Rumah sakit Medika.
Marsya dan bi Suci telah sampai di rumah sakit Medika untuk memeriksakan kandungannya, mereka pergi menggunakan taksi tadi.
Saat ini Marsya sedang menunggu gilirannya untuk di panggil, setelah tadi mereka datang dan langsung mengambil nomor antrian.
Sambil menunggu Marsya terus melamun memperhatikan setiap ibu-ibu hamil yang datang bersama pasangan mereka, ada juga yang membawa anak mereka. Sangat terlihat harmonis.
Sungguh bahagia jika aku juga di temani oleh mas Gilang, tapi itu tidak mungkin. Batin Marsya merasa miris.
Hingga lamunannya buyar saat mendengar namanya disebut.
“Ibu Marsya.” Panggil salah satu perawat yang bertugas.
“Giliran non Marsya sekarang, ayo.” Ajak bi Suci.
Marsya lalu beranjak dari tempatnya duduk, ia dan bi Suci berjalan beriringan masuk kedalam ruang pemeriksaan.
“Silahkan duduk bu.” Kata dokter Stella mempersilahkan.
Marsya tersenyum lalu duduk di salah satu kursi yang tersedia menghadap sang dokter.
Bi Suci lalu menyusul duduk di samping Marsya.
“Ada yang bisa saya bantu bu.” Tanya dokter Stella ramah.
“Begini dok, saya ingin memeriksakan kandungan saya karena sampai saat ini saya belum pernah memeriksakan kandungan saya dok, saya juga ingin mengetahui perkembangan janin yang ada di perut saya.” Jelas Marsya.
Dokter Stella mengangguk “Mari bu ikut saya.” Kata dokter Stella sambil berjalan menuju salah satu ruangan yang hanya di tutupi oleh sebuah kain panjang.
Marsya berjalan mengikuti sang dokter, bibi juga ikut.
Marsya lalu di persilahkan naik keatas ranjang rumah sakit yang hanya cukup untuk satu orang saja.
Setelah Marsya berada pada posisi yang pas, dokter Stella kemudian meminta izin untuk menyingkap baju Marsya sedikit ke atas.
Marsya mengangguk tanda setuju.
Saat ini Marsya merasakan jantungnya berdebar-debar karena ini merupakan pemeriksaan pertamanya setelah di nyatakan hamil.
Dokter Stella pun melakukan pemeriksaan seperti memeriksa perut Marsya untuk mengetahui kondisi perkembangan bayi, juga untuk mendengarkan detak jantung sang bayi, dokter Stella juga menunjukkan keadaan sang bayi lewat monitor pada Marsya dan juga bibi sambil menjelaskan.
Marsya terharu melihat ada makhluk kecil yang tumbuh di dalam rahimnya.
Pemeriksaan pun telah selesai di lakukan, dokter Stella juga memberikan sedikit nasehat agar Marsya memperhatikan pola makannya, serta jangan terlalu banyak pikiran atau stress yang nantinya akan berpengaruh pada sang bayi.
Marsya mendengar penuturan dokter dengan sangat baik, setelah melihat anaknya melalui monitor ia bertekad untuk melakukan yang terbaik hingga anaknya lahir nanti.
***
Sementara di Gedung Baskara Group.
Gilang tengah duduk di ruangannya sambil menopang dagu dengan tangannya, melamun memikirkan Marsya yang tadi ia lihat matanya bengkak.
Kata-kataku kemarin memang kasar, apalagi aku memarahinya dalam keadaan dirinya yang sedang hamil. Katanya dalam hati.
Ia lalu beranjak berdiri menghadap depan kaca besar yang memperlihatkan keadaan luar kota itu.
“Aisshh, aku bingung dengan diri ku sendiri. Aku tidak ingin melihat Elena menangis apalagi mendengar Marsya mengusirnya kemarin. Tapi kenapa hatiku juga terasa sakit saat melihat Marsya menangis waktu ku teriaki dengan kasar. Bahkan tadi pagi aku melihat matanya bengkak hatiku juga merasakan perasaan yang sama saat melihatnya menangis.”
“Apa karena aku kasihan melihat Marsya.”
“Dan apa lagi kemarin, dengan lantangnya aku bilang akan menceraikannya saat anak itu lahir. Dia juga ibu dari anak itu, perasaannya pasti terluka saat mendengar kata-kataku kemarin.”
“Lalu bagaimana dengan nasib anakku nanti jika aku menceraikan Marsya?”
“Lalu atas dasar apa juga aku menjelaskan masalah pernikahan ku pada Elena, itu sebenarnya tidak penting bukan?”
Arghhhh!!!
Teriak Gilang didalam ruangan itu, kepalanya serasa mau meledak memikirkan banyak hal.
***
Kembali di rumah sakit Medika.
