Sesampainya di rumah, Azimah segera di sapa Selma yang heran melihatnya melangkah dengan cepat dan tak menemukan Andra bersamanya.
"Azimah, di mana Andra?" tanya Selma sambil mendekati putri sulungnya yang hendak menaiki anak tangga.
"Tahu dari mana Ibu jika Paman Andra tadi bersamaku?" Tatap Azimah heran.
"Itu, ayahmu tadi menelpon jika Andra kemari bersama denganmu" jawab Selma.
"Oh, kami berpisah di jalan karena Paman Andra harus menjemput Anas di sekolah." jelas Azimah dan berbalik meninggalkan ibunya.
Selma mengikutinya dari belakang dan terus menanyai Azimah.
"Ini belum jam pulang Anas, lalu kenapa Andra menjemputnya begitu cepat?" tanya Selma kembali.
"Anas menelpon dan mengeluh sakit perut saat kami dalam perjalanan kemari" ujar Azimah sambil menghempaskan pantatnya di atas sofa.
"Anas sakit? Oh Tuhan, anak kecil itu bahkan tak bersuara sedikit pun. Bagaimana keadaannya sekarang? Apa dia merintih kesakitan?" tanya Selma bertubi-tubi hingga membuat Azimah menatapnya tajam.
"Dia terlihat lemas, 'Bu. Gurunya mengatakan jika Anas terkena diare. Aku menyarankan pada Paman Andra untuk membawa Anas ke rumah sakit saja jika memang di perlukan karena aku takut Anas kehilangan banyak cairan." Jelas Azimah lemah, diiringi tarikan nafas yang panjang.
Selma berbalik menatapnya tajam. Anaknya itu baru berusia 22 tahun, dia belum pernah melahirkan tapi tahu tentang kendala seorang anak. Ia pun menjadi bingung.
"Ada apa Ibu menatapku seperti itu? Apa aku mengatakan hal yang salah pada Paman Andra?" tanya Azimah menela'ah kata-kata tadi.
"Tidak, kau tidak salah. Bahkan saranmu sangat benar. Tapi, Ibu sangat bingung dari mana kau mendapatkan informasi tentang hal ini. Kau belum memiliki anak?!" Tukas Selma membuat Azimah memutar kedua matanya dengan malas.
Azimah beralih ke tempat tidurnya. Dan sedikit menghempaskan tubuhnya dengan keras di atas sana.
"Sekarang jaman sangat canggih, 'Bu. Kita bisa mendapatkan informasi dengan sangat mudah tentang banyak hal hanya dengan memainkan jemari kita di atas pons. Lagi pula aku sering melihat dan membantu Ibu saat merawat, Azirah, Alex atau pun Axel. Jadi aku cukup mengerti cara mengatasi hal ini." Ujar Azimah pelan.
"Ya kau benar. Baiklah, istirahatlah kau. Ibu akan membuatkan makan untuk Anas agar dia membaik. Nanti tolong kau antarkan, ya!" pinta Selma.
Azimah beranjak dari pembaringannya. Ia menatap Selma, Selma malah menatapnya dengan tatapan menyelidik.
"Kenapa? kau tak mau?" tanya Selma dengan cepat.
"Kenapa tak Ibu saja yang mengantarkannya sendiri. Aku lelah, Bu. Atau ibu ...,"
"Katakan saja kau memang menghindari Andra!" potong Selma dengan cepat hingga membuat Azimah menatapnya tak percaya.
"Apa yang Ibu katakan. Aku tak sedang menghindari siapa pun. Aku hanya lelah. Banyak hal yang terjadi hari ini di kantor dan Ibu malah menyuruhku mengirimkan makanan pada Anas. Seperti tak ada orang lain saja di rumah ini." Keluh Azimah sedikit meninggikan nada suaranya. Ia merasa kesal karena ibu seolah kembali membuka hal yang sebenarnya tak ingin ia bahas.
"Ibu tak bisa mengantarnya karena harus menghadiri rapat wali mulid Axel. Buktikan jika memang kau tak menghindari Andra." celetuk Selma keras seperti sedang menatang Azimah.
"Apa yang Ibu katakan? Apa pula yang harus aku buktikan, 'Bu? Baiklah aku akan mengantarkan makanan itu pada Anas. Apa Ibu puas?" tanya Azimah kesal.
