04

Pagi ini, Azimah kembali berangkat bekerja bersama dengan Andreas. Seperti biasa, kedatangan mereka mengundang perhatian para pegawai kantor namun setelah Azimah dan Andreas melewati mereka, mereka semua saling berbisik tentang kehadiran Azimah di perusahaan mereka.

Semua pegawai kantor terutama pegawai wanita selalu mengatakan Azimah mengandalkan kekuatan dan pengaruh ayahnya. Mereka lupa bahwa Azimah memang sudah menjadi anak yang sah bagi Andreas di mata hukum.

"Selamat bekerja, Ayah." Kata Azimah pada ayahnya sebelum akhirnya mereka berpisah di depan pintu ruangan Azimah.

Azimah menghempaskan diri di atas kursi kerjanya. Ia sudah siap untuk memulai pekerjaannya..

Azimah kembali fokus pada layar laptopnya dengan beberapa lembar kertas di tangannya. Ia mengumpulkan apa yang Andra minta meski sepenuhnya ia tak banyak tahu karena ia hanya melanjutkan pekerjaan dari pegawai sebelumnya.

Tak terasa waktu cepat sekali berputar, hari kian siang dan tibalah waktu makan siang. Azimah pun bersiap untuk ke kantin kantor.

Tiba di lantai dasar, Azimah dikejutkan dengan suara seorang pria yang memanggil namanya. Azimah pun menoleh pada sumber suara.

"Paman, maaf maksud saya Presdir Lee." Ujar Azimah meralat pernyataannya.

"Tak usah bersikap formal padaku, sekarang waktunya makan siang dan kita bebas" sanggah Andra yang tak ingin di panggil formal oleh Azimah.

"Baiklah Paman, ada apa Paman memanggilku?" tanya Azimah basa-basi.

"Kau mau kemana?" tanya Andra yang sebenarnya sudah tahu kemana arah tujuan Azimah.

Azimah tak menjawab, ia hanya menunjuk pada papan nama yang terbentang lebar di samping pintu lift..

"Ah ..., makanlah, kau memang perlu asupan gizi yang cukup untuk menandingiku nanti" ejek Andra..

"Terserah Paman saja. Aku lapar dan aku ingin makan. Sampai jumpa." Ujar Azimah yang langsung meninggalkan Andra.

Andra tersenyum kecil sambil menatap punggung Azimah yang kian lama kian menghilang. Anak kecil yang dahulu ia selamatkan kini sudah menjadi gadis yang menawan, anak pernah membuat hari-harinya indah karena kehadirannya. Kini mereka seperti menjauh semenjak Andra tahu bahwa Azimah menyimpan perasaan padanya. Perasaan yang tak pernah Andra duga hingga membuatnya serba salah namun mau tak mau harus ia tegaskan karena satu hati yang ia jaga.

Setelah saat ini, Azimah kian menjaga jarak pada Andra. Keakraban mereka tak seperti dahulu, saat apa yang di rasa Azimah belum terungkap. Hal itu berlaku hingga kini, Azimah masih terus menjauh darinya. Menjauh setiap kali Andra ingin mendekat dan berbincang seperti dulu. Tapi Andra pun tak ingin bersikap lebih, ia tak ingin mengusik ketenangan yang Azimah rasakan saat ini. Mungkin menjauh darinya adalah ketenangan bagi Azimah. Itulah pikiran Andra tentang sikap yang Azimah ambil.

Azimah mengambil piring nasinya, ia selalu di biasakan Selma untuk makan nasi agar ia mempunyai energi yang cukup. Dan karena kebiasaan itu pula Azimah tak terbiasa jajan sembarangan, jika bukan karena terpaksa dan tak ada pilihan lainnya, barulah Azimah membeli makanan pokok pengganti nasi.

***

Azimah menghabiskan makan siangnya dengan cepat. Ia sudah tak bisa menahan teliganya yang kian memanas akibat umpatan-umpatan kecil yang dilontarkan pegawai-pegawai di kantor ayahnya. Andai saja kantor ini bukanlah kantor ayahnya, ingin rasanya Azimah memaki satu persatu orang-orang yang sudah menghakiminya secara sepihak. Tapi ia tak kuasa melakukan itu, ada nama perusahaan yang ia bawa, kehormatan ayahnya yang di pertaruhkan. Maka dari itu Azimah memilih diam dan tak mengindahkan semua ocehan orang tentangnya. Meski ia sendiri sudah muak dengan hal tersebut.

Dengan langkah yang lebar Azimah berjalan menuju ruangannya. Masih ada waktu 30 menit lagi untuk waktu makan siang. Ia ingin menghabiskan waktu di ruangannya sendiri sambil memeriksa berkas-berkas yang sudah ia selesaikan tadi. Untuk saat ini, ruangan kerjanya adalah tempat satu-satunya yang ia anggap nyaman di kantor saat semua orang menyangsikan keberadaannya.

Baru saja Azimah masuk keruangannya. Ponselnya berdering dan terlihat nama ayahnya di layar atas ponsel. Azizah menjawab panggilan Andreas.

"Iya Ayah, aku sudah makan siang" kata Azimah cepat saat ia belum mendengar apa pun dari seberang panggilannya..

"Haha, aku kira Ayah mengkhawatirkan aku dan ingin mengingatkan aku tentang makan siang. Baiklah aku akan segera keruangan Ayah" ucap Azimah lagi sambil mengambil berkas yang ayahnya minta...

Tak lama, Azimah sudah berada di ruangan Andreas yang memang berada tak jauh dari ruangannya.

