidak ada disana.

Marsya memilih duduk sendiri sejenak, nafsu makannya tiba-tiba menghilang dengan sendirinya.

Matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis lagi tapi ia tahan, tidak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang di sana.

Marsya akhirnya memilih berjalan keluar dari restaurant itu.

“Bagaimana aku pulang, aku bahkan tidak memiliki uang satu persen pun.”

Selama menikah dengan Gilang, Marsya tidak pernah di beri uang oleh Gilang. Marsya ingin meminta tapi ia takut Gilang akan marah padanya.

Sedang melamun memikirkan caranya pulang, tanpa sengaja Marsya menabrak seseorang dari arah depannya.

“Maafkan saya Tuan.” Marsya cepat-cepat meminta maaf pada pria yang berdiri di hadapannya.

“Its okay. Nona lain kali jika sedang berjalan sebaiknya jangan sambil melamun.” Ujar pria itu.

“Iya Tuan. Sekali lagi saya minta maaf.” Ujar Marsya menunduk tidak berani menatap mata pria itu.

“Tidak apa-apa. Oh iya, siapa namamu nona?” Tanya pria itu.

“Saya Marsya.”

“Marsya. Nama yang bagus, sama seperti orangnya. Perkenalkan saya Leonard Bramasta kamu bisa memanggil saya Leo.” Ujar Pria yang bernama Leo itu.

“Ada yang bisa saya bantu, saya lihat kamu seperti orang yang sedang bingung?” Tanya Leo Lagi.

Marsya tidak menjawab.

“Saya bukan orang jahat, kamu tidak perlu takut.” Jawab Leo seperti melihat keraguan pada diri Marsya.

“Saya ingin pulang ke rumah tuan eh Leo, tapi saya tidak tau bagaimana caranya. Uang pun tidak ada untuk naik taksi.” Akhirnya Marsya mengutarakan isi pikirannya.

“Memangnya dimana tempat tinggal mu, kebetulan saya juga ingin pulang. Saya bisa mengantar kamu jika kamu mau.”

“Emmm sepertinya itu tidak perlu tuan.” Marsya masih ragu.

“Tidak masalah, kamu tidak perlu takut lagi pula saya bersama supir saya. Mungkin saja supir saya tau dimana jalan menuju rumah kamu.”

“Saya tinggal di Jalan *******” Jawab Marsya.

“Ya sudah kamu ikut saya saja.”

Sudah tidak ada cara lain lagi. Lagipula jalan menuju rumah mas Gilang masih cukup jauh tidak mungkin kan aku berjalan kaki untuk sampai di sana. Batin Marsya.

Tuhan, sertai hamba hingga samapi dengan selamat disana. Semoga orang ini adalah orang baik. Doa Marsya dalam hati.

“Baiklah saya ikut.” Akhirnya Marsya memutuskan untuk ikut menumpang dengan pria itu.

Mereka menuju mobil yang terparkir di halaman depan restaurant.

“Pak Jaka, kita antarkan wanita ini dulu pulang. Kasihan iya ingin pulang tapi tidak ada ongkos.” Perintah Leo pada supirnya.

“Baik Tuan.”

Mobil pun melaju membelah jalanan ibu kota yang saat itu terlihat lenggang tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang.

Mobil berhenti di kawasan perumahan elit tempat mansion Gilang berada.

“Berhenti di sini saja pak.” Ujar Marsya pada pak Jaka.

Marsya memilih berhenti jauh sebelum rumah Gilang, takut pria itu mengenali Gilang.

“Memangnya yang mana rumah kamu Sya?” Tanya Leo “Boleh kan saya memanggil kamu Sya? Soalnya jika Marsya terlalu kepanjangan” Tanya Leo lagi.

“Boleh kok. Rumah saya yang di depan sana, saya tinggal bersama majikan saya. Saya takut majikan saya melihat saya turun dari mobil anda, jadi akan lebih baik jika saya turun di sini.” Jawab Marsya menjelaskan.

“Tidak apa-apa. Nanti saya yang akan jelaskan pada majikanmu.” Jawab Leo kemudian.

“Tidak usah Leo. Dan terima kasih atas tumpangannya. Saya permisi” Marsya buru-buru pergi dari hadapan Leo, takut Leo bersikeras mengantarnya hingga ke depan rumah.

Setelah Marsya pergi Leo menyuruh supirnya untuk jalan pulang menuju Apartemennya.

Gadis itu menggemaskan. Batin Leo sambil tersenyum sendiri.

***

Marsya langsung masuk ke dalam mansion milik Gilang setelah melihat mobil Leo yang sudah melaju pergi dari Kawasan elit itu.

Di depan ia bertemu Mang Ujang satpam yang biasa menjaga rumah Gilang.

“Mas Gilang nya udah pulang pak.” Tanya Marsya.

“Belum Nyonya.” Jawab Mang Ujang yang biasa berjaga di depan. Karena memang dari semenjak mereka pergi ke rumah orangtua Gilang, Tuannya itu belum terlihat ia juga heran mengapa Nyonya nya pulang sendiri.

Tapi ia tidak berani bertanya pada Marsya.

“Ya sudah pak, Marsya masuk dulu.” Ujar Marsya sambil berlalu masuk ke dalam.

“Silahkan nyonya.”

Marsya langsung masuk ke dalam kamar miliknya untuk tidur siang tanpa ingin memikirkan kemana suaminya pergi.

***

Marsya ketemu cowok baru nih, Author mau tanya dong hehe😂 kira-kira kalian team mana. Team Gilang atau team Leo?

Terpopuler

Comments

Byla

Byla

Iya mah Leo aja.. Wkwkwkw biar si Gilang bahagia dengan caranya sendiri.

2021-12-07

0

Estiti Kadam

Estiti Kadam

rasanya pengen getok kepala Gilang pake bakiak ..

2021-11-20

0

Cerita Emmilia

Cerita Emmilia

team leo author

2021-08-22

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 92 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!