19

Hening menguasai ruang tengah saat ini. Semua menunggu jawaban Andra. Namun untuk sekian lama Andra belum memberikan jawaban jua. Selma geram dengan sikap Andra, ia pun takut jika jawaban Andra akan menyakiti Azimah nantinya.

"Ayah ...," Azimah membuka suara di akhir kebungkamannya. Semua menoleh pada Azimah, begitu juga Andra.

"Sepertinya jawabannya sudah jelas!" lanjut Azimah sambil menatap Andra tajam.

"Azimah ..., dengarkan aku!" sela Andra.

Azimah tak menjawab, hanya merentangkan ke lima jarinya pada Andra. Ia tak sanggup lagi, benar-benar tak sanggup menjadi bodoh hanya mengharapakan cinta dari Andra. Mungkin inilah saatnya ia meyakinkan hatinya untuk kesekian kalinya lagi.

"Ayah dan Ibu jangan khawatir. Paman Andra tak memiliki perasaan itu padaku. Mungkin selama ini kalian cemas dengan perasaanku pada Andra. Aku akan memastikan itu tak akan pernah terjadi lagi. Aku akan memulai hari yang baru dengan Ronald!" ungkap Azimah.

Suaranya bergetar. Untuk sesaat semuanya hening, Azimah berdiri namun Andra mencoba menahannya. Azimah menolak dengan berlari ke kamar dan meninggalkan semuanya. Andreas, Selma dan Andra hanya terdiam di tempat melihat kesakitan dari kalimat yang sulit bagi Azimah untuk di ucapkan..

"Azimah, kau menyerah di saat aku mau mencobanya!" lirih Andra yang hampir tak terdengar namun Selma masih bisa mendengarnya.

"Andra, cinta butuh kepastian! Apa menurutmu cinta akan terus bersemi tanpa adanya ungkapan. Mengapa kau selalu sulit untuk menentukan hatimu sendiri. Aku tahu kau mencintai Adelina, tapi kini Adelina takkan bisa bersama denganmu lagi. Anas membutuhkan kasih sayang seorang Ibu., kau pun harus merelakan Adelina. Kau, Azimah maupun Adel sama-sama berharganya untuk kami. Kami ingin yang terbaik untuk kalian. Azimah pun sudah terlalu lama menunggumu. Jika Adelina masih ada, Apa kau kira kami akan mengizinkan Azimah masih memiliki perasaan itu?" geram Selma lalu berlari menyusul Azimah.

Andreas mendekat pada Andra. Ia memegang pundaknya dan sedikit meremasnya.

"Apa pun keputusan Azimah kau harus bisa menghargainya" ujar Andreas pelan.

"Aku hanya takut melukainya, Iyas!" keluh Andra dengan menundukkan wajahnya.

"Jika kau benar-benar mencintai Azimah, berjuanglah. Kau masih ada kesempatan sebelum rasa itu benar-benar hilang dari Azimah!" semangat Andreas.

Rasa tak percaya Andra menatap Andreas, ia yang awalnya ragu memulai semuanya dengan Azimah karena takut tentang pendapat Andreas dan Selma namun kini mereka mendukungnya.

"Apa kau mengizinkan aku bersama dengan Azimah?" tamya Andra memastikan.

Andreas tersenyum tipis. Ia melangkah maju kedepan Andra..

"Tentu saja, aku dan Selma tidak melarang jika kalian memang benar-benar saling mencintai. Tapi ingat, izinku ini hanya berlaku saat Azimah belum resmi bersama Ronald. Jika mereka telah bersama, kau kularang untuk berjuang karena itu akan menyakiti Azimah lagi. Camkan ini Andra!" tegas Andreas.

Andra tak mejawab. Ia bahkan ragu untuk menjawab. Izin dari Andreas tak akan membantunya, ia menyesal terlambat mengakuinya.

Andra pulang dengan hati gundah, sementara Azimah menangis dalam selimutnya.

"Mengapa mencintaimu harus sesakit ini, And" lirih Azimah.

* * *

Pagi menjelang, Azimah bangun meski ia malas untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Kebungkaman Andra terlalu menyesakkan dadanya.

Pintu kamar di ketuk dengan pelan. Azimah beranjak malas ke daun pintu. Saat terbuka, nampaklah Anastasia yang berdiri dengan senyuman manisnya.

"Anas... sedang apa kau di sini?" tanya Azimah bingung..

"Dia ingin sarapan bersamamu!" sebuah suara pria mengagetkannya dari arah anak tangga. Azimah menatap seorang yang berjalan mendekat padanya. Begitu familir baginya namun sebuah tanda tanya menyeruak dalam pikirannya saat ini..

"Senyuman apa itu?" batin Azimah..