"Presdir, ini berkas yang anda minta." Ucap Azimah kembali bersikap formal..

Tentu saja hal ini mengundang tawa Andreas dan Andra yang juga berada di ruangannya.

"Kau tak salah makan bukan? Ayolah Azimah, jangan terlalu kaku. Aku ayahmu, kau bisa bersikap senyaman mungkin. Jika kau seperti ini aku merasa ingin menyulitkanmu sedikit lebih banyak." Gurau Andreas sambil menatap dalam pada wajah Azimah yang terlihat lelah.

"Kalian berdua sama saja. Baiklah, aku ingin melakukannya, tapi keadaan tak memungkinkan aku untuk melakukannya. Aku ingin ada perbedaan tentang kedekatan kita selama ini. Saat aku di luar kantor, aku adalah anak dan keponakan kalian. Namun saat aku di kantor, aku hanyalah pegawai biasa dan kalian terutama Ayah, Ayah berhak melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh atasannya pada bawahannya." Kata Azimah tanpa jeda sedikit pun dengan wajah yang serius.

Andreas dan Andra saling memandang seperti telah terjadi sesuatu pada Azimah hari in..

"Apa ada yang mengusikmu lagi, Azimah?" tanya Andreas serius.

"Siapa yang tak akan mengusikku, Ayah. Mereka menganggap aku sebagai orang yang bersalah atas kematian Ayah Gio dan menganggap aku adalah dalang dari semuanya. Yang lainnya menganggap aku hanya menjadikan Ayah sebagai rekening berjalan untuk aku dan Ibu. Semua orang menyangsikan keberadaanku hanya karena aku adalah anak tiri dari pemilik perusahaan ini. Orang-orang memandangiku dengan tatapan tidak suka karena aku bisa mendapatkan jabatan yang tinggi dan lagi-lagi mereka menyangka itu semua karena Ayah. Tak tahukah mereka bahwa aku juga manusia yang juga mempunyai perasaan. Semua tentangku, bagai nada sumbang yang beredar dari satu mulut ke mulut lainnya. Apakah aku seburuk ini, Ayah?" Azimah bicara dengan luapan emosi yang tak pernah Andreas lihat selama ini, begitu pula dengan Andra.

Bulir bening jatuh di sudut kelopak matanya yang ia coba tahan agar tak tumpah namun akhirnya tumpah dengan sangat banyaknya. bahkan deras.

Andreas berdiri dari tempat duduk kebesarannya. Ia mendekat pada Azimah dan memeluknya sebagai penenangan di tengah kegusaran yang sedang melandanya. Sambil mengusap puncak kepala Azimah, Andreas berkata ...,

"Kau tak pernah buruk, kau bahkan gadis yang terbaik yang pernah Ayah temui. Kau jangan hiraukan kata-kata dari mereka, mereka hanya iri padamu karena kau lebih baik dari mereka semua." Ucap Andreas dengan nada lembut membiarkan Azimah mencurahkan semua air matanya.

"Aku berpikir semuanya akan berlalu seiring dengan berjalannya waktu. Tapi hingga hari ini, mereka semua masih terus menghakimiku." lirih Azimah dalam pelukan Andreas.

Andreas merenggangkan pelukannya dan menatap nanar di mata anaknya itu.

"Dengarkan aku, kau kupilih bukan karena kau adalah anakku dan Selma tapi karena memang kemampuanmu. Kau tak perlu mendengarkan mereka, kau hanya perlu membuktikan pada mereka bahwa kau memang layak berada di posisi ini." Semangat Andreas sambil mengusap sisa air mata di wajah Azimah.

Azimah hanya diam, awalnya ia tak ingin mengatakan ini pada Andreas, tapi entah kenapa melihat ayahnya yang begitu menyayanginya membuat Azimah akhirnya mencurahkan segala keresahan hati yang selama ini mengusiknya.

"Sekarang lebih baik kau pulang, tenangkan dirimu dan bersikap biasa saja di hadapan Ibu, jika tidak dia akan mengomeli Ayah malam ini!" gurau Andreas sedikit mencolek hidup mancung Azimah.

"Aku memang harus libur, aku tak mungkin bekerja dengan suasana hati seperti ini. Ayah aku akan pulang, besok aku akan kembali lagi bekerja." Jelas Azimah sambil mengusap matanya yang sembab.

"Aku akan mengantarmu." Sergah Andra yang langsung berdiri dan mendekat pada Azimah dan Andreas.

"Tidak usah, Paman. Aku bisa menggunakan taksi" tolak Azimah.

"Tak ada penolakan, ambil tasmu dan aku akan menunggumu. Iyas, aku akan mengabarimu tentang perkembangannya. Aku pamit." Icap Andra cepat sambil menarik lengan Azimah untuk pergi bersamanya.

Andreas hanya bisa menarik nafas panjang. Bukan tanpa tujuan ia mengirim Azimah menjadi perwakilan ke perusahaan Andra. Ia masih ingin membuktikan apakah tebakannya salah tentang perasaan Azimah selama ini. Ia hanya ingin memastikan semua itu. Karena ia tak ingin Azimah berlarut-larut dalam perasaan yang sama selama bertahun-tahun.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Nur Jasmin

Nur Jasmin

semnagat thor

2021-10-07

0

Anindya Putri

Anindya Putri

baru mampir thor..
br secuil aja hatiku sdh begetar

2021-06-03

0

Ayyumi ndalu 💗💗

Ayyumi ndalu 💗💗

tetap semangat thor lanjutkan

2021-02-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!