Sesampainya di hotel.
“Kau boleh pulang Don” Perintah Gilang pada sekertarisnya yang masih setia mengikuti langkahnya.
“Tapi Tuan …”
“Dengar kata-kataku” Sebelum Doni menyelesaikan kalimatnya, Gilang langsung memotongnya seperti tidak ingin kata-katanya dibantah.
“Baiklah Tuan. Saya permisi, jika ada apa-apa Anda bisa menghubungi saya” Jawab Doni sebelum Gilang benar-benar hilang dari pandangannya.
Gilang hanya mengangguk dan langsung berjalan meninggalkan Doni di depan hotel.
Gilang langsung bergegas menuju lift khusus yang akan mengantarkan ia pada kamar president suite khusus dirinya jika akan berkunjung ke hotel ini.
Setiap staf hotel yang bertemu dengannya akan menunduk memberi hormat pada sang presdir pemilik hotel ini.
Kamar president suite ini memang hanya dirancang khusus buat Gilang dan keluarganya yang ingin menginap di tempat ini.
Masing-masing keluarga mereka memegang kartu khusus untuk membuka pintu kamar president suite itu.
Bahkan para petinggi ataupun pejabat yang ingin menyewa kamar ini tidak pernah di berikan oleh mereka meskipun mereka ingin membayar lebih.
Sesampainya di kamar tersebut, Gilang bergegas memasuki kamar mandi, menjalankan shower untuk mengguyur tubuhnya yang terasa panas dari dalam.
Ia tidak sempat untuk membuka jas dan seluruh pakaian yang ia gunakan karena tidak tahan.
Karena merasa masih kurang, Gilang kemudian menjalankan kran membiarkan air memenuhi bath up yang ada. Kemudian memasukinya dan merendam seluruh tubuhnya.
Sambil berendam. Gilang meraih ponselnya dan menghubungi manajer hotel untuk menyuruh orang mengantarkan pakaian dan makanan untuknya.
Gilang lupa membawa baju ganti, karena ia tidak tahu kejadiannya akan seperti ini.
***
Sementara di tempat lain. Marsya sedang bersiap-siap memakai seragam hotel. Ia baru saja tiba karena pergantian shift dan ia mendapat jadwal malam hari ini.
Sudah rapi dengan pakaiannya, Marsya keluar dari dalam ruangan menuju tempatnya para staf lain yang menunggu tugas apa yang akan mereka lakukan.
“Hai Sya. Kau yang bertugas malam ini?” Tanya salah satu staf pria yang bernama Billy.
“Ya. Giliran ku sekarang” Menjawab sambil tersenyum.
“Berarti kita sama” Jawab Billy lagi. Billy memang memiliki ketertarikan terhadap Marsya sama seperti pria-pria lain yang mengagumi Marsya. Tapi Billy tidak berani mengungkapkan karena ia hanya berani menyukai dalam diam.
Sedang asik berbincang-bincang dengan temannya.
Tiba-tiba manajer hotel masuk ke dalam ruangan staf.
“Kalian siapkan pakaian dan makanan untuk pak Gilang. Beliau sekarang berada di kamar miliknya.” Terdiam kemudian memperhatikan setiap karyawan lalu matanya tertuju pada Marsya
“Kau yang bertugas mengantarkan. Sementara yang lain siapkan keperluan pak Gilang. Nanti gadis ini yang mengantarnya” Manajer itu lalu menunjuk Marsya.
Marsya hanya dapat menganggukkan kepalanya, tidak berani membantah.
Setelah manajer itu pergi semua langsung bergerak cepat menyiapkan makanan dan yang lain bergegas mengambil pakaian yang di butuhkan Gilang.
Marsya hanya berdiri menunggu sampai semuanya siap barulah tugasnya yang akan mengantarkan.
Setelah semuanya siap. Sekarang giliran Marsya untuk mengantarkan. Para staf lain menyemangati Marsya yang sudah berjalan menuju kamar pemilik hotel ini.
***
Kembali pada Gilang yang masih berendam, semakin lama dirinya semakin tidak tahan dengan tubuhnya. Muka dan matanya sudah memerah sekarang. Ia terus bergerak gelisah berpikir sebenarnya apa yang terjadi dengan tubuhnya.
Sial*n. Ada apa sebenarnya dengan diriku. Kenapa rasanya hasrat ku semakin meningkat ingin di lepaskan.
Ia lalu berpikir apa saja yang ia lakukan sampai membuat dirinya begini.
