Pagi hari di kamar milik Gilang.
Terlihat Gilang baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya.
Ia akan bersiap-siap untuk pergi ke kantor.
Kalau di pikir-pikir sepertinya aku belum pernah memberi Marsya uang untuk membeli kebutuhannya, lagi pula Marsya juga tidak memintanya. Tapi kan sekarang ia sedang hamil, kalau ada yang ingin ia beli bagaimana. Batin Gilang bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
“Ah sudahlah, nanti ku berikan saja dia kartu ATM ku. Terserah mau ia pergunakan untuk apa.” Gumam Gilang sendiri sambil memakai pakaian kerjanya.
Sudah siap, Gilang kemudian turun ke bawah untuk sarapan.
Kebetulan di atas meja sudah ada roti dan selai juga teh yang Gilang tau pasti Marsya yang menyiapkannya.
Di bawah Gilang mencari keberadaan Marsya tapi tidak ia temukan.
Mungkin saja ia kembali ke kamar setelah menyiapkan ini. Pikir Gilang sambil menaikkan bahu seolah acuh.
Sedang sarapan tiba-tiba terdengar suara orang yang berjalan masuk dari arah depan.
Sontak membuat Gilang juga berbalik melihat ke asal suara tadi.
Marsya berjalan masuk ke dalam rumah, tadi setelah menyiapkan sesuatu yang bisa di makan oleh Gilang.
Marsya lalu berencana untuk keluar jalan-jalan di depan kompleks untuk menghirup udara segar.
“Dari mana saja kau?” Terdengar suara pria yang Marsya kenali, siapa lagi kalau bukan Gilang suaminya.
Heh suami? Ia saja menganggap ku sebagai pembantu di depan wanita lain. Batin Marsya yang menertawakan dirinya sendiri sudah menyebut Gilang suami nya.
“Saya baru dari depan Tuan. Habis jalan-jalan untuk menghirup udara segar.” Jelas Marsya.
“Oh.” Hanya itu jawaban Gilang, ia lalu melanjutkan sarapannya.
Marsya kemudian pamit ingin kembali ke kamar. Gilang hanya merespon dengan deheman saja.
15 menit kemudian.
Gilang sudah selesai dengan acara makan nya. Ia lalu berteriak memanggil Marsya karena ada yang ingin ia bicarakan sebelum pergi.
“Marsya … Marsya.” Panggil Gilang setengah berteriak.
“Iya tuan.” Kata Marsya sambil berjalan dengan terburu-buru setelah mendengar teriakan Gilang. Ia pikir Gilang akan memarahinya.
“Ini, gunakan kartu ini untuk membeli keperluanmu. Jangan pikir aku memberimu ini karna aku sudah menyukaimu. Aku memberikan kartu ini agar kau gunakan untuk keperluan selama mengandung anakku.” Ujar Gilang sambil melemparkan sebuah kartu kredit miliknya kearah Marsya. Marsya gelagapan menangkap kartu itu.
“Oh iya, satu lagi. Pin nya adalah ******” Ujar Gilang lagi.
Setelahnya Gilang langsung pergi dari hadapan Marsya menuju mobilnya untuk pergi ke kantor.
Sementara Marsya ia masih berdiri mematung dengan sebuah kartu di genggaman nya.
“Tidak apa-apa papa mu tidak menyukai mama, setidaknya ia masih memikirkan kamu di dalam.” Gumam Marsya sambil mengelus perutnya yang sudah mulai sedikit membesar itu.
Semoga kelak kamu juga bisa menerima keberadaan ku mas. Batin Marsya.
Marsya lalu pergi menuju kamar miliknya untuk membersihkan tubuhnya yang tadi sudah berkeringat habis jalan-jalan tadi.
Tadi setelah mendapatkan kartu ATM dari
Gilang tiba-tiba sebuah pikiran muncul untuk pergi membeli beberapa pakaian ibu hamil karena beberapa baju miliknya ada yang sudah tidak muat lagi.
Marsya berpikir untuk pergi ke sebuah mall yang ada di kota itu. Marsya pun bersiap-siap untuk pergi.
***
Sementara di tempat lain, Gilang sedang fokus dengan benda kotak yang ada di depannya.
Memainkan jari-jarinya di atas keyboard dengan lihainya. Konsentrasinya tiba-tiba terganggu setelah mendengar suara ketukan dari arah pintu.
“Masuk.” Perintah Gilang yang sekarang fokusnya teralih pada pintu ruangannya.
“Permisi tuan, ada nona Elena yang ingin bertemu dengan anda.” Jelas Doni pada Gilang.
“Biarkan dia masuk.” Balas Gilang memberi ijin.
“Baik tuan.” Doni lalu menyuruh wanita itu masuk setelah Gilang menginzinkan.
“Hai Gilang.” Sapa Elena dengan senyum manisnya.