"Bersiaplah, semua sedang menunggumu di ruang makan. Setelah itu kita akan berangkat ke kantor bersama!" ujar pria yang tak lain adalah Andra.

"Maaf, Ronald akan menjemputku!" jawab Azimah pelan namun berhasil menyayat hati Andra.

Azimah berjongkok menatap Anastasia..

"Kakak akan mandi, Anas tunggu di bawah saja!" ujar Azimah pada Anas.

Anastasa mengangguk dan meraih tangan Andra yang masih menatap Azimah lekat. Azimah mengabaikan ekspresi Andra, menutup pintu dengan hati yang bingung.

"Kenapa kau selalu saja membuatku serba salah!" lirih Azimah.

Azimah enggan membuang waktu lagi. Ia meraih ponselnya dan menghubungi Ronald.

"Halo ...," kata Azimah dengan cepat sesaat setelah panggilannya di jawab Ronald

"Ada apa? mengapa suaramu bergetar seperti itu?" tanya Ronald dengan nada cemas.

"Apa kau bisa datang lebih awal?" tanya Azimah sambil mengatur nafasnya.

"Kau belum membuka pesanku? Hari ini aku tak bisa mnegantarmu, aku mendadak harus keluar kota pagi ini. Maaf. Azimah. Aku sedang dalam perjalanan ke bandara" jelas Ronald.

Azimah menarik nafas panjang karena terlambat mengetahui pesan Ronald.

"Aku baru saja bangun. Maaf aku belum membaca pesanmu. Baiklah, sampai jumpa" ujar Azimah lemah.

Azimah pun memutuskan sambungan teleponnya. Dan bergegas mandi.

Waktu mandi di lakukan dengan cepat. Azimah sudah terlambat bangun dan ia tak ingin mengulur waktu lagi. Selesai mandi, Azimah bergegas turun ke lantai bawah dan menghampiri semua orang. Dengan buru-buru ia mengambil roti dan meminum air putihnya. Semua mata tertuju padanya. Heran juga bertanya-tanya.

"Azimah, ada apa? mengapa terburu-buru seperti ini?" tanya Selma sambil menyodorkan susu hangat padanya.

"Aku terlambat, 'Bu. Aku pergi dulu ya!" jawab Azimah sambil melangkah dengan kaki lebar.

"Azimah ..., kau lupa jika Ayah pemiliknya santai saja, nikmati sarapanmu dan kita berangkat bersama!" jelas Andreas.

"Mungkin Ronald sudah menunggunya di luar!" sela Andra dengan nada kesal.

Selma tersenyum singkat, lalu dengan sengaja ingin menggoda Andra.

"Suruh Ronald masuk dan sarapan bersama kita!' tawar Selma.

Senyumana Azimah berubah menjadi Azimah tersenyum canggung.

"Ronald ada keperluan mendadak keluar kota, 'Bu. Aku kan berangkat sendiri saja. Lagi pula banyak yang harus kukerjakan di kantor!" jelas Azimah yang langsung berbalik meninggalkan ruang makan.

Seringaian terbit di bibir Andra. Ia menghabiskan sarapannya dengan cepat dan mengajak Anas untuk menyudahinya pula..

"Aku selesai. Kami akan berangkat!!' ujar Andra yakin sambil menggendong Anas yang masih sibuk mengunyah rotinya.

Andreas dan Selma tersenyum melihat kekonyolan yang Andra lakukan.

"Sepertinya aku ingin menjadi muda lagi!" gurau Andreas. Selma pun tertawa mendengarnya.

Andra mengejar Azimah yang hendak masuk ke dalam mobil, menahan tangan Azimah dengan nafas tersengal.

"Ada apa?" tanya Azimah kaget..

"Itu, Em ..., Anas ingin berangkat denganmu!" Alasan Andra.

Azimah memandang Anastasia yang terlihat kesal karena sang Ayah meninggalkan hot dog sarapannya.

"Anas, Ayah bicara benar bukan?" tanya Andra berharap anaknya itu bisa bekerjasama dengannya.

Namun bukan jawaban yang Andra harapakan melainkan rengekan yang membuat Azimah tersenyum.

"Ayah... Hot dog Anas!" kata Anas polos.

Andra pun tersenyum canggung. Azimah mengambil alih Anastasia dan mengajaknya berjalan ke arah mobil Andra..

"Kak, hot dog Anas!" rengek Anastasia lagi.

Azimah tak kuasa tertawa mendengarnya..

"Sayang... Ayah akan belikan hot dog yang banyak pulang nanti. Sekarang kita pergi dahulu ya. Kau sudah terlambat!" ujar Andra membujuk Anastasia sambil membukakan pintu mobil untuknya.

* * *

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Ayyumi ndalu 💗💗

Ayyumi ndalu 💗💗

nah gitu donk rebut hati azimah lagi

2021-02-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!