Azimah dan Ronald tiba di sebuah restoran yang cukup mewah. Ronald sengaja membawanya kemari karena ia ingin mendapatkan makan malam yang berkesan bersama Azimah. Awalnya Azimah menolak, namun karena Ronald terus mendesaknya akhirnya Azimah pun mau menuruti keinginan Azimah.
"Kau ingin menguras isi dompetku sehingga kau mengajakku kemari?" gurau Azimah dengan tatapan yang sedikit tajam.
"Haha ..., kau takut miskin, Azimah? Ayolah, kau anak seorang presdir. Ayahmu memiliki dua perusahaan besar dengan cabang yang ada di seluruh kota! Kau tak akan miskin hanya dengan mentraktirku di sini!" ujar Ronald dengan tawa lepasnya.
"Kau terlalu berlebihan memandangku, Ronald. Yang kaya adalah ayahku, bukan aku!" jawab Azimah yang tak suka seseorang melihatnya sebagai putri dari keluarga Lu. Ia lebih suka saat seorang melihat dirinya sebagai Azimah tanpa embel-embel ayahnya.
"Tapi itulah kenyataannya. Ayahmu tak akan membiarkanmu hidup susah sedikit pun. Maaf, bukan aku bermaksud sesuatu. Kadang aku sendiri bingung dengan cara hidupmu. Kau lebih memilih hidup sederhana, makan dan minum di pinggiran jalan. Memakai barang-barang yang sederhana meski sebenarnya kau memiliki segalanya. Makanya aku dulu bingung bagaimana cara mendekatimu. Dan akhirnya aku menjahilimu hanya untuk menarik perhatianmu. Setidaknya kau akan terus mengingatku meski dengan kenangan yang tidak baik" jelas Ronald lirih.
"Sudah, sudah, semuanya sudah berlalu. Yang penting kau sekarang tak seperti itu." jawab Azimah yang tak ingin pembicaraannya melangkah lebih jauh lagi.
Makanan yang mereka pesan pun tiba. Keduanya pun menyantap makan malam mereka dengan lahap. Kadang mereka berbincang di tengah-tengah makan malam mereka. Mengingat masa lalu mereka dan berakhir dengan tawa yang lebar dari keduanya.
Tanpa mereka sadari, Andra mengawasi mereka dari kejauhan. Ia melihat Azimah tertawa lepas bersama Ronald. Melihat itu semua hatinya menjadi tak nyaman. Ada bara yang sedang menyala di dalam tubuhnya. Andra berusaha untuk tidak tersulut dengan bara api itu meski ia sendiri merasakan panas dari bara tersebut. Dengan berat hati ia meninggalkan Azimah dan Ronald yang sedang berbincang sambil menikmati makan malam mereka.
Andra mengendarai mobilnya dengan kencang. Melampiaskan sejenak perasaan yang tak karuan dalam hatinya. Berkali-kali ia menolak apa yang ada dalam hatinya. Ia tak ingin mengakui bahwa ia mulai tertarik dengan Azimah. Namun setiap kali ia berusaha mengingkari hatinya semakin membuatnya tak karuan. Seperti malam ini, Ia membuntuti Azimah dan Ronald meski ia tahu hal ini salah. Namun demi memuaskan rasa keingintahuannya, Andra tetap melakukannya.
Drrrtt... drrrt..
Ponsel Andra berdering dan terpampang nama Charlotte di sana.
"Katakan, Charlotte ada apa kau menghubungiku?" tanya Andra dengan nada kesal.
"Calm down, Baby. Aku baru menghubungimu setelah sekian lama. Apa ini cara bicaramu pada sahabatmu ?" tanya Charlotte yang tak tahu apa kesalahannya hingga membuat Andra tak suka dengan panggilan darinya.
"Maaf, aku sedang menyetir dan sedikit lelah. Ada apa?" ujar Andra menurunkan nada bicaranya.
"Proyek yang kita tangani akan kita tinjau besok. Apa kau sendiri yang akan meninjaunya?" tanya Charlotte.
"Iya, aku dan Azimah akan meninjaunya besok!" jawab Andra seadanya.
"Azimah? Siapa dia?" tanya Charlotte bingung.
"Ah, aku lupa, kau tak ikut rapat tadi siang. Dia anak Andreas Lu yang akan mewakili perusahaan Lu besok. Baiklah kita bahas nanti saja, aku sedang menyetir" Putus Andra.
Andra pun kembali menaikkan speedo meter kendaraannya, berusaha melenyapkan Azimah dari bayang-bayangnya malam ini.
