Anastasia berhasil menghabiskan seluruh makanannya dengan bantuan Azimah yang menyuapinya. Andra bisa bernafas lega karena Anastasia mau makan. Meski begitu Andra belum bisa tenang sebelum Anastasia benar-benar pulih.
Azimah hendak mengembalikan piring sisa makan Anastasia namun Andra segera mengambil alih.
"Biar aku saja" ucap Andra. Azimah pun menyerahkannya.
"Anas, biar Kakak bantu kau membersihkan tubuh, kau pasti gerah karena seharian berbaring, Ayo!" ajak Azimah sambil menggendong Anastasia dan membawanya ke kamar mandi.
Azimah mengurus Anas dengan telaten, bukan karena ingin mengambil perhatian Andra atau pun sedang belajar menjadi Ibu yang baik. Tapi karena memang hal ini biasa ia lakukan pada adik-adiknya dahulu. Hanya beberapa tahun terakhir ini saja ia tak pernah melakukannya, itu karena ibunya benar-benar fokus mengurus mereka setelah menikah dengan ayah tirinya, Andreas.
Azimah pun telah selesai membersihkan Anastasia, ia pun menolong Anastasia mengenakan pakaiannya.Pada saat bersamaan, Andra masuk dan melihat semuanya. Memang ia akui bahwa Anastasia sangat dekat dengan keluarga Lu, terutama Selma, tapi untuk Azimah, Azimah tidak sering bergaul dengan Anastasia tapi mengapa Anastasia bisa sedekat ini padanya. Saat Andra memperhatikan mereka, Anas melihat kehadirannya.
"Ayah, mengapa berdiri di sana?" ujar Anastasia membuyarkan lamunan Andra.
"Tidak, alAyah hanya melihat cara kerja "Kak Azimah, apakah dia mengurusmu dengan baik?" jawab Andra sekenanya.
Azimah menatap Andra tajam, begitu pun Andra. Tatapan yang beradu kembali membuat hati Azimah bergetar.
"Kak Azimah yang terbaik!" Seru Anastasia keras membuat Azimah memalingkan pandangannya dari Andra.
"Sepertinya Anas sudah sembuh, kau sudah berteriak dengan keras. Anak pintar!" puji Azimah pada Anastasia.
Andra mendekati keduanya dan bergabung dengan Anastasia juga Azimah.
"Ternyata kau bisa di andalkan" puji Andra pada Azimah.
Azimah hanya tersenyum tipis. Itu lebih seperti ejekan baginya.
"Apa Anas mau bermain di luar?" tanya Azimah mengabaikan Andra.
Anastasia menganggukkan kepala namun tidak dengan Andra, Ia menahan Azimah yang hendak membawa Anastasia bermain di luar.
"Anas masih sakit, jangan bawa dia keluar" tahan Andra.
"Udara sore sangat baik untuk kepulihannya. Lagi pula Anas akan bosan jika terus berada di kamar" jelas Azimah. Andra pun membiarkan mereka pergi.
Anastasia bermain di halaman rumah dengan penjagaan dari Azimah. Andra hanya memperhatikan mereka berdua dari kejauhan. Terakhir kali Anas tertawa riang seperti ini saat ada Ibu Adelina berkunjung dan mengajaknya bermain seperti saat ini. Ibu Adelina dan ayahnya jarang berkunjung karena jarak mereka yang cukup jauh di tambah keadaan ayah Adelina yang tak mungkinkan untuk bepergian jauh.
"Aduh!" teriak Anas sedikit menangis karena terjatuh dan lututnya terluka.
Azimah dan Andra berlari bersamaan menghampiri Anas, wajah keduanya sangat panik.
"Ada apa, Sayang?" kata Andra dengan wajah panik.
"Ayah, lututku berdarah!" rengek Anas sambil menangis.
Azimah hendak menenangkannya namun Andra lebih dulu mengambil dan menggendong Anas dan meninggalkan Azimah sendirian. Azimah yang juga merasa cemas mengikuti mereka dari belakang.
Andra meletakkan Anas di sofa dan berlari mencari kotak obat. Azimah mengambil alih menenangkan Anas.
"Anas, Anas anak pintar. Jangan menangis, ya. Lukanya tidak parah. Ayah akan mengobatinya!" ujar Azimah menenangkan Anas dengan tenang dan lembut.
"Aku sudah mengatakan jangan bawa Anas bermain, tapi kau keras kepala dengan mengatakan cuaca sore baik untuk Anas. Jika seperti ini apa kau senang?" teriak Andra tajam sambil mengobati luka Anastasia.
