Andra menghubungi dokter pribadinya ketika Anas terjaga. Azimah dengan setia menemaninya dan membujuk Anastasia agar mau makan. Beruntung Anastasia tak menolak. Ia melahap semua makanan yang dibuatkan Selma, membuat Andra sedikit tenang tentang keadaanya.
"Kak, apa Kakak akan menginap malam ini? aku masih ingin ditemani 'Kak Azimah" ujar Anastasia memelas.
Azimah bingung mau menjawab apa. Ia tak pernah menginap di tempat siapa pun meski itu adalah seorang wanita. Dan ini, ia di minta menginap di rumah Andra. Azimah pun menatap Andra seperti meminta tolong.
"Jika kau bersedia aku akan menelpon Iyas untuk mendapatkan izin" sela Andra cepat.
"Tapi Paman, a-aku ...,"
"Aku meminta tolong padamu, Azimah. Bantu aku sekali ini saja!" mohon Andra mengiba pada Azimah.
Azimah pun tak kuasa melihatnya. Akhirnya ia menganggukkan kepalanya. Andra pun dengan cepat menghubungi Andreas untuk meminta izin padanya.
"Halo, Iyas. begini, aku memerlukan izin darimu untuk memperbolehkan Azimah menginap malam ini dirumahku. Anas sedang sakit dan dia ingin di temani Azimah." Ucap Andra dengan cepat.
"Apa tidak salah Anas meminta Azimah menginap. Bukankah mereka tak akrab?" tanya Andreas dari seberang ponsel dengan nada heran.
"Entahlah, tapi begitulah permintaannya. Lalu bagaimana? apa Azimah boleh menginap di sini?" tanya Andra yang tak ingin berbasa-basi lagi.
"Semua ada apa Azimah. Jika dia bersedia maka aku mengizinkannya. Lagi pula kita bukanlah orang asing, tak perlu sungkan seperti ini padaku, tanyai Azimah saja. Aku memberinya keputusan penuh. Dia bukan anak kecil lagi" jelas Andreas.
"Lalu bagaimana dengan Selma?" tanya Andra ragu.
"Aku yang akan bicara padanya" jawab Andreas meyakinkan.
"Baiklah, sampaikan terimakasihku pada Selma. Aku akan mengundang kalian lain waktu untuk membalasnya" ujar Andra.
"Akan ku sampaikan nanti padanya. Jaga putrimu dan putriku baik-baik. Jika pulang besok ada suatu yang kurang pada Azimah. Kau akan berhadapan langsung padaku!" ancam Andra dengan sedikit gurauan.
"Apa maksudmu, Iyas? Aku tak mungkin berbuat yang tidak-tidak pada Azimah. Masih banyak wanita di luar sana yang sudah matang. Kau membicarakan hal aneh" jawab Andra dengan gurauan jua.
Azimah yang mendengarnya hanya menundukkan kepala. Betapa keras pun ia berusaha, Andra tak akan melihatnya sebagai seorang wanita.
Hati Azimah perih, namun dengan cepat ia menguasai keadaan agar tak memunculkan kecurigaan bagi Andra.
Tak lama, Andra pun menyudahi obrolannya dengan Andreas. Ia kembali menatap Azimah yang kini menunduk sambil memainkan jari-jarinya.
"Iyas mengizinkanmu menginap. Aku akan meminta ART untuk menyiapkan kamarmu." Kata Andra kemudian berlalu dari hadapan Azimah.
Azimah hanya menatap sayu kepergian Andra. Setiap kali ia ingin melupakan Andra, selalu saja ada suatu hal yang membuat mereka menjadi dekat kembali, dan hati Azimah kembali luluh padanya.
Ketika Azimah sedang melamun memikirkan segala hal yang menyangkut mereka, Ponselnya berdering. Azimah pun mengangkatnya setelah mengetahui sahabatnya lah yang menghubunginya.
"Halo, Mei. Ada apa?" tanya Azimah cepat.
"Kau di mana? Aku ingin mengajakmu pergi nanti malam" jawab Mei.
"Nanti malam, sepertinya aku tak bisa Mei. Aku menginap di rumah Paman Andra, Anas sedang sakit saat ini." Jelas Azimah..