Tiba di rumah, Andra langsung membersihkan diri. Merendam dirinya dengan lama di dalam bathtub. Menatap langit-langit kamar mandi sambil terus memejamkan mata.
"Aku tak mungkin menyukai Azimah, dia anak Selma dan Iyas. Apa yang akan kukatakan dengan mereka jika hal ini sampai terjadi. Lebih baik aku singkirkan semua ini dengan cepat jika tidak semuanya akan kacau" kata Andra yang kemudian berdiri menyiram dirinya dengan air bersih.
***
Azimah di antar pulang oleh Ronald tepat di depan rumahnya. Ia bahkan senyum ceria saat memasuki rumah. Bersenandung kecil hingga tak menyadari jika Andreas dan Selma tengah menatapnya.
"Sayang, sepertinya ada yang sedang berbunga-bunga hatinya." Goda Andreas
Azimah sedikit tersentak dan menoleh ke arah Andreas dan Selma yang duduk di ruang keluarga dengan mesra.
"Kau benar, sepertinya ada yang akan mengalahkan kita kedepannya!" dukung Selma.
Azimah melangkah mendekat pada Ibu dan ayahnya itu, ia hanya menghembuskan nafas pelan di depan keduanya.
"Apa kalian sengaja menungguku untuk menggodaku?" tanya Azimah sambil menyadarkan dirinya di sofa.
Andreas dan Selma saling memandang dan tersenyum.
"Ini hal yang langkah, wajar saja Ibu ingin melihat wajahmu sehabis berkencan. Katakan, apa makannya menyenangkan?" tanya Selma penasaran.
"Ayah, Ayah ternyata besar mulut" gerutu Azimah pada Andreas.
"Ayah hanya mengatakan apa yang seharusnya Ayah katakan saat ibumu bertanya tentang keberadaanmu." jawab Andreas santai.
"Pikirkan saja semau kalian, aku lelah dan aku ingin mandi lalu beristirahat" jelas Azimah menghindari kedua orang tuanya itu.
Andreas dan Selma hanya tersenyum melihatnya. Mereka pun membiarkan Azimah pergi untuk mengistirahatkan diri..
Azimah segera membersihkan dirinya. Rasanya ia sangat lelah hari ini. Dengan cepat Azimah membersihkan diri agar bisa membaringkan dirinya di atas tempat tidur.
Azimah melihat ponselnya sejenak sebelum ia tertidur. Berselencar di dunia maya untu memancing kantuknya agar ia bisa tidur dengan cepat. Namun sesuatu hal membuat jarinya berhenti menggeserkan layar ponselnya. Status Andra yang tiba-tiba muncul diberandanya.
"Ketika itu, dirimu di sana tak dapat kuraih dengan tanganku. Namun, bayangmu yang hadir dalam khayalan selalu dapat kusentuh dengan ingatanku... For you Ms. A." tulis Andra dalam statusnya.
Azimah sejenak berpikir dengan inisial yang Andra tulis dalam statusnya.
"Insial A?? Apakah itu aku?" tebak Azimah sekilas lalu kemudian tersenyum tipis.
"Bagaimana bisa aku mengatakan itu. Paman Andra tak mungkin mengingat aku. Itu adalah Bibi Adelina. Ya, Adelina bukan Azimah" ucap Azimah lirih lalu menutup layar ponselnya.
Azimah mencoba memejamkan matanya meski sulit. Entah kenapa ia melihat ekspresi yang tak biasa dari Andra tadi saat Ia mengenalkan Ronald padanya. Meski Andra cenderung dingin namun Andra tak pernah sekaku itu di depan seseorang. Terlebih saat ia pamit tadi, Andra seakan enggan menoleh padanya dan lebih fokus dengan ponselnya. Mengingat hal itu membuat Azimah kembali meraih ponselnya dan menuliskan sesuatu di statusnya.
"Ada denting nada luka yang mengalun sepi di relung hati, bila ingatan akan dirimu hadir mengusik. Telah kucoba melangkah menjauh darimu, melupakan beningnya tatap bola matamu. Sayangnya, aku tak pernah bisa." tulis Azimah dalam statusnya.
Tak terasa bulir bening jatuh di sudut matanya. Azimah mengusapnya pelan. Lalu tersenyum tipis saat melihat airmata itu di ujung jarinya.
"Aku lelah mengharapkanmu. Aku pun ingin bahagia seperti kau bahagia hanya dengan mengingat kenangan kalian." ucap Azimah lirih lalu memejam paksa matanya agar tak selalu mengingat bayangan Andra.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ayyumi ndalu 💗💗
lagi donk thor makin penasaran aku
2021-02-21
1