Hati Azimah perih mendengarnya, seperti ia dengan sengaja melukai Anas padahal ia hanya ingin memberikan udara yang lain untuk Anas.
"Maaf, aku tak sengaja." Ucap Azimah lirih sambil menahan tangisnya.
Tak lama, Anas pun tenang. Lukanya pun sudah di obat. Namun Azimah tak bergeming dari tempatnya. Ia seperti membeku ketika mendengar kata-kata Andra.
"Kakak, jangan menangis. Lukaku sudah diobati Ayah dan sebentar lagi akan pulih. Benarkan, Ayah?" ujar Anas polos meminta pembenaran dari Andra.
Andra hanya mengangguk dan sekilas menatap Azimah. Merasa di perhatikan, Azimah pun beranjak dan tersenyum pada Anas.
"Anas sudah lebih baik, bukan? kalau begitu Kakak akan pulang. Hari sudah mulai sore!" kata Azimah lalu berbalik untuk mengambil tasnya yang tertinggal di kamar Anas.
Air matanya tumpah. Ia tak bisa menerima hal yang lebih menyakitkan lagi dari Andra. Cukup hatinya saja yang tak terbalas, jangan sampai hal lainnya. Jika bukan dirinya sendiri maka siapa yang akan menyayanginya.
Andra yang menyadari telah berkata kasar langsung menyusul azimah di kamar Anas.
"Azimah..., dengarkan aku. Aku tak bermaksud begitu, aku minta maaf. Tadi aku terlalu panik" Kaya Andra sambil memperhatikan Azimah membereskan tasnya.
"Tak masalah Paman, bagimu aku akan selalu menyusahkan. Tak ada hal baik dalam diriku yang bisa kau lihat. Seharusnya aku yang minta maaf. Aku minta maaf untuk kesekian kalinya aku menyusahkanmu!" jawab Azimah dengan mata yang sudah memerah dan segera berlalu namun Andra menahannya.
"Sungguh aku tidak bermaksud begitu, kau tahu aku sangat menyayangi Anas. Setelah Adelina ...," Azimah segera menyelanya.
"Ya. Dalam hidupmu hanya ada Adelina dan Anas. Maka tetaplah seperti itu hingga semuanya benar-benar pergi meninggalkanmu karena sikap posesifmu itu!" Azimah segera menghempaskan lengan Andra. Ia bahkan langsung meninggalkan rumah tanpa menyapa Anas lagi.
Andra menyesal karena sudah bicara kasar pada Azimah. Tanpa sadar ia pun meninju tembok kamar Anas untuk melampiaskan kesalahannya.
Di dalam mobil Azimah menangis sejadi-jadinya. Ia tak menyangka Andra akan bicara seperti itu. Dengan segala perasaan kesal, Azimah pun menghubungi Mei.
"Halo Mei, atur secepatnya kencan buta untukku. Aku sudah siap!" kata Azimah cepat dan singkat lalu menutup panggilan teleponnya tanpa menjawab Mei yang sedang kebingungan.
Azimah tiba di rumah, ia berlari dengan cepat kekamarnya dan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Selma yang melihatnya pun menjadi heran dan segera menyusulnya. Namun sayang, Azimah mengunci pintu kamarnya. Meski berkali-kali Selma mengetuk dan meminta Azimah untuk membukakan pintu, Azimah tak menghiraukannya. Selma pun panik sekaligus penasaran dengan apa yang terjadi pada Azimah. Selma berlari kekamarnya dan meraih ponselnya. Menghubungi seseorang yang ia rasa pasti tahu apa penyebabnya.
"Halo, And. Apa yang terjadi saat Azimah di rumahmu. Dia pulang dengan berlari dan sekarang mengurung diri dikamarnya?!" tanya Selma pada Andra.
Andra pun menceritakan semuanya. Selma yang mendengarnya pun menjadi marah pada Andra.
"Bagaimana bisa kau mengatakan itu pada Azimah? tak bisakah kau sedikit berpikir sebelum kau bicara?" teriak Selma geram.
"Maafkan aku, Sel. Sungguh aku tak bermaksud menyakitinya. Aku terlalu panik dan ..., Ya semua salahku!" keluh Andra menyesal.
Selma pun tak bicara lagi. Ia segera memutuskan sambungan teleponnya dengan perasaan kesal pada Andra..
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Bang Pt
gimana ya perasaan andra jika tau azimah mau kencan buta ?? Aah penasaran aku thor
2021-02-17
1
Ayyumi ndalu 💗💗
aduuuhh gk sabar aku
2021-02-17
1