Marsya dan bibi terlihat keluar dari ruangan pemeriksaan, mereka berjalan keluar dari rumah sakit itu untuk menunggu taksi lewat.
Di tempat yang sama Elena baru saja turun dari mobilnya, ia hari ini mengantarkan sepupunya untuk check up.
Saat ini pandangannya tertuju pada Marsya dan bi Suci yang sedang berdiri di depan rumah sakit, saat akan masuk kedalam area rumah sakit Elena memang sudah melihat Marsya.
“Kamu masuklah duluan untuk mengambil nomor antrian, nanti aku menyusul.” Kata Elena pada sepupunya itu.
Setelah sepupu nya itu masuk ke dalam, Elena beranjak dari tempatnya menuju arah Marsya.
“Kamu pembantunya Gilang bukan? Periksa kandungan ya, bapaknya mana?” Sindir Elena pada Marsya tidak lupa dengan tatapan sinisnya.
Elena tahu Marsya pasti datang untuk memeriksakan kandungannya terlihat dari buku panduan ibu hamil yang Marsya pegang.
Bukannya ini wanita yang bersama mas Gilang di berita itu, namanya Elena kan. Berarti dia yang buat mas Gilang memarahi ku kemarin.
Marsya tidak ingin menanggapi Elena, ia hanya diam sambil memperhatikan kendaraan yang lewat.
Sedang bi Suci, ia hanya diam belum ingin ikut campur dalam masalah Marsya.
“Kamu nggak punya mulut apa?” Bentak Elena kesal Marsya tidak terpancing dengan kata-katanya.
“Ayahnya sedang kerja mbak.” Jawab Marsya memberanikan diri, entah kenapa saat melihat Elena dirinya seperti ingin menjambak rambut wanita itu.
Maklum bawaan bayi yang tidak terima ibunya di sakiti *Eaaa*.
“Siapa bapaknya?” Tanya Elena lagi memancing, Elena sebenarnya sudah tahu siapa bapak bayi itu saat mendengar percakapan Marsya dan bibi waktu itu, di tambah penjelasan Gilang saat dirinya datang di kantor sambil menangis.
“Mas Gilang.” Jawab Marsya lagi.
Elena tidak terkejut dengan jawaban Marsya, justru ia malah tersenyum mengejek “Anak yang tidak di inginkan.” Balas Elena lagi.
DEG.
Jantung Marsya serasa di hantam batu besar mendengar ucapan Elena.
Ibu mana yang mau anaknya di sebut sebagai anak yang tidak di inginkan.
Ia tahu anaknya hadir karena sebuah kesalahan tapi anak itu tidak bersalah.
Marsya tidak mau membalas omongan Elena yang menyakitkan itu, ia lalu menarik tangan bibi untuk berjalan menjauhi Elena.
“Ayo bi kita kesana.”
Baru ingin beranjak dari hadapan Elena tiba-tiba langkah Marsya terhenti saat tangannya di tarik dengan kasar oleh Elena.
“Mau kemana kamu heh!!! Dengar ya wanita kampung, Gilang itu terpaksa menikah sama kamu karna malam itu bukan?”
“Gilang juga sudah cerita semuanya sama aku, jadi aku mau saat anak itu lahir kamu tinggalin Gilang. Kamu nggak pantas buat Gilang, aku dan Gilang juga sedang menjalani hubungan yang lebih serius. Gilang bahkan berjanji untuk menikahi ku setelah anak itu lahir. Jadi sebaiknya kamu sadar diri dengan pergi dari hidup Gilang saat anak yang tidak di inginkan itu lahir. MENGERTI!” Kata Elena lagi sambil menambah bumbu kebohongan di dalam kata-katanya.
Merasa puas dengan kata-katanya Elena langsung pergi dari hadapan Marsya dan bi Suci.
“Non yang sabar ya.” Hibur bi Suci.
Mata Marsya sudah berkaca-kaca tadi saat mendengar Gilang ingin menikahi Elena saat anaknya lahir.
Sambil menyentuh dada nya. Hatiku sakit ya Tuhan mendengar kata-katanya.
Marsya mengusap kedua matanya yang basah “Aku tidak apa-apa kok bi.” Sambil berusaha tersenyum agar terlihat tegar.
Marsya lalu memberhentikan taksi yang lewat, masuk ke dalam dan menyuruh sopir taksi mengantarkan mereka pulang.
Dalam perjalanan Marsya terus melamun memikirkan kata-kata Elena tadi. Hingga mereka sampai di mansion.
***
Jangan lupa vote like dan komen ya readers, biar author tambah semangat menulis nya🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
elena pandai bersilat lidah
2021-08-20
0
Conny Radiansyah
jangan dipikirin Sya, tu perempuan gede bohongnya
2021-08-15
0
Aqilla Wijaya🥰
istri tulang rusuk, suami tulang punggung. PELAKOR TULANG RAWAN😂😂
2021-06-30
1