Sore hari.
Menjelang petang, Gilang pun beranjak pulang dari kantor.
Tadi saat menenangkan Elena yang menangis setelah mengetahui pernikahan nya, akhirnya Elena mau mengerti dengan keadaan Gilang yang terpaksa.
Saat ini mobil Gilang sudah terparkir di halaman depan mansion miliknya.
Ia pun keluar dari mobil sambil membanting pintu dengan keras tidak lupa dengan raut wajah yang menggeram kesal.
“MARSYA … MARSYA KELUAR KAMU!!” Teriak Gilang memanggil Marsya.
Marsya yang mendengar teriakan Gilang pun kaget.
“Ya Tuhan apalagi ini.” Gumam Marsya sambil berjalan keluar dengan tergesa-gesa.
“Iya Tuan, ada apa tuan memanggil saya.”
“Maksud kamu apa heh! Mengusir Elena dari rumah ini, bahkan kamu menyuruhnya menjauhi ku. Ada hak apa kamu berbuat seperti itu, bukan berarti beberapa hari ini aku baik pada mu jadi kau melunjak di rumah ini.” Kata Gilang dengan intonasi tinggi.
“Biar ku ingatkan sekali lagi padamu, AKU MENIKAHI MU KARENA TERPAKSA. Kau pikir aku sudi menikah dengan wanita kampung sepertimu!!”
Tumpah sudah air mata Marsya di depan Gilang, ia sudah tidak bisa menahan lagi kesedihannya apalagi setelah mendengar kata-kata menyakitkan dari mulut suaminya itu.
“Aku tidak pernah melakukan hal itu tuan, nona Elena bahkan tidak pernah berkunjung kemari. Aku berani bersumpah.” Jawab Marsya dengan isakannya, berusaha menjelaskan kebenarannya pada Gilang.
Marsya pun bingung mengapa dirinya di tuduh melakukan hal yang tidak ia lakukan, yang ia tahu pun wanita yang bernama Elena atau kekasih dari suaminya itu tidak pernah berkunjung ke mansion ini.
“Kau pikir aku percaya, apa kau mau menuduh Elena berbohong pada ku!!”
“Tapi memang itulah kenyataannya tuan.” Jawab Marsya masih berusaha menjelaskan yang sebenarnya.
Kenapa nona Elena berkata bohong tentang ku. Aku tidak pernah mencari masalah dengannya tapi kenapa ia melakukan hal ini padaku. Batin Marsya.
“Diam kau. Dengar kan aku, saat ANAK ITU LAHIR AKU AKAN LANGSUNG MENGURUS SURAT PERCERAIAN ITU. Kalau saja saat ini kau tidak mengandung, akan ku pastikan saat ini kau pasti sudah ku kembalikan pada keluargamu yang ada di kampung sana.” Kata Gilang dengan nada tinggi.
Gilang langsung berjalan meninggalkan Marsya yang sudah jatuh terduduk sambil menangis, Gilang naik ke kamarnya.
Ia bahkan membanting keras pintu kamarnya, membuat Marsya terlonjak kaget.
Bi Suci yang saat itu berada di belakang mendengar semua umpatan dan kata-kata kasar yang di keluarkan oleh tuannya, ia kasihan melihat nyonyanya yang di bentak habis-habisan hingga menangis tapi bi Suci tidak bisa membantu karena ia takut akan mendapat kemarahan juga dari tuannya.
Setelah melihat Gilang yang berlalu menuju lantai atas, bi Suci lalu menghampiri Marsya.
“Ya Allah non Marsya.” Kata bi Suci sambil membantu Marsya berdiri.
“Biar bibi bantu ke kamar.” Kata Bi Suci lagi sambil memapah Marsya menuju kamarnya.
Marsya seperti orang linglung, berjalan gontai di bantu bi Suci.
Bi Suci lalu membantu Marsya untuk duduk di atas ranjang sambil menghibur nyonyanya itu.
“Non Marsya yang sabar ya, semua pasti ada hikmahnya.”
“Bi, Marsya udah nggak kuat lagi dengan perlakuan mas Gilang. Marsya ngak bohong, Marsya tidak pernah mengusir nona Elena dari rumah ini, Marsya juga tidak pernah menyuruh nona Elena menjauh dari mas Gilang. Jangan kan itu, Marsya bahkan tidak pernah bertemu dengan nona Elena.” Jelas Marsya pada Bi Suci masih dengan isakannya.
“Bibi percaya sama non Marsya, nona adalah orang baik. Dari awal bibi ketemu sampai saat ini non Marsya kan sama bibi terus di rumah. Jadi tidak mungkin nona bertemu dengan
wanita itu.” Kata bi Suci.
“Marsya tidak tahu kenapa nona Elena bercerita hal bohong pada mas Gilang tentang Marsya.” Kata Marsya lagi masih tidak habis pikir dengan Elena itu.
“Nona yang sabar menghadapi semua ini.”
