08

Azimah baru saja selesai mandi, namun Selma sudah masuk kekamarnya dan mengambil alih handuk yang ada di tangan Azimah.

"Makanan yang Ibu buatkan untuk Anas sudah siap. Kau tinggal membawanya." Kata Selma sambil mengeringkan rambut Azimah.

"Baiklah, 'Bu. Aku akan bersiap-siap" jawab Azimah tanpa membantah lagi. Ia terlalu lelah untuk berdebat dengan ibunya. Meski ia tahu bahwa Selma sangat menyayanginya, tetap saja sebagai seorang ibu ada hal yang selalu di benci oleh anaknya.

Azimah beranjak dan membuka pintu lemarinya untuk bersiap. Selma pun meninggalkannya tanpa bicara lagi. Tak butuh waktu lama bagi Azimah bersiap, karena memang dia bukanlah gadis yang suka berdandan seperti gadis seumurnya. Jika bukan pergi ke tempat formal, Azimah selalu berpakaian seenaknya. Bahkan Alex, adik lelaki pertamanya sering mengejek cara berpakaiannya yang seperti jemuran berjalan.

"Ibu, mana makanannya?" tanya Azimah menghampiri Selma di dapur.

Selma pun beranjak dan mengambil keranjang rotan yang sudah ia siapkan.

"Katakan pada Andra, berikan ini agar perut Anas membaik" ujar Selma berpesan. Azimah tak menjawab, ia hanya menganggukkan kepala sambil menjinjing keranjang tersebut ke tangannya.

Azimah mengendarai mobilnya dengan cepat menuju kediaman Andra yang memang cukup jauh dari rumahnya. Beruntung jalanan sedang lenggang hingga tak butuh waktu lama bagi Azimah untuk tiba di rumah Andra.

Pembantu dan penjaga rumah yang sudah mengetahui siapa Azimah dengan ramah menyapanya dan mempersilahkannya masuk sambil mengambil keranjang yang Azimah bawa.

"Apa ini Nona?" tanya ART Andra.

"Itu sup dan bubur untuk Anas, 'Bi. Tolong panaskan. Ibuku yang membuatnya" jawab Azimah sambil memperhatikan sekelilingnya.

"Tuan dan Nona Anas ada di kamar atas, Nona. Langsung saja naik, saya akan membawa bubur dan sup ini ke atas setelah siap." Kata ART itu dengan ramah dan sopan

"Baiklah, 'Bi. Aku akan ke atas." sahut Azimah sambil melenggang naik ke lantai atas.

Azimah pernah beberapa kali berkunjung ke rumah Andra saat Andra dan Adelina dahulu sering mengundang mereka makan bersama. Jadi ia sudah tahu betul di mana letak kamar dan ruangan yang ada di rumah itu. Semua di desain oleh Andra untuk Adelina sesuai dengan keinginannya. Begitu juga gaya, dekorasi atau pun tata letak semua perabotan di rumah itu Adelina-lah yang mengaturnya. Andra dengan senang hati mengabulkan keinginan Adelina karena memang ia dulunya adalah seorang arsitek.

Tok... Tok... Tok...

Azimah mengetuk pintu yang sedikit terbuka. Andra yang sedang menyandarkan kepalanya di sandaran tempat tidur membuka mata dan menoleh pada Azimah. Azimah tersenyum dan Andra membalasnya. Tanpa izin Azimah masuk karena itu memang sudah kebiasaannya di rumah itu.

"Kau datang?" kata Andra yang sedikit menekankan nada bicaranya karena takut Anastasia bangun.

"Iya, Ibu membuatkan makanan untuk Anas, aku di suruh mengantarnya. Bagaimana keadaan Anas sekarang?" tanya Azimah sambil mendekat pada Anas dan memeriksa suhu badannya.

"Dia baru saja tertidur setelah muntah dan buang air beberapa kali. Aku ingin membawanya ke rumah sakit, tapi dia terus saja menolak dan menangis tak mau di ajak ke sana." Keluh Andra putus asa.

"Ini tak bisa dibiarkan, dia bisa kekurangan cairan jika terus seperti ini. Apa Anas mau minum obat?" tanya Azimah yang juga ikut cemas mendengarnya.

Andra menggeleng pelan dan semakin membuat Azimah iba. Pakaian yang semula rapi kini kusut tak beraturan. Terlihat jelas wajah lelah di muka Andra namun ia terus sabar menghadapi putri satu-satunya itu.

