Azimah duduk di kursi belakang bersama Anastasia. Andra menatapnya lekat. Azimah yang menyadari di tatap Andra menoleh padanya.
"Ada apa?" tanya Azimah
"Kenapa tak duduk di kursi depan?" tatap Andra heran. Azimah pun menatapnya heran. Terlebih apa bedanya jika ia duduk di kursi depan atau belakang.
"Apa ada yang salah dengan aku yang duduk di kursi belakang?" tanya Azimah bingung.
"Tak ada yang salah, hanya saja aku merasa seperti supir Nyonya besar dan anaknya" jawab Andra lalu masuk kemobilnya.
Azimah kian bingung namun tak lama ia menyadari maksud Andra dan beralih duduk ke kursi depan. Andra tersenyum melihatnya.
Perjalanan pun di mulai. Azimah kini bertanya-tanya dengan sikap Andra pagi ini. Ia menatap pada Andra yang terlihat fokus dengan jalanan. Sementara Andra, ia menjadi gugup tak karuan menyadari Azimah sedang menatapnya. Ia menoleh dan mata mereka bertemu.
"Apa aku boleh bertanya?" tanya Azimah masih menatap Andra dengan lekat..
"Apa?" Andra menoleh singkat dan kembali fokus dengan kemudinya.
"Apa yang sedang Paman lakukan sekarang?" Andra menoleh sekilas, merasa lucu dan juga bingung dengan pertanyaan yang sebenarnya Azimah sudah tau jawabannya.
"Apa ada yang salah denganku?" Andra mengabaikan pertanyaan Azimah karena ia berpikir ada sesuatu yang salah dengannya hari ini.
"Iya!" jawab Azimah singkat namun berhasil membuat Andra kembali menatapnya bingung.
"Apa yang salah denganku?" tanya Andra sambil memastikan penampilannya hari ini.
"Pagi ini Paman membuatku salah paham lagi. Sudahlah, mungkin ini perasaanku saja?" elak Azimah tak ingin ambil pusing dengan tingkah Andra pagi ini.
Andra menatapnya sekilas lalu menepikan mobilnya karena memang sudah sampai di sekolah Anastasia. Mengantarnya masuk lalu kembali mengemudi untuk mengantar Azimah ke kantor.
Perjalanan kembali hening. Andra merasa canggung berdekatan dengan Azimah. Sementara Azimah hanya menatap keluar jendela. Membuang segala yang ada di pikirannya tentang Andra pagi ini.
"Azimah ...," panggil Andra pelan.
Azimah menoleh dan menatap rahang Andra yang sedikit di tumbuhi bulu-bulu halus.
"Emm" jawab Azimah
"Mengenai pertanyaan Iyas tadi malam, aku...,"
"Tak usah di pikirkan, Paman. Aku mengerti!" sela Azimah acuh.
"Maksudku bukan begitu, Kau salah paham padaku!" kata Andra yang ingin menjelaskan jawaban yang sebenarnya..
"Bukankah Paman memang selalu membuatku salah paham?" sindir Andra..
Andra menepikan mobilnya. Ia melonggarkan sabuk pengamannya dan menghadap Azimah.
"Aku menganggapmu sebagai wanita! Selalu!" tekan Andra pada kalimatnya.
Azimah yang semula membuang muka menoleh pada Andra dan tersenyum tipis..
"Wanita yang seperti apa? Aku tak pernah lebih dari seorang keponakanmu! anak sahabatmu yang dulu pernah kau tolong!" ungkap Azimah dengan nada bergetar.
Andra terdiam sesaat melihat wajah putus asa Azimah. Azimah bahkan membuang mukanya lagi.
"Apa aku selalu membuatmu salah paham?" tanya Andra sambil menyadarkan kepalanya di kursi kemudi menatap Azimah yang terus melihat keluar jendela.
"Kau tahu, aku menyukaimu karena perhatian yang kau berikan padaku. Aku sadar saat itu aku masih terlalu kecil untuk menyadari sebuah perasaan. Setiap kali aku mencoba menepisnya maka saat itu juga perasaanku kian kuat. Hatiku perih saat menyadari kau tak pernah menatapku" ungkap Azimah yang tak lagi memanggil Andra dengan sebutan paman.
Azimah menoleh kearahnya yang menyandar dengan tatapan yang tak Azimah mengerti.
"Sembilan tahun ...," suara Azimah kembali bergetar dan mata serta wajahnya memerah menahan tangis. Andra menjulurkan tangannya, memegang pipi Azimah yang terasa panas di telapak tangannya.
"Sembilan tahun bukan waktu yang singkat bagiku memendam semuanya sendirian. Kumusnahkan semua harapan bersama denganmu karena melihat kau begitu bahagia dengan keluargamu. Itu tak mudah, Andra!" air mata Azimah tumpah. Ia menunduk karena rasa perih yang menyusup di relung hatinya.
