Matahari telah terbit.
Marsya menggeliat dari tidurnya, membuka mata dan sesekali mengerjapkan mata untuk mengumpulkan seluruh kesadarannya.
Marsya lalu beranjak dari atas tempat tidur lalu merapikan tempat tidur yang berantakan itu.
Setelahnya ia berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan menggosok gigi.
Selesai, ia pun turun untuk membuat susu hamil yang waktu itu ia beli di minimarket dekat mansion.
Dikamar atas Gilang masih tertidur dengan lelapnya. Tapi ia tiba-tiba terbangun mendengar suara burung yang berkicau di pagi hari.
Gilang pun beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri bersiap-siap menuju kantor miliknya.
Selesai dengan kegiatan mandinya ia pun berjalan menuju walk in closet untuk memilih pakaian apa yang akan ia gunakan hari ini.
Gilang memang menyiapkan segala keperluan kantornya sendiri, karena ia tidak memperbolehkan Marsya masuk dan menyentuh barang-barang miliknya yang ada di kamar.
***
Kembali pada Marsya.
Saat ini Marsya sedang duduk di depan TV sambil melihat berita-berita pagi.
Saat mengganti channel tiba-tiba matanya membulat melihat berita yang ada.
Gambar seorang wanita yang menggandeng tangan seorang pria dengan mesranya.
Bukan nya itu mas Gilang. Batin Marsya.
Di dalam berita di beritakan pengusaha muda yang terkenal sedang menghadiri acara dengan kekasihnya.
“Mereka memang cocok, mas Gilang memang cocok bersanding dengan wanita cantik sepertinya tidak seperti diriku yang seperti orang kampung.” Gumam Marsya dengan pelan.
Tanpa Marsya sadari air mata menetes dari matanya yang indah itu.
Saat ini Marsya merasakan hati nya sakit luar biasa melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain.
Suami? Gilang bahkan merasa jijik Marsya sebut dengan sebutan mas Gilang, apalagi Marsya menyebut suami, dapat di bayangkan cacian yang akan keluar dari mulut lelaki itu.
Tiba-tiba terdengar suara orang berjalan turun dari atas, Marsya tahu itu pasti Gilang.
Cepat-cepat ia menghapus air matanya dan mematikan siaran TV itu, takut Gilang melihatnya.
“Selamat pagi tuan. Apa tuan ingin sarapan? Biar saya ambilkan.” Sapa Marsya sambil tersenyum berusaha biasa saja di depan suaminya itu.
Gilang tidak menghiraukan Marsya ia fokus dengan ponselnya, sesekali ia tersenyum sambil mengotak atik ponselnya itu.
Mas Gilang pasti sedang ngechat dengan wanita yang ada di berita itu. Pikir Marsya.
Karena tidak ada tanggapan dari Gilang atas pertanyaannya tadi, Marsya memutuskan untuk pergi dari hadapan Gilang menuju taman belakang tempat favoritnya sekarang, sekedar duduk memperhatikan tanaman sekitar sambil memikirkan masa depan pernikahannya ke depan.
“Bagaimana dengan nasib pernikahan ku kedepannya ya, apa mas Gilang akan meninggalkan ku demi wanita itu.” Ucapnya
“Semua ku serahkan pada yang Diatas.” Pasrahnya.
***
Kembali pada Gilang.
Tanpa sarapan pria itu langsung bergegas menuju mobilnya, menaikinya dan menyalakan mesin mobilnya menuju ke perusahaan miliknya.
Pipp.
Bunyi klakson mobil menyadarkan Mang Ujang yang asik menonton di pos penjagaannya.
Mendengar bunyi klakson mobil, ia bergegas keluar membuka kan tuannya itu gerbang sambil menunduk hormat.
Gilang langsung keluar meninggalkan kawasan mansionnya itu menuju perusahaan
Baskara Group.
Sesampainya ia di kantor, ia keluar dari dalam mobil dan memasuki lobby kantor menuju lift khusus miiknya.
Ia menekan tombol lift yang akan mengantarkannya menuju ruangannya di lantai paling atas khusus presdir.
Ting.
Lift terbuka, di sana sudah ada Doni yang duduk di posisi miliknya yang berada di depan ruangan sang presdiri.
“Selamat pagi pak Gilang.” Sapa Doni sambil menunduk hormat.
Gilang hanya mengganguk dan beranjak masuk menuju ruangannya yang bersih dan rapi karena memang setiap pagi ruangannya itu akan di bersihkan oleh CS yang ada di kantor itu.
Ia pun membuka laptopnya dan langsung mengecek statistik kenaikan sahamnya beberapa hari ini.
Tok…tok…tok
“Masuk.” Jawab Gilang dari dalam ruangannya.
“Permisi tuan, ini merupakan dokumen yang harus anda pelajari untuk meeting sebentar.” Kata Doni sambil menyodorkan berkas itu.
“Letakkan di atas.” Jawab Gilang menunjuk dengan dagunya, dan kembali fokus dengan laptopnya.
“Baik tuan. Kalau begitu saya permisi kembali ke depan.” Sudah beberapa langkah ke depan tiba-tiba Doni berhenti “Maaf pak, saya lupa bilang bahwa meetingnya akan di lakukan jam 10 nanti.” Lapornya.
“Ehmmm.” Balas Gilang tidak mengalihkan pandangannya dari benda kotak itu.
Doni kemudian berjalan ingin keluar dari ruangan itu, tapi pikirannya terus berkelana tentang berita pagi ini.
