Tidak terasa sudah sebulan lebih Marsya menjadi istri seorang tuan muda Baskara. Pemilik perusahaan terbesar di kotanya.
Hari-hari yang Marsya lewati hanya penuh dengan cacian dan makian dari Gilang untuknya, Gilang bahkan jika melihat Marsya akan langsung pergi dari hadapan Marsya. Ia selalu mengabaikan kehadiran Marsya di depannya.
Beberapa minggu ini Marsya melihat Gilang yang cukup berbeda dari biasanya. Gilang selalu memainkan ponselnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Tapi Marsya mencoba untuk tidak memperdulikan sikap Gilang yang seperti itu.
***
Hari ini merupakan hari sabtu, hari libur para pekerja.
Gilang yang masih nyenyak dengan tidurnya pun terganggu dengan dering ponsel yang berbunyi tanpa mau berhenti.
Dengan terpaksa Gilang membuka kedua matanya, meraih ponselnya yang ia letakkan di atas meja nakas samping tempat tidur.
Disana tertera nama ‘Mama’ pada layar ponselnya.
“Iya hallo ma.” Sapa Gilang setelah menggeser layar ponselnya.
“Pagi Gilang. Hari ini datanglah bersama Marsya ke rumah, ada yang mau papa dan mama bicarakan.” Ujar nyonya Baskara.
“Hmm. Baiklah mah, kalau begitu Gilang siap-siap dulu.”
“Ya baiklah. Kalau begitu mama tutup telfonnya.” Jawab nyonya Baskara lagi. Sambungan pun terputus. Gilang lalu beranjak keluar untuk menemui Marsya.
Di bawah Marsya sedang menyapu seluruh lantai ruangan yang ada di mansion tersebut.
Tiba-tiba ia mendengar suara Gilang yang memanggilnya dari atas tangga.
“Hei kau. Pergi dan bersiap-siaplah, mama menyuruh kita untuk ke sana, ada yang ingin mama dan papa bicarakan.” Sahut Gilang dari tangga.
Marsya menghela napasnya pelan setelah mendengar Gilang memanggilnya dengan sebutan yang kasar, meskipun itu sudah biasa Marsya dengar dari mulut Gilang tapi rasanya masih sangat menyakitkan mendengarnya.
“Iya mas.” Jawab Marsya.
Gilang lalu berbalik menuju kamar miliknya untuk bersiap-siap.
Sedangkan Marsya buru-buru menyelesaikan pekerjannya agar bisa pergi membersihkan diri.
***
Perjalanan menuju kediaman Tuan dan Nyonya Baskara.
“Selama di sana nanti. Berakting lah bahwa kita menjalani hidup dengan baik. Jangan coba-coba kau berbicara ataupun mengadu kepada mama untuk apa yang aku lakukan padamu. Apa kau mengerti!” Hardik Gilang memperingati Marsya.
“Iya mas, Aku mengerti.” Jawab Marsya selembut mungkin.
“Berhenti menyebutku dengan sebutan mas. Aku jijik mendengarnya.” Kata Gilang lagi.
“Baik Tuan.”
Mereka akhirnya sampai di kediaman orangtua Gilang.
Memasuki pintu depan, mereka langsung di sambut oleh nyonya Baskara.
“Hai sayang, akhirnya kalian datang juga.” Ujar mama Gilang sambil memeluk mereka satu per satu “Bagaimana kabar kalian?” Tanya mama Gilang lagi.
“Kami baik mah, bukan begitu Marsya?” Ujar Gilang sambil menajamkan pandangannya pada Marsya mengancam.
“I..iya mah. Kami baik kok” Jawab Marsya gugup setelah melihat Gilang yang menatapnya tajam.
“Baguslah kalau begitu. Ayo masuk, papa sudah menunggu di dalam.” Ujar mama Gilang sambil merangkul Marsya masuk ke ruang keluarga, sedang Gilang mengikuti dari belakang.
Sebenarnya anak mama dia atau aku sih. Umpat Gilang dalam hati merasa iri melihat Marsya yang lebih di perhatikan oleh nyonya Baskara.
***
Di ruang keluarga Tuan Baskara sudah duduk menanti kedatangan anak dan menantunya itu.
“Pah.” Sapa Gilang dan Marsya serempak sambil berjalan mencium tangan Tuan Baskara.
Nyonya Baskara sudah duduk di samping suaminya, sedangkan Gilang dan Marsya duduk bersama berhadapan dengan kedua orangtua mereka.
“Jadi mama dan papa memanggil kalian karna ingin memberi tahukan sesuatu pada kalian.” Ucap nyonya Baskara memulai pembicaraan “Papa bicaralah.” Nyonya Baskara mempersilahkan Tuan Baskara berbicara.