"Maaf ...," lirih Andra yang menangkup wajah Azimah dengan kedua tangannya.
"Setelah kepergian istrimu. Aku berharap mungkin ini adalah kesempatanku. Mungkin Tuhan mentakdirkan kita bersama setelah semua yang aku rasakan, namun lagi-lagi kau menolakku!" lanjut Azimah dengan terisak.
Andra tak kuasa lagi melihatnya. Andra menarik Azimah dalam pelukannya. Membiarkan apa yang tidak ia ketahui selama ini terungkap.
Azimah menarik pelukannya dari dada bidang Andra. Ia menatap Andra yang juga menatapnya dengan iba.
"Dan sekarang? kau datang seolah-olah ingin meraihku. Apa aku begitu terlihat menyedihkan di matamu?" tanya Azimah tajam.
"Azimah, a-aku, maafkan aku?" ucap Andra lirih yang tak tahu harus mengatakan apa selain maaf
"Tidak ada yang perlu di maafkan. Aku yang memang menyiksa diriku sendiri karena terlalu mengharapkanmu! Saat ini aku hanya ingin bahagia. Aku ingin bahagia meski aku tak bersama denganmu!" jelas Azimah pelan namun membuat hati Andra pilu mendengarnya.
Andra hanya menatap Azimah dalam-dalam. Tak menahan atau pun berusaha menghentikan keinginan Azimah. Azimah pun menatap Andra ke dalam matanya. Berharap Andra menahan dan memintanya untuk bertahan lebih lama lagi...
"Sekali saja ..., bisakah kau bicara untuk perasaanku?" batin Azimah mengiba dalam tatapannya.
"Apa dengan pergi dariku bisa membuatmu bahagia?" tanya Andra getir.
Matanya memerah, ia tak sanggup melihat Azimah terpuruk terlalu dalam, sementara ia sendiri belum yakin apakah ia bisa memberikan Azimah cinta sebesar apa yang Azimah berikan padanya.
"Aku tak yakin, mungkin iya mungkin juga tidak. Tapi kali ini aku tak akan membuat hatiku salah paham lagi padamu!" jawab Azimah lirih.
Tatapan mereka begitu dalam, seakan-akan saling menyelami hati masing-masing. Entah siapa yang memulai, bibir mereka menyatu tanpa di pandu. Mengobarkan api yang selama ini terpendam. Mencecap setiap jengkal untuk merasai rasa yang kaku.
Mereka saling *******. Begitu hangat. Hingga tak sadar bahwa mereka sudah beradu nafas dalam waktu yang lama. Azimah menarik diri saat kesadarannya membuyarkan semua kenikmatan sesaat itu. Azimah mendorong dada Andra yang begitu dekat dengan dirinya kemudian memalingkan muka darinya..
Andra menatap bingung reaksi Azimah. Ciuman mereka sangat menggebu. Lalu mengapa Azimah menghindarinya.
"Azimah ...," panggil Andra sambil memegang tangan Azimah.
Azimah menoleh sekilas. Menatap Andra yang masih menatapnya lekat.
"Maaf, aku terbawa suasana. Bisa kita pergi sekarang? Aku sudah terlambat ke kantor!" ujar Azimah pelan.
"Apa aku terlambat jika mencobanya sekarang?" tanya Andra tiba-tiba.
Azimah menoleh cepat, kembali menatap Andra dengan tanda tanya.
"Aku melakukan ini bukan karena aku kasihan, tapi karena aku memang menginginkannya. Aku ingin mencobanya? Apakah kau bisa memberiku kesempartan?" tanya Andra berharap.
"Mencoba sebagai apa? Kekasihku? Atau hanya ingin meyakinkan hatimu?" balik Azimah.
Andra mengusap wajahnya kasar. Ia melepaskan genggaman tangan Azimah.. Kini Azimah yang berbalik menatapnya tajam.
"Jika kau belum yakin maka sebaiknya jangan. Hatiku bukan tempat bagimu untuk meyakinkan sesuatu. Jangan membuat hatiku kian terluka dan menyedihkan dengan kebahagiaan semu darimu" jelas Azimah.
Andra pun tak menjawab lagi.. Ia menghidupkan kembali mesin mobil dan melanjutkan perjalanan lagi..
* * *
...Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ayyumi ndalu 💗💗
ya ampun andra kok gitu sih
2021-02-24
2
Wayan Andrea
azimah sama Ronald aj thor
2021-02-24
2
Lia Ayumi Gultom
ga nyesek klo Azimah bisa move on dengan cepat. 😅
2021-02-24
1