Apa pak Gilang sudah melihat berita pagi ini tentang dirinya dan nona Elena?. Pikir Doni
Tadi ia ingin menanyakan hal itu pada atasannya tapi ia takut atasannya itu akan memarahinya karena terlalu ikut campur dengan urusan pribadi tuannya.
Baru saja sampai di depan pintu, Doni kembali berbalik menghampiri Gilang.
Gilang yang melihat Doni kembali pun bertanya “Ada apa lagi?” Tanyanya dengan kening berkerut.
“Emm itu tuan, apa anda sudah melihat berita pagi ini?” Tanya Doni takut-takut.
“Aku tidak punya waktu untuk melihat berita tidak penting.” Jawab Gilang yang kembali memfokuskan pandangannya pada laptop yang ada di atas meja kerjanya.
“Tapi berita pagi ini menyangkut anda tuan.” Jawab Doni yang langsung mendapat tatapan tajam dari Gilang.
“Tentang ku?” Tunjuk Gilang pada dirinya
“Berita mengenai apa? Perasaan aku tidak melakukan wawancara dengan media selama beberapa bulan ini.” Jawab Gilang merasa heran.
“Berita itu bukan mengenai bisnis tuan, tetapi mengenai anda dan nona Elena yang kemarin pergi bersama ke sebuah acara. Dan sepertinya ada yang memanfaatkan keadaan tersebut tuan, dengan menggambil gambar anda dan nona Elena.” Jelas Doni berhati-hati.
“Sial. Tunjukkan beritanya pada ku.” Perintah Gilang. Dengan cekatan Doni membuka ponselnya dan menunjukkan berita tersebut.
Gilang tampak menggeram kesal dengan berita yang di buat, yang menyatakan dirinya datang bersama sang kekasih.
Gambar dirinya dan Elena pun memang di ambil dengan angel yang sangat pas seperti pasangan yang serasi.
“Kau urus berita itu. Aku ingin berita tentang ku sudah tidak ada di beritakan sore ini.” Perintah Gilang.
Dengan menghela napas panjang ‘huft pekerjaanku bertambah lagi’ batin Doni.
“Baik tuan.” Pasrahnya.
“Keluar.” Tanpa merasa berdosa, Gilang mengusir sekertaris nya.
***
Sementara di mansion.
Sedang bergelut dengan pikirannya, tiba-tiba bibi datang menghampiri Marsya dengan tergesa-gesa.
“Non Marsya ini, ibu non Marsya menelfon.”
Sambil menyodorkan ponsel milik Marsya yang tadi Marsya letakkan di atas meja ruang tengah.
“Oh iya makasih bi.” Kata Marsya, bibi langsung pamit ke dapur.
“Iya hallo bu.” Sapa Marsya pada ibunya.
“Sya, kamu udah lihat berita pagi tadi belum.” Tanya Bu Lisa dari seberang sana.
“Berita apa ya bu?” Tanya Marsya pura-pura tidak tahu, padahal ia tahu ibunya pasti sudah melihat berita tentang suaminya tadi.
“Itu suami kamu, mesra-mesraan sama wanita lain. Ada beritanya tadi ibu lihat.” Jelas Bu Lisa.
“Emmm, anu.. eh itu bu, itu hanya teman mas Gilang saja kok.” Jawab Marsya gugup dan bingung ingin memberi alasan seperti apa pada ibunya.
“Memang Gilang sudah beri tahu kamu bahwa itu temannya?” Tanya bu Lina lagi masih belum percaya dengan apa yang di katakana oleh anaknya, karena di berita tadi tertulis jelas bahwa Gilang bersama sang kekasih bukan teman.
“Belum bu.” Jawab Marsya dengan pelan.
“Sya apa Gilang memperlakukan kamu dengan baik? Ibu mau kamu jujur nak.?
“Baik kok bu.” Bohong Marsya tidak ingin membuat ibu nya kepikiran.
“Kalau ada yang ingin kamu ceritakan sama ibu, ibu siap mendengarkan keluh kesah mu.” Kata Ibu Marsya, ia tidak ingin memaksa anakanya untuk bercerita karna ia tahu itu adalah urusan rumah tangga anaknya.
“Iya bu.” Balas Marsya.
“Lalu bagaimana dengan kabar Gilang dan kamu? Apa kalian sehat.” Tanya Bu Lisa lagi.
“Iya bu, kami berdua sehat. Bagaimana dengan kabar ibu sendiri?” Tanya balik Marsya.
“Ibu dan adikmu juga sehat.”
“Kamu baik-baik ya disana. Ibu tutup telfonnya.” Kata bu Lina sambil menutup sambungan telfon itu.
Entah mengapa ibu merasa kamu sedang menutupi sesuatu nak, semoga saja apa yang kamu katakan tadi benar adanya. Batin Bu Lina setelah sambungan di tutup.
Kembali pada Marsya.
Ia hanya dapat menghela napas setelah tadi di telfon oleh ibunya, ia takut ibunya akan kepikiran dengan berita tentang Gilang saat ini.
***
Terima kasih untuk vote dan like nya bagi kakak yang sudah mendukung novel Gilang dan Marsya ini🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Conny Radiansyah
semoga berita itu berpengaruh buruk pada perusahaan Gilang, biar kapok ...main" dengan pernikahan
2021-08-15
0
Ida Ismail
semoga marsya pergi jauh dari sibrengsek
2021-04-02
2
Riyanti Riri
insting seorang ibu memang kuat
2021-04-01
2