Azimah turun bersama ke lantai satu. Lagi-lagi semua mata tertuju pada Azimah dan Andra yang berjalan berdampingan. Bisik-bisik ringan terdengar di telinga keduanya. Jangankan Azimah, Andra yang baru saja mendengarnya pun menjadi panas telinga akibat ulah pegawai kantor Andreas. Dengan menatap wajah Azimah yang berusaha menegakkan kepalanya Andra menghentikan langkah di tengah-tengah ruangan besar itu.
"Dengar semua, siapa yang berbisik tentang Azimah tadi saya harap kalian semua maju tanpa terkecuali!" Teriak Andra dengan lantang hingga membuat langkah Azimah pun terhenti dan menoleh kebelakang di mana Andra berada.
Azimah mencoba menahan Andra, namun Andra melebarkan telapak tangannya menyuruh Azimah agar tetap diam di tempat. Azimah pun tak bisa berbuat apa-apa. Ia terlalu malas berdebat dengan Andra di depan semua pegawai kantor ayahnya.
Merasa tak ada jawaban dan hanya keheningan yang Andra terima, Andra kembali membuka suaranya.
"Tak ada yang ingin berniat maju? Atau perlu saya tarik satu persatu kemari?!" teriak Andrea lagi. "Jangan kalian kira karena ini bukan perusahaan saya maka saya tak bisa bertindak apa pun disini. Saya tak perlu menjelaskan bagaimana hubungan saya dengan pemilik perusahaan ini, terlebih ini menyangkut anaknya sendiri. Saya bisa memecat kalian semua hanya dengan satu suara saja. Perusahaan ini tak perlu menggaji pegawai dengan tinggi jika pegawainya sendiri tak bisa menghargai rekannya sendiri. Saya ingatkan kalian semua, maju dengan kesadaran kalian sendiri atau kalian terima surat pemecatan kalian besok pagi. Saya pastikan, keluar dari perusahaan ini sama dengan berakhirnya karier kalian sebagai pegawai kantoran!" ancam Andra.
Azimah rasa tak sanggup lagi melihat Andra yang menjadi pusat perhatian saat ini. Apa lagi ini jamnya makan siang di mana semua pegawai kantor sedang beristirahat di lantai satu yang memang di desain khusus untuk kenyamanan pegawai selama masa istirahat mereka.
Sementara, Andreas hanya melihat semuanya dari lantai atas, ia menyaksikan untuk kesekian kalinya Andra membela Azimah di depan publik.
"Bagaimana Azimah tak akan salah paham dengan perasaanmu, And. Aku pun seperti sudah salah mengartikan rasa sayangmu pada Azimah saat ini." gumam Andreas yang melihat kemarahan yang begitu jelas di wajah Andra.
Perlahan, satu persatu pegawai kantor maju kedepan Andra. Diikuti dengan yang lainnya. Semua diam dan menundukkan kepalanya. Mereka tak berani mengangkat wajah mereka pada Andra. Andra yang bersikap biasa saja sudah membuat sebagian pegawai takut padanya, dan sekarang Andra sangat marah bahkan murka. Siapa yang berani membuat kesalahan yang lebih fatal lagi padanya.
Setelah semuanya berdiri di depannya. Andra menurunkan nada bicaranya. Ia menatap wajah semua pegawai kantor sahabatnya itu. Muncul rasa tak tega namun ia harus melakukan hal ini karena ia tak ingin Azimah terus-menerus dikucilkan. Dengan tenang Andra kembali bicara.
"Saya ingin bertanya, apakah kalian semua merasa kalian manusia yang paling suci di muka bumi ini? atau kalian merasa lebih baik dari manusia lainnya. Jika ia, majulah kalian, siapa pun orangnya saya ingin tahu kebaikan apa yang telah ia perbuat hingga berhak menghakimi orang dengan kata-katanya." Kata Andra tenang namun dengan tatapan tajam.
Azimah merasa semuanya sudah terlalu berlebihan, ia tak ingin pegawai kantor merasa terintimidasi hanya karena dirinya. Kedepannya, hal ini bukan menjadi lebih baik namun malah sebaliknya. Ia pun mendekat dan memegang lengan Andra.
"Paman, hentikan, kita menjadi pusat perhatian." Ucap Azimah pelan setengah berbisik..