"Bagus. Setidaknya kau bisa membuktikan bahwa kau memang benar-benar sudah melupakan Andra" ujar Selma lagi yang kembali mendapat tatapan tajam dari Selma.
"Apa lagi ini, 'Bu. Ayolah, berhenti mengatakan hal yang tak masuk akal. Aku benar-benar tak berharap apa pun lagi pada Paman Andra. Itu hanya cinta masa kecil yang konyol. Jadi aku harap Ibu tidak pernah mengatakan hal ini terlebih di hadapan Paman." Tegas Azimah.
"Jika kau memang tak memiliki perasaan apa pun lagi pada Andra, lalu mengapa hingga kini kau tak memiliki seorang kekasih pun? jangankan kekasih, teman dekat pria pun tak ada. Kerjaanmu selama ini hanya bermain dengan buku dan layar monitor saja. Kau tidak pernah bergaul dan bersenang-senang menghabiskan waktu remaja dengan teman seusiamu. Apa Ibu salah jika mengira kau masih menyimpan perasaan pada Andra" jawab Selma dengan keras.
"Bu ..., apa kalian lupa bahwa kalianlah yang membuatku berkutat dengan barang-barang itu. Kalian sangat bersemangat mendorongku untuk bergabung dalam perusahaan Ayah. Aku bergaul, 'Bu! Hanya tidak sesering yang kalian liat. Aku pun tak mungkin mengharapkan hal yang mustahil bagiku lagi. Cukup dulu aku sendiri yang menyaksikan bagaimana bahagianya Paman saat bersama Bibi Adelina. Bagi Paman, hanya Adelina-lah wanita dalam hidupnya. Jadi aku mohon, mohon dengan sangat agar Ibu berhenti mengatakan hal ini. Ini semakin membuatku bersalah pada Bibi Adelina." Ucap Azimah lirih dan melarikan dirinya ke dalam kamar mandi saat di rasa wajahnya mulai panas dan matanya mulai perih menahan bulir air yang hendak jatuh ke pipinya.
Selma menyesal telah mengatakan semua itu pada Azimah. Ia terbawa emosi karena mendengar pengaduan dari Andreas tentang keadaan Azimah di kantor beberapa hari ini. Di tambah tadi ia mendengar jika Andra membelanya di depan semua pegawai kantor Andreas, membuat Selma berpikir jika Azimah masih memiliki perasaan pada Andra. Meski ia tahu hal itu memang benar adanya. Poto Andra sudah menjadi bukti bagaimana Azimah menyimpan semua perasaannya sendirian. Selma melakukan semua ini hanya karena ingin memastikan bahwa Azimah akan bertindak bagaimana sekarang saat tak ada lagi Adelina di sisi Andra. Ia dan Andreas menyetujui hubungan Andra dan Azimah jika memang ini adalah kebahagiaan bagi Azimah. Namun sebelum itu, ia pun ingin menyadarkan Azimah tentang bagaimana perasaan Andra padanya, meski ini secara tak sengaja mendorong Azimah kian terluka karena kedekatan mereka lagi.
Selma meninggalkan kamar Azimah setelah ia tahu Azimah sedang menangis di dalam kamar mandi. Ia tahu, seharusnya tak mengatakan hal yang menyakitkan bagi Azimah. Tapi ia ingin menyadarkan Azimah dan Andra tentang hubungan mereka kedepannya. Apakah akan terus berdiri menjadi kerabat keluarga ataukah mencoba menjadikan hubungan kekerabatan ini menjadi erat.
Selma tak ingin menunggu lama lagi, ia takut Azimah larut dengan kesendiriannya dan tak berniat membangun hubungan dengan siapa pun. Bagaimana pun, usia Azimah dan Andra terus bertambah. Saat ini saja mereka akan menjadi perbincangan jika benar-benar menjadi pasangan, apalagi nanti saat usia mereka kian bertambah. Akan menjadi gunjingan yang terus-menerus mengusik telinga jika tidak di selesaikan sekarang. Mungkin ini tak masalah bagi Azimah dan Andra, namun ini bisa saja mempengaruhi masa depan adik-adiknya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Bang Pt
mantap
2021-02-16
2