Sepeninggalan Selma, Azimah membaringkan dirinya sambil menatap langit-langit kamar yang entah mengapa membuatnya begitu terlena. Pikiran yang jauh melayang pada ingatan masa lalu. Ketakutan yang membuatnya kian merinding saat membayangkan sosok dalam ingatan tersebut. Cinta masa kecilnya.
Setelah puas berkutat dengan pikirannya, Azimah beranjak dari kasurnya yang empuk itu. Azimah dengan malas masuk ke kamar mandi, menanggalkan semua pakaiannya dan memasrahkan diri di bawah guyuran air shower. Memejamkan mata sambil mencoba menghilangkan semua jejak-jejak kisah masa lalunya. Masa lalu yang manis namun juga menyimpan kepahitan untuk hatinya.
Setelah 30 menit lebih berada di sana, Azimah keluar dan mengenakan pakaian santainya. Ia menyudahi kembali kesendiriannya dengan cepat karena keluarganya sudah menantinya di meja makan. Benar saja, saat turun Ayah, Ibu dan adiknya sudah berada di sana.
"Kakaaak ...," teriak seorang anak kecil yang tak lain adalah Axel, adik bungsu Azimah buah cinta Selma dan Andreas.
"Wah, sepertinya kau begitu merindukanku sehingga memelukku begitu erat." Ujar Azimah membalas pelukan sang adik.
"Kau sangat sibuk sekarang 'Kak, aku jarang bertemu denganmu. Tentu saja aku merindukanmu!" tukas Axel dengan manja.
"Maafkan Kakak. Sekarang Kakak sudah kerja, banyak hal yang harus Kakak kerjakan. Nanti setelah Kakak libur, kita akan menghabiskan waktu bersama, hanya berdua." Bisik Azimah
Mata Axel berbinar, "Horeeee" teriak Axel dengan riang.
"Ada apa Axel?" tanya Selma yang kebingungan melihat anak bungsunya itu berteriak kegirangan.
"Tidak ada!" Dusta Axel.
Selma hanya menatap Azimah dan Axel dengan kecurigaan namun segera ia tepis dan mengajak keduanya duduk bersama untuk makan malam.
Makan malam pun usai, Azimah pun kembali kekamarnya. Kali ini ia tak langsung tidur melainkan mengambil kembali laptopnya dan mengerjakan semua hal yang di perlukan untuk berhadapan dengan Lee Company, perusahaan Andra sekaligus orang yang pertama Azimah cintai hingga saat ini.
Selma yang hendak kembali kekamarnya, menghentikan langkahnya saat melihat lampu kamar Azimah masih menyala. Ia pun mendekat pada pintu dan membukanya. Selma melihat anak gadisnya itu sangat fokus dengan beberapa kertas dan juga laptopnya hingga tak menyadari kedatangannya.
"Belum tidur, Azimah?" tanya Selma membuyarkan konsentrasi Azimah.
Azimah menoleh pada sumber suara. "Ibu ...," ujar Azimah mengetahui Selma yang tengah berdiri menatapnya. "Aku sedang menyusun proposal yang akan di bawa nanti ke perusahaan Paman Andra." Lanjut Azimah masih dengan kertas-kertas di tangannya.
"Andra?" Selma nampak bingung dengan pekerjaan putrinya yang mengaitkan Andra di dalamnya.
"Kau akan bekerja dengan Andra?" tebak Selma.
Azimah menoleh sekilas, namun kembali lagi ke layar monitor laptopnya sambil menjawab Selma.
"Tidak, 'Bu. Ayah menyerahkan tugas padaku untuk mewakili proyek kita dengan Paman Andra." jelas Azimah.
Selma nampak diam menatap putrinya yang menampakkan wajah biasa saja namun ia tahu ada sesuatu yang selalu Azimah sembunyikan darinya.
Andra, nama itu tak bisa Selma sebut dengan mudah di depan putri sulungnya itu. Walau Azimah selalu mengatakan padanya bahwa ia baik-baik saja, tapi Selma tahu, hingga kini Azimah masih menyimpan rapat cinta pertamanya itu.
Awalnya Selma selalu berpikir bahwa itu hanyalah cinta masa kecil pada umumnya yang akan hilang dengan berjalannya waktu. Namun Selma akhirnya berpikir mengapa hingga kini Azimah tak pernah memiliki seorang teman lelaki yang dekat dengannya. Itu karena Andra. Terlebih saat Selma menemukan photonya bersama Andra yang Azimah simpan diam-diam selama ini. Tapi Selma beruntung, Azimah menyadari posisinya dan bisa menjaga sikapnya, terutama di hadapan Adelina. Istri Andra yang kini sudah meninggal tiga tahun lalu.
Azimah sangat bisa memposisikan dirinya di hadapan Adelina hingga tak ada hal yang tidak diinginkan terjadi dengan mereka. Bagaimana tidak, Andra adalah sahabat Andreas yang sudah seperti keluarga bagi keduanya. Sedangkan Adelina adalah orang yang sangat dicintai oleh Andra. Kematian Adelina membawa luka yang kembali membuat Andra menjadi sosok dingin dan tak peduli dengan sekitarnya. Beruntung kehadiran Anastasia buah hati dirinya dan Adelina bisa membuat Andra sedikit hangat. Hanya saja kehangatan itu hanya diperuntukkan kepada Anastasia. Bahkan kepada Andreas dan Selma pun Andra enggan membagikan isi hatinya..
"Azimah, apa kau yakin bisa bekerjasama dengan Andra?" akhirnya kata-kata itu pun keluar dari mulut Selma.
Azimah yang semula nampak fokus dengan pekerjaannya, perlahan mulai menghentikan kegiatannya setelah mendengar apa yang ditanyakan sang Ibu padanya. Dengan mengatur raut wajahnya Azimah mencoba menatap Selma
"Memangnya mengapa, 'Bu? Bukannya lebih menyenangkan bekerja sama dengan orang yang sudah kita kenal?" tanya Azimah pura-pura tersenyum.
"Dari kecil kau memang tak pandai berbohong. Seperti saat ini, kau berusaha menutupinya namun Ibu masih tetap bisa melihatnya. Jika ini memang sudah kau putuskan, Ibu hanya bisa berharap agar kau baik-baik saja. Ibu hanya berharap kebahagiaan dari anak-anak Ibu. Jika kelak kau tak bisa meneruskannya, maka jangan sungkan mengatakan semuanya pada Ibu dan Ayah." Pinta Selam.
Azimah hanya tersenyum pada ibunya. Seperti biasa, saat ia tak bisa menjawab semua pertanyaan orang, Azimah akan tersenyum untuk menghentikan pertanyaan selanjutnya. Baginya, perasaannya tidak penting. Ia sudah bisa bertahan selama 9 tahun, maka selanjutnya hanya butuh waktu sedikit untuk mengikis semua perasaan yang tersisa. Ia pun sudah lelah memendam perasaan itu begitu lama, ia ingin bahagia meski Azimah sendiri pun tak yakin ia bisa bahagia dengan orang selain Andra..
"Ibu akan menemui Axel. Kau lanjutkan pekerjaanmu. Jangan tidur terlalu larut. Tak baik bagi kesehatanmu." Ujar Selma sambil mengusap lembut puncak kepala Azimah.
Azimah hanya tersenyum mengiringi kepergian sang Ibu dari kamarnya. Tapi setelah pintu tertutup, apa yang tadi menjadi konsentrasinya kini buyar seketika. Azimah meraih ponselnya dan melihat jam di layar atasnya.
"Jam sepuluh malam. Apa dia sudah tidur?" pikir Azimah.
Azimah meletakkan kembali ponselnya dan membereskan semua berkas-berkasnya. Lalu mencuci wajahnya dan bersiap untuk tidur.
Selma menaiki ranjangnya dengan perlahan. Mematikan lampu kamarnya dan masuk ke dalam selimutnya. Baru saja ia hendak memejamkan mata, ponselnya bergetar kuat hingga membuat matanya kembali terbuka.
Azimah meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Lalu melihat siapa yang menghubunginya di waktu selarut ini.
"Andra." Ucap Azimah lirih saat melihat nama di layar atas ponselnya.
Dengan cepat ia menjawab panggilan tersebut.
"Halo." Kata Azimah pelan.
"Kau sudah tidur?" tanya Andra dari seberang sana.
"Apa aku akan menjawab panggilan paman jika aku sudah tidur" jawab Azimah ketus.
Entah mengapa jika berhadapan dengan Andra Azimah akan berperilaku berbeda. Ia cenderung lebih kasar dan ketus jika orang tersebut adalah Andra.
"Oh iya, aku lupa. Iyas mengatakan jika kau yang akan mengambil proyek kerjasama nanti, apa itu benar?" tanya Andra.
"Iya benar, tapi Ayah mengatakan jika aku berhasil memenangkannya. Jika tidak maka itu tidak berlaku." jelas Azimah.
"Memenangkannya bagaimana? Bukankah proyek yang akan kau tangani minggu depan sudah menjadi milik Grup Lu?" ujar Andra bingung.
"Maksud Paman apa? Ayah sendiri yang mengatakan padaku, aku masih harus mengajukan proposal agar memenangkan proyek ini." Ungkap Azimah
"Tidak Azimah, proyek ini sudah diambil oleh perusahaan ayahmu. Andreas Lu. Aku belum tua untuk mengingat siapa saja yang sudah bekerjasama denganku." tegas Andra.
Azimah diam sejenak, ia seperti di bodohi dua kali oleh ayahnya. Tapi Azimah akan memikirkan hal itu nanti. saat ini ia harus menghadapi Andra terlebih dahulu..
"Ah begitu, baiklah kalau begitu. Ada apa Paman menelponku malam-malam seperti ini?" tanya Azimah mengalihkan pembicaraan.
"Itu, aku hanya akan mengatakan, besok aku akan datang ke perusahaan kalian. Aku ingin kau memberikan data-data barang masuk dan keluar dari perusahaan kalian ke perusahaanku." jelas Andra..
"Bukankah itu bisa Paman minta pada pegawai Paman?" tanya Azimah heran.
"Aku tahu, aku hanya ingin mencocokkan saja." lanjut Andra.
"Kau mencurigai ada yang bermain kotor denganmu? Siapa mereka? dari perusahaan Lee atau Lu? Ah, sudahlah ini bukan urusanku, Paman bahas saja ini dengan Ayah nanti. Aku akan menyiapkan semua yang Paman minta, kali ini biarkan aku tidur karena aku butuh waktu istirahat yang berkualitas." Ujar Azimah sambil memutuskan panggilan telepon mereka.
Dada Azimah berdegup kencang saat menerima panggilan dari Andra. Baru kali ini Andra menanyakan begitu banyak pertanyaan. Meski ini hanya tentang pekerjaan namun berhasil membuat jatung Azimah bergetar kembali.
"Aku akan memberimu waktu satu bulan. Jika Andra memang tak menginginkanmu maka aku yang akan menyerah." Ucap Azimah pada hatinya.
Dengan senyuman lebar, Azimah kembali berbaring dan melanjutkan tidurnya sambil berharap Andra berada dalam mimpinya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Siti Ashari
ooh sangat menarik nich
2021-03-17
1
Bang Pt
lanjut thor
2021-02-14
1
Ayyumi ndalu 💗💗
yes akhirnya up jg 😍😍😍
2021-02-13
1