Selma menunggu kepulangan Andreas, berharap Andreas bisa membujuk Azimah agar mau keluar kamarnya. Ia sungguh khawatir dengan keadaan Azimah, terlebih Azimah bukanlah wanita yang mudah merajuk.
Jam 8 malam Andreas tiba di rumah namun tak menemukan siapa pun yang menyambutnya. Biasanya Selma akan menunggu di ruang keluarga dan menyambutnya pulang dengan senyuman yang khas diwajahnya, namun kini ia tak menemukan istrinya itu. Ia pun berteriak memanggil istrinya tersebut.
"Selma ... Selma, aku pulang!" Kata Andra dengan suara lantang.
Bukan kehadiran Selma yang ia dapatkan melainkan seorang pelayan yang menghampirinya dengan wajah cemas.
"Maaf Tuan, Nyonya sedang membujuk Nona Azimah!" ujar pelayan itu sopan.
"Kenapa dengan Azimah?" tanya Andreas penasaran.
"Nona Azimah tak mau membuka pintu sejak tadi sore, tepatnya saat pulang dari rumah Tuan Andra" jelas pelayan tersebut.
"Ada apa lagi dengan Azimah dan Andra?" batin Andreas. Andreas pun segera berlari ke lantai atas di mana kamar Azimah berada.
"Azimah, Azimah, buka pintunya atau Ibu akan sangat marah padamu! Ceritakan pada ibu 'Nak, jangan mengurung diri seperti ini!" pinta Selma yang terus membujuk Azimah.
Andreas yang melihatnya segera menghampiri Selma..
"Apa yang terjadi? Apa kau sudah menghubungi Andra?" tanya Andreas
"Jangan sebut nama Andra dihadapanku, jika sesuatu terjadi pada Azimah aku tak akan pernah memaafkannya!" geram Selma.
"Selma, tenangkan dirimu. Jangan panik seperti ini. Biar aku coba bicara pada Azimah." Ujar Andreas menenangkan Selma.
Andreas pun mendekat pada muka pintu, mengetuk pintu perlahan dan mulai bicara pada Azimah.
"Azimah, ini Ayah. Buka pintunya. Ibumu sangat mengkhawatirkanmu!" Kata Andreas
Berulang kali Andreas mencoba namun Azimah tetap tak mau membuka pintu kamarnya. Jangankan untuk membukanya, menjawab mereka pun enggan.
"Kita tak bisa membiarkannya seperti ini. Ambilkan kunci cadangan!" perintah Andreas.
"kunci cadangannya tak ada Iyas, jika ada aku sudah melakukannya sedari tadi. Ayo Iyas, lakukan sesuatu. Aku tak ingin terjadi sesuatu pada Azimah di dalam sana!" kata Selma panik.
"Kalian menyingkirlah, Aku akan mendobrak pintu ini!" perintah Andreas yang langsung diikuti Selma dan beberapa pelayan yang sedari tadi menemani Selma.
Percobaan pertama Andreas gagal, begitu pun dengan percobaan kedua.Tiga kali percobaan akhirnya pintu itu pun terbuka. Terlihat Azimah sedang menunduk memeluk kedua kakinya di samping ranjang, melihat pintu kamar yang terbuka Azimah pun mengangkat kepalanya. Selma yang melihat keadaan putrinya itu bergegas lari dan memeluk Azimah.
"Ibu, aku benar-benar tak berniat melukai Anas!" Kata Azimah dengan suara yang serak.
"Ibu tahu, Sayang. Jangan menangis! Kau tak salah, Andra saja yang terlalu berlebihan." Jawab Selma menenangkan Azimah.
Andreas merasa tak tega dengan keadaan Azimah, ia pun melarikan diri dari kamarnya. Mengatur nafasnya yang seperti tercekat di tenggorokkan.
Lama waktu berlalu, Andreas masih setia dengan kesendiriannya sambil menikmati rokok ditangannya. Selma menghampiri Andreas dan duduk di sisinya.
"Bagaimana dia?" tanya Andreas lirih.
"Sudah lebih baik, namun Azimah masih tersedu bahkan setelah ia terlelap" jelas Selma.
"Apa yang sebenarnya terjadi? mengapa Azimah sangat sedih seperti ini?" tanya Andreas bingung.
Selma pun menceritakannya. Bagaimana Andra bicara begitu kasar pada Azimah.
"Sebenarnya itu bisa dipahami, Andra terlalu panik saja. Kau tahu, bukan. Andra sangat menyayangi Azimah!" jawab Andreas mencoba mencerna keadaannya.
"Kau benar, hanya saja Azimah menganggapnya berlebihan karena perasaan Azimah yang masih tertuju pada Andra. Aku pun tadi sempat tersulut emosi pada Andra ketika mendengar penjelasannya. Jika saja Azimah bisa melupakan Andra, mungkin hal ini takkan terjadi padanya" jelas Selma.