“Jadi sebenarnya papa dan mama akan pergi untuk waktu yang lama, kami berencana mengunjungi keluarga kakek Gilang di Perancis yang masih tersisa disana sekalian menikmati masa tua kami disana.” Kata Tuan Baskara memberi penjelasan.
“Lalu bagaimana dengan Gilang pah.”
“Kamu sudah besar nak, lagipula sekarang sudah ada Marsya yang akan menemanimu. Memperhatikan setiap kebutuhanmu. Jadi mama dan papa bisa tenang menghabiskan masa tua kami di sana.” Jawab Tuan Baskara.
”Tapi siapa yang nanti membantu Gilang mengurus masalah perusahaan jika papa pergi kesana.” Tanya Gilang lagi.
“Kamu sudah bisa memecahkan masalahmu sendiri tanpa bantuan papa, lagipula ada Doni yang selalu membantu mu disana. Dan kamu juga bisa menghubungi papa jika dalam keadaan mendesak, pasti akan papa bantu.” Jawab Tuan Baskara yang kali ini sudah tidak bisa di bantah oleh Gilang.
“Baiklah pah.” Ujar Gilang.
“Nak, jika Gilang memperlakukan hal buruk padamu. Kamu laporkan saja pada kami, akan kami beri dia pelajaran. Okey” Kali ini Tuan Baskara yang berbicara pada Marsya yang dari tadi hanya menyimak pembicaraan ayah dan anak itu.
“Iya sayang, jika anak nakal ini melakukan hal buruk atau tidak bertanggung jawab padamu. Telfon saja mama, nanti mama yang akan mengurusnya.” Tambah Nyonya Baskara.
“Mama dan papa apa-apaan sih, Gilang memperlakukan Marsya baik kok.” Elak Gilang memotong pembicaraan Marsya dan orangtuanya.
“Iya mah, pah. Mas Gilang memperlakukan Marsya dengan baik kok. Jadi mama dan papa tidak perlu khawatir.” Marsya berbicara sambil tersenyum agar nyonya dan tuan Baskara tidak curiga.
“Baguslah kalau anak itu sudah berubah.” Jawab nyonya Baskara sambil memperhatikan Gilang.
Gilang yang di tatap seperti itu menjadi gugup takut mama dan papanya tahu kelakuan nya terhadap Marsya.
“Ya sudah mah, pah. Gilang dan Marsya mau langsung pergi. Tadi kami tidak sempat sarapan jadi kami berencana makan di luar. Bukan begitu Sya?” Ucap Gilang agar cepat-cepat pergi dari sana.
“Iya mas.” Jawab Marsya.
Mereka langsung beranjak dari tempat duduk dan mencium tangan kedua orangtua mereka sebelum keluar dari rumah itu.
Sesampainya di luar, Gilang langsung menghembuskan napasnya kasar.
Untung saja mama dan papa tidak terlalu banyak bertanya pada wanita ini. Ujar Gilang dalam hati.
“Ayo masuk.” Perintah Gilang pada Marsya.
Marsya langsung bergegas masuk sebelum Gilang berteriak padanya.
Gilang langsung melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumah keluarganya.
Sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara hingga Gilang menghentikan mobilnya di depan sebuah restaurant yang cukup ramai.
“Ayo turun.” Perintah Gilang.
“Kita mau apa disini Tuan?” Tanya Marsya.
“Ya tentu saja makan, apa matamu buta tidak bisa melihat ini adalah restaurant tempat orang makan. Dasar kampungan.” Maki Gilang.
“Ayo masuk. Ingat kau berjalanlah di belakangku, jangan berjalan di sampingku. Aku tidak mau orang melihatku berjalan dengan wanita kampung sepertimu.” Ucap Gilang lagi.
Marsya yang sudah kebal dengan kata-kata Gilang hanya dapat menghembuskan napas pelan lalu mengangguk dan berjalan mengikuti langkah kaki Gilang masuk.
Gilang memilih tempat yang agak jauh dari keramaian, agar tidak di lihat oleh orang-orang yang mengenalnya.
Ia malu jika ada orang yang melihatnya makan dengan Marsya.
Apa yang akan ia katakan nanti jika orang yang melihatnya bertanya.
***
Author mau tanya dong, kalian lebih suka Happy Ending atau Sad Ending ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Ayu Hanifa
sad ending gak adil kalo Marsya harus memaafkan lelaki kaya gitu ending nya Marsya ketemu lelaki yang tulus mencintai dia apa adanya 👍
2022-09-20
0
Cerita Emmilia
kalau lihat kaya ginibaku kepengen sad ending buat gilang, dan happy endinh buat marsha jehhe
2021-08-22
0
Kartika Puspa Dewi
happy ending
2021-08-22
0