Kicau burung menyambut hari. Azimah terbangun karena matahari sudah menyilaukan matanya. Perlahan pintu di ketuk, terdengar suara yang lembut menyapa telinga Azimah. Membuat harinya lebih bersemangat..
"Azimah, kau ada peninjauan lapangan hari ini. Bangunlah, jika tidak kau akan terlambat!" ujar Selma berteriak di balik pintu.
"Iya, 'Bu, aku akan bersiap-siap." Sahuh Azimah dengan suara seraknya.
Azimah pun beranjak dari kasur empuknya, berjalan ke kamar mandi dan bersiap membersihkan dirinya. Azimah telah siap dengan setelan kerjanya. Hari ini ia sengaja mengenakan celana dasar panjang berwarna hitam. Atasannya ia kenakan kemeja dengan warna senada di balut blazer berwarna merah hati. Rambut yang ia kuncir kuda menampakkan leher jenjangnya. Dengan semangat baru ia melangkah turun ke lantai bawah menemui ayah dan ibunya serta adiknya.
"Pagi semuanya!" seru Azimah menyapa semua orang dengan senyuman mengembang di wajahnya.
"Wah, apa kakak sedang mendapatkan undian?" tanya Axel sambil menyantap makanannya.
"Tidak, ada apa memangnya kau bicara begitu?" tanya Azimah kebingungan.
"Senyuman kakak pagi ini mengundang hal lain!" jawab Axel dengan santai namun mampu membuat mata Azimah serta ayah dan ibunya terbelalak.
"Nada bicaramu seperti orang dewasa!" jawab Azimah sambil meraih sarapannya.
Baru saja Azimah hendak mengunyah sarapannya, dering ponsel menghentikan aktivitasnya.
"Halo Ronald!" kata Azimah ketika pertama menyambut panggilannya.
"Iya, aku sudah bangun. Sekarang aku sedang sarapan! Ada apa?" tanya Azimah santai.
"Apa?" teriak Azimah hampir saja tersedak makanannya.
Andreas dan selma pun menghentikan suapan mereka karena teriakan Azimah yang membuat mereka khawatir.
"Kau, kau kenapa tak bilang dulu jika ingin menjemputku!" kata Azimah dengan nada tinggi.
Belum sempat Azimah bereaksi, Selma sudah mengambil alih ponselnya...
"Ibu! Apa yang Ibu lakukan?" tanya Azimah hendak merebut ponselnya lagi namun segera dihalangi Axel.
"Nak Ronald sudah di depan rumah? kenapa tidak masuk! Ayo sarapan bersama!" ujar Selma dengan nada seramah mungkin. Namun berbanding terbalik dengan Azimah yang menatap ibunya tajam. Andreas hanya menggeleng melihat kelakuan istri dan anak-anaknya itu.
"Baiklah, kami akan menunggumu!" lanjut Selma lalu memutuskan panggilan telepon mereka kemudian memanggil seorang pelayan rumah untuk mengantar Ronald ke ruang makan.
"Ibu, apa yang Ibu lakukan? Apa kata Ronald nanti?" kesal Azimah dengan kelakuan Selma.
"Memangnya apa yang akan dipikirkan Ronald? Ibu hanya mengajaknya sarapan!" jawab Selma sengit.
Pembicaraan mereka terputus karena kedatangan Ronald dengan pelayan di depannya.
"Pagi, Paman dan Bibi Lu!"sapa Ronald sopan dan sedikit canggung.
"Pagi Ronald, duduklah!'" balas Andreas yang juga mengizinkan Ronald duduk bergabung dengan mereka.
"Mau roti atau nasi goreng?" tawar Selma ramah.
"Apa saja Bibi. Saya pemakan segala!" jawab Ronald dengan banyolannya untuk mengurangi kecanggungannya.
Semua orang di ruang makan pun tertawa serentak mendengarnya. Hanya Azimah yang tersenyum kaku mendengarnya.
"Memangnya kau omnivora?" celetuk Azimah namun mengulurkan segelas kopi panas pemberian pelayannya.
"Pemakan segala memang Omnivora, Kakak!" jawab Axel yang lagi mengundang tawa semuanya.
Kecanggungan Ronald seketika mencair karena kehangatan keluarga Azimah. Meski awalnya ia ragu, namun ternyata semua di luar dugaanya. Keluarga Azimah sangat ramah dan hangat menyambut orang baru.
Mereka selesai sarapan, Azimah dan Andreas pergi dengan mobil terpisah karena Ronald memnag datang untuk mengantar Azimah ke kantor.
"Aku tidak ke kantor hari ini, aku akan langsung meninjau proyek lapangan yang sedang kutangani!" ujar Azimah pertama masuk dalam mobil Ronald.
"Tak masalah! Aku siap mengantarmu kemana pun kau mau!" jawab Ronald yakin.
Azimah hanya menanggapinya dengan senyuman. Mereka pun beranjak meninggalkan kediaman keluarga Lu. Azimah bersenandung kecil sambil memandang keluar jendela..