"Lebih baik kita keluar sebelum dia bangun" ajak Andra pada Azimah. Azimah pun mengangguk. Mereka keluar beriringan dan duduk di ruang keluarga tempat biasa Anas bermain dengan Andra.

Tak lama ART Andra datang dengan nampan di tangannya.

"Nona, ini bubur dan supnya sudah saya panaskan. Harus saya letakkan di mana?" tanya ART tersebut yang sudah menganggap Azimah sebagai majikannya sendiri.

"Letakkan saja di sini, 'Bi. Ah tidak, "Bi. Bawa saja kembali. Anas baru saja tidur." jawab Azimah tanpa bantahan apa pun dari ART tersebut.

Azimah menatap Andra yang sedang memijat batang hidungnya. Beberapa kancing kemeja Andra bagian atas terbuka hingga menampakkan dada bidang yang sedikit berbulu. Azimah meneguk salivanya. Ia wanita normal yang mencintai Andra. Tentu saja melihat semua itu hasratnya bergelora yang membuat darahnya tiba-tiba mengalir panas.

"Paman, jika kau lelah, istirahat saja. Aku akan menjaga Anas di sini. Lagi pula aku tak ada pekerjaan di rumah." ujar Azimah menawarkan diri.

Andra mengangkat kepalanya. Bukan tak ingin ia beristirahat, tapi melihat keadaan Anastasia tak akan membuatnya terlelap sedikit pun.

"Tidak, aku tak apa-apa. Aku akan di sini saja. Tapi iya, aku memerlukan bantuanmu untuk membujuk Anas nantinya. Aku sudah sangat kewalahan dengan tangisannya yang tak mau minum obat atau makan sesuatu. Aku bisa gila jika dia terus seperti ini" keluh Andra lagi sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Azimah mendekat duduk di sisi Andra. Ia menyentuh pundak Andra dan memijatnya pelan. Ada getaran saat ia menyentuh Andra. Entah keberanian apa yang membuatnya bisa melakukan semua itu. Namun melihat Andra begitu putus asa membuatnya tak tega.

"Jika Paman putus asa seperti ini bagaimana dengan Anas. Dia membutuhkan Paman, sangat! Tegarkan diri Paman. Jika memang Anas tak ingin di bawa ke rumah sakit, kita bisa membawa dokter kemari untuk merawat dan memberikan bantuan infus padanya" ujar Azimah lembut.

Andra mendongakkan kepalanya menatap Azimah, nanar matanya memancarkan cahaya yang tak mampu Azimah artikan. Dan cahaya itu kembali membuat dada Azimah bergetar hebat terlebih Andra menggenggam tangan yang semula berada di pundaknya.

"Azimah, mengapa aku tak memikirkan hal itu. Seharusnya aku melakukan hal itu dari awal. Aku benar-benar tak kepikiran hingga ke sana. Mengapa aku begitu bodoh dan tak bisa memikirkannya" gerutu Andra pada dirinya sendiri.

Azimah menarik tangannya dari genggaman Andra. Ia pun sedikit berangsur dari tempatnya semula. Namun dengan tegang ia mencoba bersikap biasa pada Andra.

"Paman terlalu panik saja" jawab Azimah sekenanya.

"Iya, kau benar. Setelah kepergian Adel, aku sedikit berlebihan pada Anas, terlebih tentang kesehatannya. Dia lahir prematur, dan sering sakit-sakitan saat bayi. Kau tahu itu, beberapa kali keluar masuk rumah sakit membuat aku tak bisa berpikir jernih saat Anas sedang sakit. Aku takut dia akan meninggalkanku seperti Adel" lirih Andra...

Kelemahan Andra terlihat dengan sangat jelas oleh Azimah. Kelemahan yang tak pernah ia tunjukkan di depan semua orang kini Azimah dapat melihat semuanya dengan jelas. Jika bisa, Azimah ingin memeluknya dan berbagi kesedihan dengannya. Namun apa yang mau di kata, jangankan untuk memeluknya, Mendekat pada Andra secara sadar pun tak berani Azimah lakukan. Ia terlalu takut dengan kerapuhan hatinya yang sewaktu-waktu bisa membuatnya retak tak beraturan.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sumarni Sahir

Sumarni Sahir

Bagus Thor karyamu...aku sukaaaa..
semangat thorrrr..

2021-05-23

0

Ayyumi ndalu 💗💗

Ayyumi ndalu 💗💗

semangat azimah lanjut thor

2021-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!