"Kau diam! Jika kau tak bisa berdiri untuk membela dirimu sendiri maka jangan coba-coba untuk membela orang lain!" Tegas Andra setengah berteriak. Azimah pun menurunkan tangannya karena tatapan Andra juga membuatnya takut.
"Majulah! Tunjukkan padaku siapa orangnya!" lanjut Andra memerintah.
Semua kembali bungkam dengan kepala yang tertunduk dalam.
Andra hanya tersenyum sinis melihat semua pegawai itu bungkam. Dengan nafas berat ia kembali membuka suara.
"Azimah Lu, kalian tahu nama belakangnya. Secara darah dia tak memiliki darah keluarga Lu, tapi secara hukum ia berhak memiliki semua yang berkaitan dengan keluarga Lu. Jangankan jabatan, 4% dari saham keluarga Lu adalah miliknya. Lalu kenapa kalian mempermasalahkan dia yang mendapatkan posisi lebih tinggi di banding kalian semua? Tentang kecelakaan yang merenggut nyawa Ayah kandung Azimah, itu bukan kesalahannya. Dia pun korban. Apa kalian pernah merasa sakit dan kecewa pada orang yang kalian percaya? Azimah pernah merasakan itu, dia menjadi korban penculikan oleh ayahnya sendiri, orang yang amat ia percaya dan sekaligus ia kehilangan orang tersebut. Apa kalian tahu bagaimana rasanya? Jika kalian tidak tahu maka jangan kalian buka mulut kalian dengan hal yang hanya setitik kalian tahu kebenarannya. Azimah berhak di sini, karena ini pun miliknya. Ia berhak mendapatkan kehidupannya karena Tuhan dan orang tuanya memberikan itu semua pada Azimah. Sekali lagi saya mendengar kalian bicara buruk tentang Azimah, saya tak akan pernah main-main, saya pastikan wajah kalian semua terpampang luas di seluruh gedung perusahaan." Ancam Andra dengan serius.
Terdengar isak tangis dari Azimah yang mendengar Andra bicara. Ada hal yang selalu ingin ia lupakan tentang kisah 9 tahun lalu namun sepertinya tak bisa ia lupakan. Selalu saja ada orang yang ingin membuka luka lamanya itu. Andra pun menjadi tak tega, ia kemudian menarik dan merangkul Azimah kedalam pelukannya.
"Sudahlah, jangan menangis lagi jika tidak Selma akan memakanku bulat-bulat. Lebih baik kita pulang dan lupakan semuanya" pinta Andra sambil mengusap puncak kepala Azimah.
Azimah hanya menurut, ia mengusap air matanya dan berlalu meninggalkan puluhan pegawai yang masih berdiri dengan kepala tertunduk.
Andreas yang menatap kepergian Azimah dan Andra hanya tersenyum. Namun saat semua pegawai hendak kembali keruangannya. Kini giliran Andreas yang bertindak.
"Chan, pecat semua pegawai yang bicara buruk tentang Azimah. Aku tak ingin melihat mereka berada di perusahaanku." Kata Andreas dengan lantang hingga semua pegawai itu mendengarnya dan menjadi ketakutan...
"Tapi Presdir ...," jawab Chan bingung.
"Tak ada tapi-tapian. Jika kau membantahku, kau bisa pergi bersama dengan mereka besok pagi. Aku tak membutuhkan pegawai seperti mereka yang selalu merasa benar dan lebih baik. Selama kalian semua masih manusia, seharusnya kalian sadar apa yang kalian miliki saat ini bisa di miliki orang lain pula. Begitu juga dengan apa yang kalian lakukan saat ini, maka cepat atau lambat kalian akan mendapatkan hal yang sama pula." Jelas Andreas kemudian berlalu meninggalkan semua pegawainya yang masih ketakutan akan kelangsungan karier mereka.
Suara riuh terdengar karena perintah yang Andreas ucapkan pada sekretarisnya. Mereka menyesali bagaimana bibir mereka bisa bicara dengan buruk tentang Azimah. Kini Andra dan Andreas sudah bertindak dan keputusan keduanya tak bisa di goyahkan oleh siapa pun. Kali ini tamatlah riwayat mereka.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
re
Waduh dipecat
2021-05-12
1
Ayyumi ndalu 💗💗
andra i love you 😘😘😘😘
2021-02-14
1