"Azimah, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Ronald masih fokus dengan jalanan. Azimah menoleh kearahnya dengan penuh tanda tanya.
"Apa? Tanyakan saja!" jawab Azimah meyakinkan.
"Pamanmu, maksudku Tuan Lee benar-benar pamanmu?" ujar Ronald tiba-tiba membuat Azimah gugup.
Ronald menoleh sekilas karena tak menemukan jawaban dari Azimah.
"Azimah!" kata Ronald meninggikan suaranya..
"Ah itu ..., Paman Andra teman baik Ayah dan ibuku. Maksudku, hubungan kami terjadi karena ikatan kekerabatan saja!" jelas Azimah canggung sendiri.
"Oh begitu. Tapi sebenarnya memang banyak yang menyangka kalian keluarga dekat. Ternyata hanya sahabat Paman dan Bibi Lu!' jawab Ronald mengerti.
"Ada apa memangnya?" tanya Azimah memastikan.
"Tidak, hanya saja dia tidak seperti Paman Lu. Maksudku, dia sedikit lebih pendiam!" jawab Ronald seadanya.
"Iya, kau benar! Tapi sebenarnya dia orang yang cukup hangat ketika sudah mengenalnya!" jelas Azimah.
"Aku tahu, kemarin saat aku mengantarmu ke kantor, aku melihat dia mengawasi kita. Awalnya aku berpikir aneh kenapa seorang CEO dari perusahaan besar mengawasi kita. Setelah tahu hubungan kalian aku jadi mengerti. Dia sangat memperhatikanmu!" ujar Ronald.
Deg...
Sesuatu seperti menyambar jantung Azimah. Rasa tak percaya mendengar penjelasan Ronald, namun saat Azimah menatapnya. Azimah tak melihat kebohongan di wajah Ronald.
Azimah terdiam sejenak mencerna kembali ucapan Ronald padanya. Entah mengapa Andra kambali mengusik hatinya pagi ini. Membuatnya kembali canggung jika bertemu dengan Andra.
"Kita sudah sampai, kau pulang jam berapa biar aku jemput!" kata Ronald sambil membuka seatbeltnya lalu mereka turun bersamaan.
"Aku tidak tahu. Nanti aku kabari lagi" jawab Azimah berjanji di balas anggukan dari Ronald.
"Apa hanya kau yang mewakili perusahaanmu?" tanya Ronald sambil memandang kehamparan tanah yang luas. Terlihat beberapa mobil alat berat di sana dengan beberap pekerja. Tak lupa juga Andra yang sudah berdiri dan menatap kedatangan mereka.
"Aku dan timku saja, Paman Andra dan satu perusahaan lagi!' jelas Azimah seadanya.
"Baiklah selamat bekerja!" ucap Ronald lalu mendekatkan wajahnya pada Azimah dan mengecup puncak kepala Azimah. Azimah terkejut dengan sikap tiba-tiba Ronald namun ia tak sempat menghindar karena Ronald menahan pundaknya.
Ronald tersenyum hangat sementara Azimah menjadi kaku seketika.
"Kabari aku jika kau hendak pulang. Aku akan menjemputmu!" pinta Ronald. Azimah hanya mengangguk lalu membiarkan Ronald pergi dari lokasi tersebut
Azimah berbalik dan melihat Andra masih berdiri menatap kearahnya. Azimah mencoba acuh meski ia sendiri pun tak yakin jika sudah berhadapan dengan Andra nanti..
Berjalan perlahan, Azimah menghampiri Andra. Andra masih menatapnya lekat. Azimah menjadi salah tingkah karenanya.
"Apa rekan satunya belum tiba?" tanya Azimah mengurai kecanggungan di antara mereka.
Andra tak menjawab, hatinya masih mendidih saat melihat Ronald mencium Azimah di hadapannya.
Azimah menatap Andra yang pula masih menatapnya.
"Apa kalian benar-benar memiliki hubungan?" tanya Andra tiba-tiba yang membuat Azimah menatapnya tak percaya. Azimah merasa ada yang aneh dari Andra, ia pun berusaha menguatkan hatinya kembali agar tak goyah oleh kata-kata Andra.
"Jika ia, apa ada masalah?" tanya Azimah sinis.
Andra tersenyum kecil sambil terus menatap Azimah dengan tajam.
"Aku harap kau tak melampiaskan kekesalanmu pada orang yang tak bersalah!" jawab Anndra kemudian berbalik hendak meninggalkan Azimah.
Menyadari kearah mana kalimat itu diucapkan, Azimah menyusul Andra sambil berjalan beriringan dengannya.
"Aku lelah mengharapakan orang yang tak mengharapakanku!" celetuk Azimah tiba-tiba lalu melangkahkan kakinya dengan lebar berbalik meninggalkan Andra yang kini terdiam mendengar ucapan yang dilontarkan Azimah padanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ayyumi ndalu 💗💗
lanjutkan thor
2021-02-22
1
Lia Ayumi Gultom
wow.. sdh mulai berani tu si Azima 😚
2021-02-21
2