Perasaan tadi aku hanya minum. Dan itu hal biasa yang sudah sering ku lakukan. Apa jangan-jangan ada yang menaruh sesuatu di minumanku. Sial*n. Gilang masih berpikir hingga kerutan muncul di dahinya saking berpikir keras.
Berendam pun tidak akan menurunkan hasrat Gilang karena memang ia di beri obat perangsang dengan dosis yang tinggi.
Sementara akal sehatnya sudah mulai hilang berganti dengan kabut hasrat dalam pikirannya. Tiba-tiba terdengar bunyi bel tanda seseorang datang.
Tanpa pikir panjang Gilang langsung meraih bath robes atau jubah mandi yang sudah di sediakan, lalu memakainya.
Berjalan keluar lalu membuka pintu.
Dahinya berkerut melihat seorang wanita cantik berdiri di depan kamarnya dengan trolley berisi barang-barang yang ia butuhkan.
Gilang langsung mengerti bahwa dia adalah orang yang ditugaskan untuk mengantar pesanannya.
“Permisi Tuan. Saya yang di tugaskan untuk mengantar pesanan Anda.” Ujar Marsya sambil menunduk hormat.
“Letakkan di dalam.” Jawab Gilang ketus. Ia lalu mempersilahkan Gilang untuk masuk dan meletakkan barang-barang tersebut.
Marsya kemudian berjalan masuk meletakkan barang sesuai perintah Tuannya. Sedangkan Gilang terus memperhatikan Marsya dengan pikiran-pikiran yang sudah di kuasai oleh obat perangsang itu.
Tanpa pikir panjang Gilang langsung menutup pintu dan menguncinya.
Saat ini yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana menuntaskan hasratnya tersebut.
Melihat Marsya membuat tubuhnya tiba-tiba bereaksi, ia merasa bergairah ketika melihat tubuh wanita itu.
Marsya yang sudah selesai dengan pekerjaannya pun berniat kembali. Saat berbalik ke belakang, ia melihat Tuannya yang berlagak aneh seperti orang kepanasan.
“Tu..Tuan” Ujar Marsya yang merasakan hal buruk akan terjadi padanya.
Gilang berjalan mendekat, semakin mendekat membuat Marsya berjalan mundur dengan kaki yang bergetar karena ketakutan.
Gilang langsung bergegas mendekap Marsya dan melemparkannya di atas tempat tidur miliknya. Gilang buru-buru naik menindih tubuh mungil Marsya di bawahnya.
“Tuan. Apa yang anda lakukan? Tolong lepaskan saya” Ucap Marsya memohon.
”Diam dan menurut lah. Jika kau mencoba kabur dari tempat ini, aku tidak akan segan-segan memecatmu dari sini.” Ancam Gilang pada Marsya.
Marsya yang takut akhirnya menurut, diam di bawah tubuh Gilang membiarkan Gilang merebut apa yang selama ini ia jaga.
Marsya tidak ingin kehilangan pekerjaan, ia tahu mencari pekerjaan di kota ini sangatlah susah.
Sementara dirinya membutuhkan uang untuk membayar biaya sekolah adiknya dan biaya berobat ibunya yang sedang sakit di kampung.
Saat Gilang melakukan penyatuannya dengan Marsya, terlihat air mata menetes.
Marsya merasa hancur sekarang, di tambah rasa sakit yang di rasanya. Ini adalah pertama kali baginya.
Gilang melakukannya berulang-ulang hingga tengah malam, karena efek obat yang tinggi membuat Marsya harus menahan rasa sakit lebih lama dalam melayani Gilang.
Sudah tengah malam dan perlahan efek obat itu mulai hilang.
Marsya sudah tertidur sejak tadi membiarkan Gilang dengan kegiatannya yang belum usai.
Setelah merasa kesadarannya kembali. Gilang akhirnya berhenti dan ikut membaringkan tubuhnya di samping wanita yang baru saja membantunya keluar dari pengaruh obat perangsang yang tidak tahu siapa yang menaruhnya pada minuman Gilang sambil melihat langit-langit kamar Gilang berpikir.
Besok aku akan menyuruh Doni menyelidiki hal ini.
Ia kemudian melirik pada Marsya yang sudah tertidur di sebelahnya. Matanya terlihat sembab dan ada bekas air mata di matanya.
Tidak menunggu lama mereka berdua tertidur dengan lelapnya saking capeknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
aurel chantika
astaga,gimana to
2024-01-10
0
Sumingan Tina
Marsya salah satu manusia Ter oon didunia alias bodoh
2023-08-29
0
Conny Radiansyah
tanggung jawab Gilang
2021-08-15
0