“Hmmm, ada apa kau hingga kemari menemui ku.” Tanya Gilang kemudian.
“Aku ingin mengajakmu makan siang hari ini. Apa boleh?” Tanya Elena dengan suara manja nya.
Gilang terlihat berpikir sejenak.
“Baiklah. Tapi setelah aku menyelesaikan pekerjaanku.” Jawabnya.
Elena tersenyum senang mendengar jawaban Gilang, ia pikir Gilang akan menolak ajakannya tadi.
***
Di sebuah Mall di Jakarta.
Marsya sedang berjalan-jalan dari satu toko ke toko yang lain untuk mencari barang yang ia inginkan.
Marsya melewati sebuah toko perlengkapan bayi, ia pun tertarik untuk masuk. Disana ia melihat banyak sekali pakaian bayi yang lucu-lucu.
“Menggemaskan. Dek, nanti kalau kamu udah lahir mama beliin ya yang seperti ini.” Ujar Marsya sambil terkekeh sendiri merasa lucu membayangkan anaknya nanti memakai pakaian-pakaian menggemaskan ini.
Setelah melihat-lihat Marsya pun keluar ia berencana untuk pergi mengisi perutnya yang sudah meronta minta di isi.
Marsya pun ke salah satu tempat makan yang berada di mall itu, ia lalu memilih salah satu tempat yang ada di sana.
Sedang duduk menunggu pesannya tiba-tiba seorang pria datang menghampirinya.
“Hai Sya.” Sapa Leo duluan.
“Tuan Leo.”
“Panggil Leo saja, lagi pula saya bukan boss kamu.” Ujar Leo merasa tidak enak Marsya memanggilnya tuan.
“Ah iya Leo.”
“Boleh saya duduk disini.” Tanya Leo lagi.
“Ya silahkan.” Jawab Marsya sambil tersenyum ramah.
Pelayan pun datang membawa pesanan mereka berdua.
Mereka pun makan sambil sesekali berbincang.
Tanpa sengaja saat Marsya mengangkat kepalanya, ia melihat Gilang yang sedang berjalan masuk ke dalam restaurant yang saat ini Marsya tempati.
Di sebelah Gilang ada Elena yang berjalan sambil melingkarkan tangannya di lengan Gilang. Mereka tampak seperti pasangan yang serasi.
Cepat-cepat Marsya menundukkan kepalanya takut Gilang melihatnya.
Kenapa hatiku sakit melihat mas Gilang bersama wanita itu. Mas Gilang tidak pernah memperlakukan diriku sebaik itu, andai saja aku bisa meluluhkan hatinya, tapi sepertinya itu sangat tidak mungkin, hatinya terlalu keras untuk di tembus. Batin Marsya merasa miris dengan hidupnya.
Marsya mencari dimana Gilang dan Elena duduk. Ia memperhatikan Gilang yang sepertinya sangat perhatian pada wanita yang ada di depannya.
Karena tidak tahan melihat Gilang dan Elena, Marsya pun memutuskan untuk pergi dari sana.
“Leo, saya permisi duluan.” Pamit Marsya pada Leo.
“Sebentar. Biar saya mengantarmu pulang.” Kata Leo menahan Marsya.
“Tidak perlu, saya bisa pulang sendiri. Saya permisi.” Marsya langsung berlalu dari hadapan Leo dengan terburu-buru.
Leo hanya bisa menghela napasnya mendengar penolakan Marsya padanya.
Ia pun membiarkan Marsya pulang ia tidak ingin Marsya merasa tidak nyaman bila ia memaksa mengantarkan Marsya pulang.
Sementara Marsya ia langsung menaiki taksi yang lewat untuk mengantarnya pulang.
Sepanjang jalan pulang, bayang-bayang kemesraan antara Gilang dan Elena terus berkelebat di dalam pikiran Marsya.
Tanpa sadar air mata pun jatuh tanpa di
minta-minta.
Cepat-cepat Marsya menghapus air matanya dengan kasar.
Aku tidak tau harus sampai kapan aku bertahan dalam rumah tangga yang seperti ini. Yang bisa ku lakukan sekarang hanya sabar dan sabar sampai mas Gilang bisa menerima keberadaan ku.
***
Terima kasih pembaca setia Gilang dan Marsya🤗 Dukung novel ini ya dengan cara Vote Like dan Komen👍 Biar author tambah semangat menulis nya😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Cyntia Tram's
Marsya
2022-05-29
0
Conny Radiansyah
khan Gilang emang suka nyakitin hati loe Sya, ga usah diambil hati...biarin dia dengan kelakuannya sampai dia capek sendiri. Fokus sama kehamilan loe aja .. ok Marsya
2021-08-15
0
Adelina Damayanti
Marsya jgn di buat pnya perasaan sma Gilang Thor buat masa bodo aja
2021-04-22
1