“Ya sudah non, bibi mau kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Nanti jika sudah selesai bibi akan kembali membawa makanan agar nona bisa makan.” Kata bi Suci lagi.
“Tidak usah bi. Marsya nggak lapar, saat ini Marsya cuma mau istirahat.” Jawab Marsya, memang semenjak hamil nafsu makannya menurun apalagi dengan kejadian tadi membuat nafsu makannya hilang.
“Nona harus makan, apa nona tidak kasihan dengan bayi yang ada di dalam kandungan nona?. Ia juga butuh asupan energi, dan itu melalui non Marsya. Jadi non Marsya harus makan demi anak non Marsya.” Jelas bi Suci mengingatkan tentang bayi yang ada di dalam perut Marsya.
“Ya sudah bi, Marsya akan makan demi bayi yang Marsya kandung.”
“Kalau begitu bibi ke belakang dulu. Nona istirahat lah sebentar.” Marsya hanya mengangguk.
Setelah bi Suci pergi, Marsya kembali memikirkan kata-kata Gilang tadi tentang perceraian.
Air matanya tiba-tiba mengalir dengan derasnya mengingat kata-kata menyakitkan itu.
“Ibu. Marsya butuh ibu sekarang hiks..hiks” Isaknya. “Marsya sudah tidak kuat bu.”
Marsya terus menangis hingga ia lelah sendiri, air matanya bahkan mengering saking banyaknya keluar.
***
Sementara di kamar atas.
Gilang langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ia juga butuh berendam air panas sekarang untuk mengembalikan suasana hatinya.
Saat sedang berendam, tiba-tiba suara dering telfon terdengar dari ponsel Gilang yang tadi ia letakkan di samping bath up.
Setelah melihat nama penelpon yang ternyata adalah Elena, Gilang mengembalikkan kembali ponselnya di samping.
Ia tidak ingin mengangkat telfon dari Elena saat ini.
Sekarang yang ia butuhkan adalah ketenangan.
Entah mengapa tadi saat ia membentak Marsya hingga Marsya menangis membuat hatinya merasakan hal aneh, hatinya seperti tersayat saat melihat air mata wanita itu mengalir dengan kerasnya.
Tapi karena emosi dan ego yang sudah menguasai pikirannya, membuat hati nuraninya kalah dengan emosinya saat itu hingga kata-kata menyakitkan pun keluar dari mulutnya.
Gilang sendiri bingung dengan perasaannya, entah mengapa mendengar Marsya mengusir Elena apalagi saat melihat Elena menangis tersedu-sedu membuatnya seperti ingin menelan Marsya hidup-hidup.
Tapi saat dirinya juga melihat Marsya menangis hatinya juga merasa tersayat dengan hal itu.
“Aishh, sebenarnya ada apa dengan perasaan ku ini.” Gumam Gilang sambil menarik rambutnya dengan keras.
Gilang masih tidak mengerti tentang perasaannya.
Karena pusing memikirkan perasaannya, Gilang akhirnya memilih menyudahi acara berendamnya.
Ia lalu menuju shower untuk membilas seluruh tubuhnya.
Setelahnya ia keluar dan masuk ke dalam walk in closet untuk mengenakan pakaian nya.
Sudah rapi dan segar, Gilang pun turun untuk makan malam.
Di bawah ia melihat bi Suci yang sedang menata makanan di atas meja. Gilang langsung menarik salah satu kursi dan duduk.
Bi Suci yang melihat majikan nya yang sudah ada di meja makan, pamit undur diri ke belakang.
Sementara Gilang pandangannya seperti mencari-cari dimana keberadaan Marsya saat ini.
Mungkin dia sedang di kamar. Batin Gilang.
Memikirkan Marsya membuatnya teringat dengan kata-kata perceraian setelah anaknya lahir nanti yang tadi di ucapkannya dengan lantang pada Marsya.
Apa kata-kata ku tadi sudah terlalu keterlaluan, bodoh kau Gilang jelas saja itu keterlaluan bahkan kata-kata mu tadi sangat pedas di telinga. Maki Gilang pada dirinya sendiri.
Tapi untuk apa juga aku memikirkan hal itu, memang itu yang aku inginkan bukan ’Pereceraian’. Egonya kembali muncul.
Tanpa Gilang sadari sebenarnya rasa itu sudah ada di hatinya, tapi selalu ia tepis perasaan itu.
***
Emosinya aman Bun?😅
Hehe maafin kelabilan si bocah Gilang ya readers🙏Author sendiri loh yang langsung turun tangan buat minta maaf *CANDA*✌️
Jangan lupa vote like dan komen kakak-kakak semua❤️😘🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
jap nam
duhh Gilang Tap te...Ang"ong
2021-09-11
0
Conny Radiansyah
Gilang ga bocah lagi Thor, udah bisa bikin bocah juga... pusing...pusing deh loe Gilang
2021-08-15
0
Mikayla Kanza
klo aku udah kabur apa lgi hamil di sakitin kya gitu tinggl pergi biar klimpunhan si gilang
2021-07-31
0