"Apa kau yakin Azimah benar-benar masih menyimpan perasaannya pada Andra?" tanya Andreas memastikan.
"Entahlah, tapi semua hal tentang Andra masih Azimah simpan dengan rapi dikamarnya meski tak ia tunjukkan pada kita" jawab Selma meyakini praduganya.
"Sudahlah, kau sudah makan? Maaf aku terlalu panik hingga mengabaikanmu!" Kata Selma.
"Aku tak berselera saat ini, besok pagi aku akan bicara pada Andra. Mungkin dengan Andra meminta maaf pada Azimah, Azimah bisa lebih baik lagi!" ucap Andreas yang kini sudah berdiri beranjak dari tempat duduknya.
Selma pun menyusulnya dan menyiapkan semua kebutuhan yang belum ia sediakan karena terlalu fokus pada Azimah.
***
Malam sudah berganti pagi, matahari mulai menyinari alam semesta yang menjanjikan segala macam bentuk kebahagiaan. Azimah sudah selesai bersiap dan hendak berangkat ke kantor. Andreas dan Selma nampak kebingungn dengan perubahan wajah Azimah yang begitu cepat. Namun mereka bersyukur karena Azimah tak berlarut-larut dalam kesedihannya.
"Ibu, Ayah, Aku berangkat lebih awal. Aku sudah di tunggu Mei di depan." Ujar Azimah sembari mengambil beberapa lembar roti dan mengolesnya dengan selai.
"Azimah, jangan terlambat. Hari ini pembahasan tentang proyek dengan Lee company!" ujar Andreas.
"Aku tak lupa, Ayah. Aku akan datang tepat waktu!" jawab Azimah.
Azimah pun melambaikan tangannya pada Selma dan Andreas, kemudian setengah berlari ke pintu keluar.
"Maaf menunggu lama!" kata Azimah pada Mei.
"Tak masalah jika itu bisa membuatmu lebih baik" jawab Mei lalu menjalankan mobilnya kembali.
"Kita akan sarapan di mana?" tanya Azimah sembari mengunyah roti yang ia bawa dari rumahnya.
"Kau menanyakan sarapan, lalu apa yang sekarang yang ada di tanganmu itu" sungut Mei.
"Ini hanya pengganjal perutku, aku kelaparan karena tadi malam akun tak makan" jelas Azimah.
Mei hanya menggelengkan kepalanya saja dan kembali fokus dengan jalanan.
"Cinta terkadang memang bisa membunuhmu secara perlahan. Siapa sangka seorang Azimah akan menangis hanya karena sugar daddynya!" kekeh Mei menggoda sahabatnya itu.
Azimah hanya memukul ringan lengan Mei sambil mendengus kasar.
"Ayolah Azimah, Kita sebentar lagi akan berusia 23 tahun. sudah waktunya kita melepaskan yang tidak pasti. Waktumu terlalu berharga hanya unuk kau sia-siakan pada pria yang tak pernah melirikmu!" kata Mei berusaha menyadarkan sahabatnya itu.
"Iya, iya. Aku tahu! Itulah mengapa aku ingin menuruti saranmu!" jawab Azimah membela diri.
Mei langsung mengacungkan jari jempolnya pada Azimah yang terlihat lebih baik dari pada saat ia menelponnya tadi malam.
"Apa dia tampan?" tanya Azimah tiba-tiba.
"Dia lumayan tampan, setidaknya kau tak akan mendapatkan gosip saat berjalan dengannya" jawab Mei setengah menyindir.
"Baiklah, aku jadi penasaran siapa orangnya!" ujar Azimah dengan seringaiannya.
"Kau mengenalnya!" seru Mei makin membuat Azimah penasaran.
Tak lama, mereka pun tiba di sebuah caffe yang tak jauh dari kantornya Azimah. Azimah dan Mei segera turun dan masuk ke cafe tersebut.
Mei terlihat mengitari seisi cafe mencari seseorang yang ia maksud. Ketika mendapatkan keberadaanya, Mei segera menghampirinya.
"Hai, Ronald." Sapa Mei lalu duduk di seberang pria yag ia panggil Ronald.
Azimah nampak tercengang dengan teman yang akan di kenalkan Mei padanya.
"Hai, Ronald." Sapa Azimah yang langsung di tanggapi ramah oleh Ronald.
"Apa kabar, Azimah. Lama tak bertemu." Balas Ronald menyapa dengan ramah dan mempersilahlahkan Azimah untuk duduk sementara Mei suah beranjak dan sedang memesankan sarapan mereka.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ayyumi ndalu 💗💗
lanjut author sayang 😘😘😘
2021-02-18
1