"Kau di rumah Paman Andra? Apa kau bercanda. Lalu bagaimana saat kalian bicara? Apa kau masih merasa gugup? Oh ayolah, Azimah, kau mengatakan ingin menyerah pada Andra. Lalu mengapa kau bisa menginap di sana? Jangan katakan padaku jika kau merubah keputusanmu!" omel Mei panjang lebar dengan nada tinggi menyatakan kekesalannya pada Azimah.
"Tidak, Aku hanya membantunya merawat Anas. Mengenai keputusanku itu, aku tak akan berubah. Aku siap melakukan kencan buta seperti yang kau sarankan. Hanya saja, jangan lakukan dalam minggu ini. Aku sedang mengerjakan proyek baru, jadi akan sibuk" ungkap Azimah menenangkan sahabatnya itu.
"Kau serius bukan? Kau tidak sedang mengerjaiku saja?" tanya Mei tak percaya.
"Iya, aku serius. Sudahlah, kita lanjut lagi nanti. Aku ingin melihat Anas dahulu" kata Azimah mengakhiri percakapan mereka.
Sambungan itu pun terputus. Azimah meletakkan tasnya dan kembali masuk ke dalam kamar Anas. Anas masih terlelap. Azimah pun mendekat dan duduk di sisi tempat tidur.
Azimah melihat poto pernikahan Andra dan Adelina yang terdapat di atas nakas. Azimah meraihnya. Ia mengusap poto yang sedang menampakkan Andra tersenyum lebar sambil memperlihatkan cincin yang melekat pada jarinya disertai Adelina yang juga tak kalah bahagianya.
"Kalian sangat serasi. Bibi Adelina sangat sempurna. Wajar saja jika Paman tidak bisa berpaling sedikit pun darinya" puji Azimah dalam hati.
Saat Azimah sedang memperhatikan poto pernikahan Andra, Andra masuk dan sedikit kaget melihat ekspresi Azimah. Azimah yang menyadari kedatangan Andra kembali meletakkan bingkai poto tersebut ke tempatnya.
"Aku teringat bagaimana senyuman indah Bibi Adelina yang selalu terukir di wajahnya. Kini aku hanya bisa melihatnya dari dalam bingkai poto" ucap Azimah lirih.
Andra tersenyum kecil, mendekati Azimah dan mengambil bingkai poto mereka.
"Kau benar, senyuman ini tak pernah bisa aku lupakan. Adelina sangat mengerti aku. Andai dia masih ada di sini, mungkin Anas akan lebih bahagia lagi" ujar Andra sambil mengusap lembut bingkai photo tersebut tepat di bagian bibir Adelina.
Azimah hanya tersenyum. Hingga kini tak pernah Azimah melihat binar mata yang bahagia dari Andra saat menatap wanita selain Adelina dan Anas, begitu pun juga dirinya. Ia merasa iri pada Adelina yang selalu saja bisa mengukir senyuman meski tak lagi berada di samping Andra.
"Bahkan dengan potomu saja, kau kembali memenangkan Andra, "Bi" batin Azimah lirih.
Anas menggerakkan tubuhnya sambil membuka matanya perlahan. Andra segera mendekat dan duduk di sisi Anastasia. Kecupan-kecupan kecil Andra berikan pada Anastasia yang baru saja terjaga dari tidurnya. Azimah berdiri dan mendekat pada Anastasia.
"Apa yang kau rasakan saat ini, Anas? Apa perutmu masih sakit?" tanya Azimah lembut dan mendapat anggukan dari Anastasia.
"Tunggulah sebentar, Kakak akan menghangatkan bubur dan sup. Ibuku tadi membuatnya untukmu!" ujar Azimah, mengusap lembut puncak kepala Anastasia. Kemudian berlalu dari hadapan Andra dan Anastasia.
Andra membawa Anastasia dalam pangkuannya. Sambil terus memeluk dan memberikan kecupan hangatnya pada area kepala Anastasia.
"Apa Ibu Selma yang mengirim 'Kak Azimah kemari, Ayah?" tanya Anastasia.
"Iya, ada apa?" Andra sedikit heran dengan pertanyaan Anastasia.
"Bisakah kita meminta 'Kak Azimah menginap malam ini!" tanya Anastasia lagi.
"Tentu saja bisa, asal kau menghabiskan semua masakan yang telah di buat Ibu Selma." Rayu Andra.
"Baiklah aku akan menghabiskan semuanya" jawab Anastasia yakin.
Andra pun tersenyum lega. Dan kembali memeluk tubuh Anastasia lagi.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments